” PENTINGNYA IKHLAS DAN TAQWA DALAM BERQURBAN “

” PENTINGNYA IKHLAS DAN TAQWA DALAM BERQURBAN “

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

قال الله تعالى :

(لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ …) [سورة الحج : 37]َ

Artinya : ” Daging-daging dan darah ( hewan qurban ) itu sekali-kali tidak dapat sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat sampai kepada Nya…. “

〰〰〰〰〰〰〰〰

Tafsir As Sa’di :

وقوله: { لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا } أي: ليس المقصود منها ذبحها فقط. ولا ينال الله من لحومها ولا دمائها شيء، لكونه الغني الحميد، وإنما يناله الإخلاص فيها، والاحتساب، والنية الصالحة، ولهذا قال: { وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ } ففي هذا حث وترغيب على الإخلاص في النحر، وأن يكون القصد وجه الله وحده، لا فخرا ولا رياء، ولا سمعة، ولا مجرد عادة، وهكذا سائر العبادات، إن لم يقترن بها الإخلاص وتقوى الله، كانت كالقشور الذي لا لب فيه، والجسد الذي لا روح فيه.

Firman Alloh Ta’ala ( artinya ) :

“Daging-daging dan darah ( hewan qurban ) itu sekali-kali tidak dapat sampai kepada Allah….”

yakni bukanlah yang dimaksudkan darinya adalah sembelihan semata, dan tidak akan sampai kepada Alloh sedikitpun daging dan darahnya, karena Alloh maha kaya lagi maha terpuji, hanya saja yang sampai kepada Alloh adalah rasa ikhlas padanya, rasa mengharap pahala dan niat yang baik,

karena itu Alloh Ta’ala berfirman ( artinya ) :

“…..tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat sampai kepada Nya…”

Dalam ayat ini terdapat anjuran dan dorongan untuk ikhlas dalam menyembelih hewan qurban dan hendaknya yang menjadi tendensinya adalah karena mengharapkan Wajah Alloh semata bukan karena bangga, riya’ , sum’ah ( ditampakkan atau diperdengarkan untuk mendapat pujian orang ) dan tidak pula karena adat kebiasaan, dan yang demikian ini berlaku untuk seluruh ibadah: jika tidak disertai keikhlasan dan ketakwaan kepada Alloh maka tak ubahnya seperti kulit tanpa isi dan jasad tanpa ruh…..”

……………….( Tafsir As Sa’di )……………….

Walloohu a’lam

al ustadz abu abdillah m. rifa’i (bontang) hafizhahullah

TIS (Thalab Ilmu Syar’i)