KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-7)

KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-7)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

BAB KEDUA: KEUTAMAAN-KEUTAMAAN TAUHID, YANG SALAH SATUNYA SEBAGAI PENGHAPUS DOSA

Dalil Pertama:

الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman yang tidak mencampuri keimanannya dengan kedzhaliman (kesyirikan), mereka ini adalah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan petunjuk (Q.S al-An’aam:82)

????Penjelasan Dalil Pertama:

Pada saat turun ayat ini, para Sahabat merasa gelisah dan sedih. Mereka menganggap bahwa orang yang akan mendapatkan keamanan dan petunjuk sesuai ayat itu adalah orang yang sama sekali tidak pernah berbuat dzhalim, yaitu berbuat dosa. Padahal tidak ada seorangpun yang bisa selamat dari dosa. Mereka menyangka makna ‘kedzhaliman’ pada ayat itu adalah semua jenis dosa.

Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa maksud kedzhaliman dalam ayat itu adalah kesyirikan. Sebagaimana ucapan Luqman yang diabadikan dalam alQuran ketika menasehati anaknya bahwa kesyirikan adalah kedzhaliman yang paling besar.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ } شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ كَمَا تَظُنُّونَ إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ { يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }

Dari Abdullah (bin Mas’ud) radhiyallahu anhu beliau berkata: Ketika turun ayat ini: “Orang –orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanannya dengan kedzhaliman….(Q.S al-An’aam:82)”para Sahabat Nabi shollallahu alaihi wasallam merasa sedih dan berat. Mereka berkata: Siapa di antara kami yang tidak mendzhalimi dirinya sendiri? Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Itu tidak seperti yang kalian sangka. Sesungguhnya kedzhaliman yang dimaksud adalah sebagaimana ucapan Luqman kepada anaknya: Wahai anakku, janganlah engkau berbuat syirik kepada Allah sesungguhnya kesyirikan adalah kedzhaliman yang sangat besar (Q.S Luqman:13)(H.R al-Bukhari)

Di dalam hadits yang lain Nabi shollallahu alaihi wasallam menjelaskan tentang 3 macam kedzhaliman:

الظُّلْمُ ثَلاَثَةٌ : فَظُلْمٌ لاَ يَتْرُكُهُ اللَّهُ ، وَظُلْمٌ يُغْفَرُ ، وَظُلْمٌ لاَ يُغْفَرُ ، فَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لاَ يُغْفَرُ فَالشِّرْكُ لاَ يَغْفِرُهُ اللَّهُ ، وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي يُغْفَرُ فَظُلْمُ الْعَبْدِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ ، وَأَمَّا الَّذِي لاَ يُتْرَكُ فَقَصُّ اللهِ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ

Kedzhaliman itu ada 3 macam: kedzhaliman yang tidak ditinggalkan oleh Allah, kedzhaliman yang diampuni, dan kedzhaliman yang tidak diampuni. Kedzhaliman yang tidak diampuni adalah kesyirikan. Sedangkan kedzhaliman yang (bisa) diampuni adalah kedzhaliman seseorang terhadap Allah (dosa selain syirik), Sedangkan kedzhaliman yang tidak ditinggalkan oleh Allah (adalah kedzhaliman antar sesama makhluk) yang akan Allah beri balasan (qishash) satu sama lain (H.R Abu Dawud atThoyaalisiy dihasankan oleh al-Munawi dan al-Albany).

Seseorang yang mentauhidkan Allah, tidak pernah berbuat kesyirikan, atau pernah berbuat syirik namun bertaubat dan diterima taubatnya oleh Allah, maka ia akan mendapatkan keamanan berupa tidak akan mendapat adzab yang kekal. Akhir kehidupannya di akhirat pasti berujung pada Jannah (surga). Apakah sebelumnya dia mendapat adzab atau tidak, tergantung seberapa bersih ia dari dua macam kedzhaliman yang lain yang menentukan berat mana antara timbangan amal kebajikannya dengan keburukannya.

Pada ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa orang beriman yang tidak mengotori keimanannya dengan kesyirikan, maka ia akan mendapatkan 2 hal: keamanan dan petunjuk. Keamanan dan petunjuk di dunia dan di akhirat.

Keamanan di dunia: orang yang mentauhidkan Allah dengan sempurna hatinya akan selalu merasa tenang, tidak ada perasaan gelisah, cemas, khawatir dan sebagainya. Keamanan di akhirat: aman dari kekekalan adzab Allah.

Petunjuk di dunia: Allah beri petunjuk kepada ilmu dan amal sholeh. Petunjuk di akhirat: Allah arahkan dan bimbing ia menuju Jannah (surga)( (penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam al-Qoulul Mufiid).