Soal ditujukann kepada Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahulloh-
Soal : Aku ingin sekali berjihad. Sungguh semangat jihad telah mengisi setiap celah dalam kalbuku. Aku pun tak bisa bersabar menahannya.
Aku mencoba meminta izin bunda, namun bunda tak merestui. Aku teramat kecewa. Karena aku merasa tak bisa dijauhkan dari jihad.
Samahatusy Syaikh…
Cita-citaku dalam hidup ini adalah jihad fi sabilillah, berperang di jalan-Nya. Namun bunda tak merestui.
Berikanlah aku jalan keluar, jazakallahu khoir.
Jawab : Berkorban (baca:berjihad) untuk bunda terhitung jihad yang agung. Tetapilah bundamu. Berbaktilah padanya.Kecuali jika pemerintah memanggilmu berjihad, maka bersegeralah. Berdasarkan sabda Nabi,
“Jika engkau diminta (pemerintah) berangkat jihad, segeralah penuhi panggilannya.” (HR. Bukhori)
Dan selama pemerintah belum memanggilmu, berbaktilah pada bundamu. Layanilah beliau. Dan ketahuilah, kebaktianmu pada beliau termasuk jihad yang agung.Dahulu Nabi lebih mengutamakannya atas jihad fi sabilillah, sebagaimana datang dalam hadits shoheh dari Rasululloh.Beliau ditanya, “amalan apakah yang paling mulia?”
“Sholat sesuai waktunya,” jawab beliau.
“Lalu apalagi?”
“Lalu berbakti kepada orang tua.”
“Lalu apalagi?”
“Lalu berjihad fy sabilillah.”
(Kata penanya); aku pun berhenti bertanya. Kalau aku bertanya lagi, tentu beliau akan menjawabnya pula.Hadits ini telah disepakati keshohehannya. Dalam hadits ini, beliau lebih mengutamakan berbakti kepada orang tua ketimbang jihad.Dari Abdulloh bin Amr, beliau berkata; ada seseorang yang datang menemui Nabi hendak meminta izin berjihad.Nabi bertanya, “Kedua orang tuamu masih hidup kah?”
“Masih,” jawab orang tadi.
Nabi pun membimbing, “maka berjihadlah untuk melayani keduanya.”
Hadits ini juga telah disepakati keabsahannya. Dan dalam riwayat lain, “kembalilah pulang. Mintalah restu dari keduanya. Jika mereka merestui, berangkatlah. Jika tidak, berbaktilah untuk keduanya.” (HR. Abu Dawud)
Sehingga, berbaktilah dan layanilah bunda, sampai beliau memberimu izin.Tentunya hukum ini (meminta izin orang tua sebelum jihad, ed) berlaku pada jihad yang sifatnya ofensif, atau jihad yang tidak diwajibkan pemerintah.Adapun jika engkau ditimpa musibah dan diserang musuh, maka engkau wajib membela dirimu dan juga saudara-saudaramu (tanpa harus meminta restu orang tua, ed). Laa haula wa laa quwwata illa billah.
Demikian juga apabila pemerintah mewajibkanmu berjihad. Penuhilah panggilannya tanpa harus meminta restu orang tua. Berdasarkan firman Allah ta’ala
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُم بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ () إِلَّا تَنفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(Hai orang-orang yang beriman, ada apa dengan kalian jika diseru “berangkatlah berjihad fy sabilillah” kalian merasa berat dan ingin tinggal di tempat kalian? Apakah kalian lebih ridho dengan kehidupan duniawi ketimbang ukhrowi?Padahal kenikmatan duniawi dibandingkan ukhrowi teramatlah sedikit.Jika kalian tak mau berangkat berperang, sungguh Allah akan menyiksa kalian dengan adzab yang pedih. Juga akan mengganti dengan kaum yang lain. Dan sekali-kali kalian tak bisa memudhorotkan-Nya sedikitpun. Dia-lah Allah, Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu)At Taubah: 38-39.
majmu’ fatawa wa maqolat, Syaikh bin Baz (6/129)
Dikirim oleh al-akh Yahya Al-windany
(Salah satu thulab di Darul Hadist Fuyus,Yaman)