Kembali Kepada Al-Qur’an Dan As-Sunnah Dalam Menentukan Hukum
Sebagai mana dimaklumi dari kaidah syar’i bahwa penentuan halal atau haram dan pemutusan perselisihan dalam hal ini hendaklah dengan merujuk kepada kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala :
}íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÃóØöíÚõæÇ Çááøóåó æóÃóØöíÚõæÇ ÇáÑøóÓõæáó æóÃõæáöí ÇáúÃóãúÑö ãöäúßõãú ÝóÅöäú ÊóäóÇÒóÚúÊõãú Ýöí ÔóíúÁò ÝóÑõÏøõæåõ Åöáóì Çááøóåö æóÇáÑøóÓõæáö Åöäú ßõäúÊõãú ÊõÄúãöäõæäó ÈöÇááøóåö æóÇáúíóæúãö ÇáúÂÎöÑö Ðóáößó ÎóíúÑñ æóÃóÍúÓóäõ ÊóÃúæöíáðÇ{ ÓæÑÉ ÇáäÓÇÁ ÇáÂíÉ : 59
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri diantara kamu . Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat, demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik sesudahnya”. (QS An Nisaa 59)
Allah Ta’ala berfirman :
}æóãóÇ ÇÎúÊóáóÝúÊõãú Ýöíåö ãöäú ÔóíúÁò ÝóÍõßúãõåõ Åöáóì Çááøóåöë{ÓæÑÉ ÇáÔæÑì ÇáÂíÉ : 10
Artinya : “Apapun yang kamu perselisihkan, maka putusannya (hendaklah di kembalikan) kepada Allah”. (QS Asy Syuura 10)
Jika kita kembalikan masalah penyelenggaraan maulid atau semacamnya ini kepada Kitab Allah , maka kita dapati al-Qur’an menyuruh kita mengikuti Rasul Shallallahu ‘alaihi wassalam dalam segala apa yang beliau bawa. Al-Qur’an pun memberi peringatan keras terhadap apa yang beliau larang Al-Qur’an juga memberi informasi kepada kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan agama, untuk umat ini, yang wajib mereka anut. Sementara, acara maulid atau semacamnya bukanlah termasuk ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Dengan demikian, berarti amalan ini diluar ajaran agama Islam yang sudah Allah sempurnakan untuk kita dan dia perintahkan kepada kita untuk mengikuti Rasul Shallallahu ‘alaihi wassalam dalam melaksanakannya.
Lalu, jika kita kembalikan hal ini kepada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, maka kita pun tidak mendapati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melakukan atau merintahkannya. Begitu pula para Sahabat beliau-radhiallahu ‘anhum- tidak pernah melakukannya, dengan demikian kita ketahui dengan yakin bahwa pengadaan maulid atau semacamnya bukanlah dari ajaran Islam. Bahkan justru tegolong bid’ah yang diada-adakan, dan tergolong meniru secara buta kepada ahli kitab dari kalangan oarang-orang Yahudi maupun Nasrani dalam upacara-upacara hari besar mereka.
Dari keterangan diatas jelaslah bagi orang yang memiliki pemgetahuan walaupun sedikit, dan memiliki minat pada kebenaran serta memiliki sikap adil dan obyektif dalam mencari kebenaran .bahwa penyelenggaraan hari lahir, dengan segala macamnya , adalah diluar ajaran Islam bahkan tergolong bid’ah, yang kita diperintah Allah dan Rasulnya untuk meninggalkan dan berhati-hati agar tidak terpelosok didalamnya.
Seyogyanya orang yang berakal sehat tidak terperdaya oleh banyaknya orang yang melakukannya diberbagai belahan bumi ini . karena kebenaran tidaklah diketauhi lantaran banyaknya orang yang melakukannya, akan tetapi ia dikenali hanya melalui dalil-dalil syar’i
Allah Ta’ala berfirman tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani :
]æóÞóÇáõæÇ áóäú íóÏúÎõáó ÇáúÌóäøóÉó ÅöáøóÇ ãóäú ßóÇäó åõæÏðÇ Ãóæú äóÕóÇÑóì Êöáúßó ÃóãóÇäöíøõåõãú Þõáú åóÇÊõæÇ ÈõÑúåóÇäóßõãú Åöäú ßõäúÊõãú ÕóÇÏöÞöíäó [ÓæÑÉ ÇáÈÞÑÉ ÇáÂíÉ : 111
Artinya: “Dan merekalah (orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata: sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanyalah) angan-angan kosong mereka belaka. Katakanlah: “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar” (QS Al Baqarah 111)
Allah Ta’ala berfirman :
]æóÅöäú ÊõØöÚú ÃóßúËóÑó ãóäú Ýöí ÇáúÃóÑúÖö íõÖöáøõæßó Úóäú ÓóÈöíáö Çááøóåö [
ÓæÑÉ ÇáÇäÚÇã ÇáÂíÉ :116
Artinya : “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan mwnyesatkan engkau dari jalan Allah”. (QS Al An’am 116)
Bentuk-Bentuk Penyenyimpangan Di Balik Acara Maulid
Pada umumnya, di samping acara-acara ini memang bid’ah, sering kali, di beberapa negara, diwarnai hal-hal mungkar lainnya, seperti campur aduknya pria dan wanita, pementasan nyanyian-nyanyian dan instrument-instrument musik, minum-minuman keras dan narkotika serta ragam buruk lainnya .
