Pelajaran Surat Al Fiil ( Gajah )

Pelajaran Surat Al Fiil ( Gajah )

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

بسم الله الرحمن الرحيم

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ

تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

.1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ?

2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka ( untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia – sia?

3. Dan dia mengirimkan kepada mereka buRung yang berbondong – bondong.

4. Yang melempari mereka dengan batu ( berasal) dari tanah yang terbakar,

5. Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan(ulat).

Dinamakan surat Al Fiil (Gajah) kerena dimulai dengan mengingatkan kisah para penunggah gajah. AlLah menyebutkan di surat Al Humazah tentang keadaan para pengumpat dan pencela yang mengumpulkan harta dan merasa mulia dengan hartanya, lalu Allah memberitaukan bahwa harta sama sekali tidak bermanfaat menghadapi siksaan Allah.

Dalam surat ini Allah mengisahkan  ashabul-fiil ( pasukan menunggang gajah) yang lebih kuat dari mereka, lebih banyak harta, dan lebih melampaui batas. Allah Ta’ala membinasakan mereka hanya dengan burung yang paling kecil dan paling lemah. Sementara harta, jumlah, dan kekuatan mereka tidak bermanfaat sama sekali untuk membantu mereka.

Arti kosa kata

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ

“ tidak lah kamu lihat, bagaimana Rabbmu memperbuat”

Tidaklah kamu tahu? Penyampaian ini di tujukan pada Rasul, walaupun Beliau tidak menyasikkan itu, tetapi menyasikkan bekas-bekasnya, hingga seolah olah Beliau melihatnya.

أَصْحَابِ الْفِيلِ

“ para penunggang gajah”

Mahmud adalah gajah terbesar, besarnya tiga belas gajah yang lainya. Penuggangnya adalah Abrahah.

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُ

“ bukankah Dia menjadikan tupi daya mereka “

Untuk menghancurkan Ka’bah.

فِي تَضْلِيلٍ

“ sia-sia “

Dalam kerugian dan kebinasaan.

طَيْرًا

“ burung”

Semua yang terbang di udara, baik besar maupun kecil.

أَبَابِيلَ

“ bergerombol – gerombol”

سِجِّيلٍ

“ tanah yang terbakar”

كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ

Seperti daun tanaman yang dimakan dan di injak-injak ulat.

Makna secara global

Surat ini mengandung pembicaraan tentang kejadian yang terjadi dekat sebelum kelahiran Nabi Muhammad Sholollohu’alaihiwassalam. Ringkasnya Abrahah Al Asyram gubernur Yaman di bawah kerajaan Habasyah pernah  berpendapat untuk mendirikan sebuah rumah ibadah (gereja) di Shan’a Yaman.

Dia menyeru bangsa Arab untuk berhaji kepadanya sebagai pengganti haji ke Baitil Haram. Tatkala dia telah membangun gereja yang dinamakan Quallais, sebagai bangunan yang belum pernah di kenal semisalnya dalam sejarah pembangun gereja, maka datang seorang laki-laki Quraisy yang membuang air besar lalu melumuri diding dengan kotoran itu disebabkan kejengkelannya.

Ketika Abrahah melihat bangunan kebanggaanya dengan keadaan seperti itu, maka muncullah api murkanya lalu mempersiapkan pasukan untuk memerangi Mekkah dan mengahancurkan Ka’bah. Berangkatlah bersamanya tiga belas gajah, diantaranya gajah yang bernama Mahmud ( Gajah Terbesar).

Mereka berjalan terus melawati sebuah lingkungan masyarakat Arab kemudian mereka perangi dan berhasil mengalahkannya sampai tiba di Mekkah. Terjadilah perundingan antara mereka dengan Tokoh Mekkah yaitu ‘Abdul Muththalib ( kakek Rasulullah ). Perundingan pun berakhir dengan hasil : Abrahah akan mengembalikan unta Abdul Muththalib kemudian Abrahah bisa berbuat apa saja terhadap Ka’bah.

Abdul Muththalib pun memerintahkan para lelaki penduduk Mekkah untuk mengosongkan negeri ini menuju ke puncak-puncak gunung membawa istri dan anak-anak mereka karena takut terhadap pasukan yang zalim yaitu Abrahah.

Segera pasukan Abrahah bergerak, hingga tiba di lembah Muhassar ( lembah terhina) maka tiba-tiba sekumpulan demi sekumpulan burung datang melempari pasukan itu dengan batu seukuran antara himsh dengan adas ( seperti kacang hijau). Mereka pun meleleh dan berjatuhan dagingnya lalu binasa. Abrahah lari dengan dagingnya yang berjatuhan, namun akhirya mati dalam perjalanan.

Kejadian adalah nikmat dari Allah bagi penduduk Al Haram dan penjaga rumah-nya. Oleh karena itu, bangsa Arab senantiasa memuliakan Ka’bah Al Haram dan penduduknya hingga sekarang.

Faedah yang dapat di ambil dari ayat ini.

  1. Hiburan bagi Rasulullah terhadap apa – apa yang beliau temui dari kezhaliman kuffar Quraisy.
  2. Mengingatkan kaum  Quraisy akan tindakan Allah Ta’ala terhadap Abrahah beserta kaumnya, menakutkan dan mengancam mereka.
  3. Memperlihatkan kekuasaan Allah Subhanawata’ala dalam memelihara hamba – hambaNya juga meperlihatkan serangan Allah Ta’ala terhadap musuh-musuhNya
  4. Perlindungan Allah terhadap baitnya dari musuh-musuh AgamaNya.
  5. Kejadian “ gajah” menjadi sejarah yang dinamakan dengan tahun gajah ( tahun 570 M) yang juga merupakan tahun lahirnya Nabi Muhammad Sholollohu’alaihiwassalam.

(diambil dari buku Ad Durusil Muhimmah Li Ammatil Ummah, Cahaya Tauhid Pres)