Berhati-hatilah dari gegabah dalam berdakwah

Berhati-hatilah dari gegabah dalam berdakwah

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Nasehat ke-7
Gegabah Dalam Berdakwah

Pembicaraan ini pada hakekatnya telah masuk pada permasalahan gegabah dalam membuka markaz ilmu, akan tetapi saya menyendirikannya dalam sebuah pembahasan, dikarenakan tampilnya beberapa orang yang baru belajar untuk memikul dakwah. Tidak ada keraguan bahaya yang akan ditimbulkan, karena tidak setiap orang pantas untuk memikul dakwah ini.

Saya terheran dengan adanya orang yang telah mencoreng dakwah ini lebih banyak daripada memperbaikinya. Telah dikatakan kepada mereka : “Jangan pergi ke tempat fulan dan majlis fulan”, tetapi dia nekat untuk pergi dan akhirnya terjadilah problem yang mengakibatkan orang yang hadir mencerca sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Saya mengingat tujuh tahun yang silam, ketika Syaikh Muqbil diberitahu tentang seorang penuntut ilmu yang pergi ke masjid Jami’ al Hadi di Sho’dah (Masjid al Hadi adalah salah satu masjid orang-orang syi’ah di Sho’dah, Yaman. Disana ada kuburan al Hadi. Masjid yang merupakan markaz kesyirikan dan kebid’ahan serta kekufuran), dia berbicara atau ingin berbicara kemudian beliau menyatakan : “Barangsiapa yang pergi ke (masjid) Jami’ al Hadi, semoga Allah tidak memberikannya barakah, semoga Allah tidak memberikannya barakah, kalian pergi ke tempat orang-orang yang tidak mengharapkan kehadiran kalian, betapa banyak orang yang mengharapkan kalian tetapi belum terpenuhi.”

Wahai penuntut ilmu, sibukkanlah diri kalian dengan ilmu sebelum kamu tersibukkan dengan dakwah, markaz dakwah, dan mengobati orang-orang yang terkena jin, jangan kalian tergesa-gesa. Barangsiapa yang tergesa-gesa terhadap suatu perkara, akan terhalangi untuk mencapainya.

Suatu ketika ada seseorang yang minta ijin kepada saya untuk berdakwah, maka saya katakan : “Silakan kamu berbicara dulu di hadapan kamu, kalau bagus tidak mengapa”, dia jawab : “Saya sibuk”. Saya mengatakan : “Khoirun, Insya Allah”. Ternyata orang tersebut adalah jahil, akibatnya dia tidak berani sholat bersama kita.

Adapun jika seseorang telah pantas, mampu mengumpulkan dalil-dalil, berbicara dengan baik, tidak menimbulkan fitnah, dan pantas untuk berceramah, khutbah jum’at, tentu itu adalah hal yang baik.

Jangan kamu tergesa-gesa! Carilah ilmu ! Sibukkan dirimu dengannya dan giatlah untuk menghafal !.

(Dikutip dari 20 Mutiara Indah Bagi Penuntut Ilmu dan Da’I Ilallah” hal 94-96, judul asli ‘Isyrun Nashiha li Tholibil ‘Ilmi wa Da’i Ilallah, penulis Syaikh Abdul Wahhab Al Wushaby al Abdali al Yamani dan Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i rahimahullah. Diterjemahkan al Ustadz Abu Usamah Abdurahman al Lomboki. Diterbitkan oleh Pustaka al Atsary Kp Cikalagan RT 10/02. Cileungsi Bogor)