Kadang-kadang terjadi kemungkaran yang lebih besar dari itu semua , yaitu syirik besar. Syirik ini terselubung dalam sikap berlebihan (ghuluw) terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam atau terhadap para wali, pemujaan dan Pemanjatan doa kepada Nabi e, permohonan selamat kepada beliau, permintaan kekuatan kepada beliau, keyakinan bahwa beliau mengetahui yang ghaib dan hal-hal lain yang menyeret pelakunya menjadi kafir.
Dalam hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
ÅíÇßã æÇáÛáæ Ýí ÇáÏíä ÝÅäãÇ Ãåáß ãä ßÇä ÞÈáßã ÇáÛáæ Ýí ÇáÏíä
Artinya : “Hindarilah sikap berlebihan dalam (pengamalan) Agama, tiada lain sikap berlebihan dalam (pengamalan) Agama telah menjadikan binasanya umat sebelum kamu“.
Rasulullah juga telah bersabda :
áÇÊØÑæÏæäí ßãÇ ÃØÑÊ ÇáäÕÇÑí ÇÈä ãÑíã ÅäãÇ ÇäÇ ÚÈÏ¡ ÝÞæáæÇ ÚÈÏ Çááå æÑÓæáå (ÃÎÑÌå ÇáÈÎÇÑí Ýí ÕÍíÍå)
Artinya : “ janganlah kamu berlebih-lebihan memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebihan memuji(Isa) putera Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Karenanya sebutlah (aku) hamba Allah dan Rasulnya “ (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukharidalam shohihnya).
Yang mengherankan, adalah bahwa banyak orang sibuk dan bersikeras untuk menghadiri acara-acara pertemuan maulid dan semacamnya yang bid’ah ini dan mempertahankan serta membelanya. Sementara mereka absen menghadiri sholat jum’at dan sholat jamaah yang hukumnya wajib. Mereka acuh tak mengangkat kepala sedikitpun untuk memenuhi panggilan sholat Jum’at atau sholat jama’ah. Anehnya dalam kondisi seperti ini ia tidak merasa melakukan kemungkaran yang besar. Tidak diragukan, bahwa ini adalah akibat lemahnya iman , tipisnya ilmu dan menebalnya bintik-bintik noda di hati oleh sebab berbagai dosa dan kemaksiatan. Kita panjatkan permohonan kepada Allah, kiranya dia mengaruniai kita dan segenap umat Islam kesejahteraan lahir dan batin.
Lebih aneh lagi sebagian mereka berkeyakinan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam hadir dalam acara maulid itu. Karenanya, mereka berdiri untuk memberikan salam kehormatan dan ucapan marhaban (selamat datang).
Ini adalah suatu puncak kebatilan dan seburuk-buruk kebodohan. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tidaklah keluar dari kuburan beliau sebelum hari
Kiamat, dan tidak pula bekomunikasi dengan manusia, serta tidak juga menghadiri pertemuan-pertemuan yang mereka adakan. Bahkan sebaliknya, beliau menetap dikuburan sampai hari kiamat. Sedang roh suci beliau disemayamkan di tingkat teratas di “illiyyin” di istana kemuliaan ( dar al-karamah) di sisi Allah.
Allah Ta’ala berfirman :
]Ëõãøó Åöäøóßõãú ÈóÚúÏó Ðóáößó áóãóíøöÊõæäó(15)Ëõãøó Åöäøóßõãú íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÊõÈúÚóËõæäó[ ÓæÑÉ ÇáãÄãäæä ÇáÂíÉ 15-16
Artinya : “Kemudian kamu setelah itu benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan dibangkitkan”.(QS Al Mu’minun 15-16)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
ÃäÇ Ãæá ãä íäÔÞ Úäå ÇáÞÈÑ íæã ÇáÞíÇãå æÃäÇ Ãæá ÔÇÝÚ æÃæá ãÔÝÚ
Artinya : “Aku adalah orang yang pertama kuburnya terbelah dan terbuka dihari kiamat . Aku adalah orang yang pertama memberi syafaat dan orang pertama yang di beri wewenang untuk mmberikan syafa’at”
Ayat dan hadits di atas, juga ayat-ayat dan hadist-hadits lain yang semakna dengannya menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam dan orang-orang yang telah mati lainnya, mereka hanyalah dapat keluar dari kuburan mereka pada hari kiamat. Ini menjadi ijma’(kesepakatan) para ulama’ dan tidak ada perselisihan pendapat diantara mereka.
