Rukun Islam (Bag.1)

Rukun Islam (Bag.1)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Berkata Syaikh Ibnu Baz:

Penjelasan tentang lima rukun Islam. Yang pertama dan merupakan rukun yang paling agung, yaitu syahadat (persaksian) bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Diikuti dengan penjelasan makna dan syarat-syarat Laailahaillallah.

Makna Laailaha (tiada ilah): meniadakan semua yang disembah selain Allah, ilallah (kecuali Allah): menetapkan ibadah hanya untuk Allah satu-satu-Nya tiada sekutu bagi-Nya.

Syarat Laailahaillallah ialah: ilmu yang menghilangkan kebodohan, keyakinan yang menghilangkan keraguan, ikhlas yang menghilangkan syirik, kejujuran yang menghilangkan kebohongan, cinta yang menghilangkan kebencian, ketaatan yang menafikan pembangkangan, menerima yang menafikan penolakan, serta mengingkari apa yang disembah selain Allah.

Semua syarat di atas terkumpul dalam dua bait berikut:

“Ilmu, yakni, ikhlas, kejujuran,

Bersama cinta, taat, dan menerima.

Ditambah untuk yang kedelapan dengan pengingkaranmu terhadap sesuatu yang bukan ilah dan telah dipertuhankan.”

Beserta penjelasan tentang syahadat (persaksian) bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Tuntutannya ialah membenarkan apa yang Beliau kabarkan, menaati apa yang beliau perintahkan, manjauhi apa yang beliau larang, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan syarat (ajaran) Allah dan Rasul-Nya.

Lalu penjelasan bagi penuntut ilmu tentang rukun-rukun yang lain dari lima rukun tadi, yaitu: shalat, zakat, puasa di bulan Ramadhan dan berhaji ke baitil-haram bagi yang mampu melakukannya}.

Mengenal Islam

Al-Islam berarti penyerahan diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk dengan melakukan ketaatan, dan melepaskan diri dari syirik dan kaum musyrikin. Dulu syirik merupakan akidah bangsa Arab sebelum tampak dakwah Nabi Muhammad. Imam Bukhary meriwayatkan dari Abu Raji’ Al-Aththaridy, ia berkata: “Dulu kami menyembah batu, maka jika kami mendapatkan batu yang lebih baik dari yang sebelumnya, kami membuang yang lalu dan mengambil yang baru itu, sedangkan jika kami tidak mendapatkan batu maka kami mengumpilkan gumpalan tanah lalu kami mengambil seekor kambing yang kami perah susunya untuk tanah itu kemudian kami melakukan tawaf padanya.”

Adapun keadaan ummat (bangsa) lain secara umum sebelum tampak dakwah Nabi, maka Al-Quran telah menjelaskannya di dalam banyak ayat, di antaranya:

Firman Allah:

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ

“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memudhoratkan dan tidak pula memberikan mereka manfaat, serta mereka berkata: ‘Merekalah (berhala-berhala) para pemberi syafa’at bagi kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18)

Dan firman Allah:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ

“Dan orang-orang yang mengambil selain Allah sebagai perlindungan, (mereka berkata:) ‘Kami tidak menyembah mereka selain agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (QS. Az-Zumar:3)

Dan firman Allah:

إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ , وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا ۗ قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ ۖ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan sebagai pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji (syirik, tawaf telanjang disekeliling ka’bah dan sebagainya), mereka berkata: ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu dan Allah menyuruh kami melakukannya’. Katakanlah: ‘Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kekejian, mengapa kalian mengada-adakan terhadap Allah apa yang kalian tidak ketahui?’(QS. Al-A’raf: 27-28)

إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ

“Sesungguhnya mereka mengambil setan-setan sebagai pemimpin selain Allah dan mereka menyangka merekalah orang-orang yang terpetunjuk.” (QS. Al-A’raf: 30)

Dan firman Allah:

وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَٰذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَٰذَا لِشُرَكَائِنَا ۖ فَمَا كَانَ لِشُرَكَائِهِمْ فَلَا يَصِلُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَىٰ شُرَكَائِهِمْ ۗ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: ‘Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami.’ Lalu sesajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah, sedangkan sesajian yang diperuntukkan bagi Allah sampai kepada  berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu.” (QS. Al-An’am: 136)

Ayat-ayat dengan makna yang sama sangatlah banyak…..(Insya Allah Bersambung)

(Di Ambil dari buku Syarah Ad Durusil Muhimmah li Ammatil Ummah, Cahaya Tauhid Press)