TELADAN DARI TAUBAT KHALIFAH HARUN AR-RASYID RAHIMAHULLAH

TELADAN DARI TAUBAT KHALIFAH HARUN AR-RASYID RAHIMAHULLAH

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

 

Umar bin Habib menceritakan:

“Saya menghadiri majelis Khalifah Harun Ar-Rasyid. Ketika itu ada masalah yang dibicarakan hingga hadirin saling berselisih sampai suara mereka meninggi. Maka sebagian mereka ada yang berdalil dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wassallam. Lalu sebagian mereka yang lain ada yang menolak hadits tersebut.

Akhirnya perselisihan dan perdebatan pun semakin panas sampai diantara mereka ada yang mengatakan:

“Tidak mungkin hadits ini berasal dari Rasulullah shallallahu alaihi was sallam, karena Abu Hurairah tertuduh riwayatnya.” Bahkan sebagian mereka ada yang terang-terang mendustakan Abu Hurairah, dan saya melihat Ar-Rasyid sependapat dengan mereka dan membela ucapan mereka.

Maka saya mengatakan: “Hadits ini shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi was sallam, dan Abu Hurairah adalah orang yang shahih riwayatnya dan jujur pada apa yang dia riwayatkan dari Nabi utusan Allah dan juga dari selain beliau.”

Maka Ar-Rasyid melihat saya dengan pandangan penuh kemarahan. Lalu saya pun meninggalkan majelis itu dan kembali ke rumah. Tidak berapa lama datanglah seorang utusan yang mengetuk pintu. Setelah masuk, dia mengatakan kepada saya:

“Penuhilah panggilan Amirul Mu’minin seperti orang yang akan dibunuh, bersiaplah menghadapi kematian, dan siapkan kain kafan!”

Maka saya pun berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku membela shahabat Nabi-Mu, dan aku memuliakan Nabi-Mu shallallahu alaihi was sallam jangan sampai beliau dicela melalui celaan terhadap para shahabat beliau, maka selamatkanlah diriku dari Harun Ar-Rasyid.”

Lalu saya pun dibawa masuk ke hadapan Ar-Rasyid yang sedang duduk di atas sebuah kursi dari emas. Beliau membuka kedua lengan bajunya sambil memegang pedang, dan di hadapan beliau terdapat hamparan yang terbuat dari kulit. Ketika melihat saya, beliau berkata kepada saya:

“Wahai Umar bin Habib, tidak ada seorang pun yang berani membantahku dan menolak ucapanku seperti yang engkau lakukan!”

Maka saya menjawab: “Wahai Amirul Mu’minin, sesungguhnya apa yang Anda katakan dan Anda bela, itu merupakan penghinaan terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi was sallam. Karena jika para shahabat beliau adalah para pendusta, maka syari’at ini bathil semuanya, demikian pula kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum dalam masalah puasa, shalat, perceraian, nikah, dan hukum hadd, semuanya akan tertolak dan tidak bisa diterima.”

Mendengar ucapan saya, beliau pun terdiam merenung. Kemudian beliau berkata: “Engkau telah menghidupkan (menyadarkan –pent) diriku wahai Umar bin Habib, semoga Allah memberimu umur panjang, Engkau telah menghidupkan diriku wahai Umar bin Habib, semoga Allah memberimu umur panjang.” Lalu beliau memerintahkan agar memberi saya uang sebanyak 10.000 dirham.”

Sumber artikel:
Taarikh Baghdad, 11/198.
Dikutip dalam kitab Naqhul Kalaamil Muqni’ Fii Shifati Taubatil Mubtadi’, karya Abu Sufyan Az-Zaila’iy Az-Zubairy, dengan pengantar Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah dan Asy-Syaikh Utsman As-Salimy hafizhahullah, hal. 49-50.

Alih bahasa: Abu Almass
Senin, 11 Sya’ban 1435 H

 http://forumsalafy.net/?p=3673