Oleh sebab itu , seyogyanya seorang muslim memiliki kepekaan terhadap hal-hal semacam ini, dan hendaknya waspada terhadap aneka bid’ah dan khurafat yang diada-adakan oleh orang orang bodoh atau semacamnya, yang tidak pernah Allah menurunkan hujjah yang mendukung hal itu.
Adapun beshalawat dan mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam adalah termasuk ibadah yang paling utama dan salah satu dari sekian amal shalih.
Allah Ta’ala berfirman :
]Åöäøó Çááøóåó æóãóáóÇÆößóÊóåõ íõÕóáøõæäó Úóáóì ÇáäøóÈöíøö íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÕóáøõæÇ Úóáóíúåö æóÓóáøöãõæÇ ÊóÓúáöíãðÇ [ÓæÑÉ ÇáÃÍÒÇÈ ÇáÂíÉ : 56
Artinya : Sesungguhnya Allah dan Malikat-Nya bershalawaat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman , bershalawatlah untuk dia dan ucapkanlah salam penghormatan padanya” (QS Al Ahzab 56)
Nabi Shalallahu’alaihi wassalam bersabda :
ãä Õáí Úáí æÇÍÏÉ Õáí Çááå ÈåÇ ÚÔÑÉ
Artinya : “ Barang siapa bershalawat utukku satu kali, maka Allah akan beshalawat (dengan melimpahkan rahmat-Nya) kepadanya sepuluh kali”.
Bershalawat ini disyari’atkan di segala waktu , bershalawat sangat ditekankan untuk dilakukan pada akhir setiap shalat. Bahkan menurut kebanyakan ulama’ wajib dilakukan di tahiyat akhir pada setiap shalat, dan sunnah muakadah (sangat dianjurkan, red) dilakukan dibanyak tempat , diantaranya : seusai adzan, disaat nama beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam disebut , pada malam Jum’at dan berikutnya di hari Jum’at , sebagaimana ditunjukkan di banyak hadits.
Inilah hal-hal yang saya maksudkan untuk dijelaskan masalah ini. Kiranya cukup jelas bagi orang yang di buka dan diterangi mata hatinya oleh Allah.
Menyelenggarakan Maulid Bukan Cermin Cinta Kepada Rasulullah
Sungguh sangat menyedihkan, bahwa yang melakukan acara-acara maulid atau semacamnya yang bid’ah ini adalah umat Islam yang patuh terhadap aqidahnya dan menyatakan kecintaannya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Kini, kami sodorkan pertanyaan kepada mereka itu : “Jika anda berpegang pada aqidah sunni dan patuh kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam adakah beliau atau salah seorang Shahabat beliau ataupun tabi’in yang melakukan itu ? Atau ini justru taqlid buta terhadap musuh-musuh Islam, seperti orang-orang Yahudi, Nasrani atau orang-orang yang setipe meraka ?”
Cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tidaklah tercermin pada penyelenggaraan maulid . Tetapi harus tercermin pada :
a. Kepatuhan terhadap apa yang beliau perintahkan,
b. Meyakini apa yang beliau turunkan.
c. Menjauhi apa yang beliau larang.
d. Hendaknya jangan menyembah atau beribadah kepada Allah kecuali dengan tatanan yang disyari’atkan oleh Allah (melalui Rasul-Nya).
e. Disamping itu, tanda kecintaan kepada Rasulullah hendaknya diwujudkan dengan bershalawat kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam ketika nama beliau disebut, baik saat di dalam shalat maupun pada kesempatan lain.
Bersambung ke Pembelaan atas negeri Saudi – Wahabi = Salafy (III). Klik disini.
(Dikutip dari tulisan edisi bahasa Indonesia Kewajiban Berpegang Teguh Terhadap As-Sunnah Dan Waspada Terhadap Bid’ah, ditulis oleh Pimpinan Umum Direktorat Riset, Fatwa, Da’wah, Bimbingan Islam Abdul Aziz bin‘Abdullah bin Baz, Depag Saudi Arabia).