Beriman kepada Hari Akhir

Beriman kepada Hari Akhir

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Beriman kepada hari Akhir hukumnya wajib bagi setiap muslim, karena merupakan salah satu rukun iman yang enam yang wajib diimani oleh setiap muslim.

Allah banyak menggabungkan di dalam Al-Qur’an antara beriman kepada Allah dan beriman kepada hari Akhir, karena orang yang tidak beriman kepada hari Akhir tidak mungkin beriman kepada Allah. Dan seseorang tidak akan beramal sholeh kecuali karena meyakini dan mengharapkan balasan yang lebih baik dari Allah nanti pada hari Akhir.

Sehingga beriman kepada hari Akhir menjadi pendorong utama setiap muslim untuk menjalankan kataqwaan kepada Allah dan menjadi pendorong bagi setiap muslim untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allah. Karena meyakini adanya siksa Allah yang maha dahsyat di hari Akhir.

Hari Akhir disebut juga hari Kiamat yang pasti dialami oleh setiap manusia dan hari Akhir terdekat yang dialami setiap manusia adalah hari kematian yang sering disebut hari Kiamat kecil.

Edisi ini insya Allah kita akan bahas Kiamat kecil yaitu hari kematian, hari Akhir terdekat yang pasti dialami oleh setiap kita. Hal ini sangatlah penting untuk segera kita pahami dan kita imani karena pengaruhnya yang sangat besar terhadap pengaturan dan penataan pola hidup kita di dunia ini. Sementara setiap kita tidak ada yang mengetahui kapan ajal menjemput kita. Ada diantara kita yang sedang duduk tidak bisa bangun lagi, ada yang sedang bepergian tidak pulang lagi ke rumahnya dan ada yang sedang tidur berlanjut pada tidur untuk selamanya.

Kematian yang sudah pasti akan menjemput kita dengan waktu yang setiap kita tidak mengetahuinya dan bisa jadi sekarang dan hari hari ini atau minggu ini atau bulan ini, yang jelas pasti datang. Keyakinan ini akan menyadarkan kita untuk segera mempersiapkan diri menghadapinya dengan banyak bertaubat kepada Allah, segera kembali kepada-Nya dengan segera meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Segera sadar dan bangkit dari tidur panjang kelalaiannya selama ini.

Proses kematian
Kematian yang dialami setiap manusia ada dua yaitu kematian yang baik atau husnul khotimah, ini adalah kematiannya hamba Allah yang mukmin muttaqin maka dia akan mengalami proses kematian yang baik sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :
Åöäøó ÇáúÚóÈúÏó ÇáúãõÄúãöäó ÅöÐóÇ ßóÇäó Ýöí ÇäúÞöØóÇÚò ãöäó ÇáÏøõäúíóÇ æóÅöÞúÈóÇáò ãöäó ÇáúÂÎöÑóÉö äóÒóáó Åöáóíúåö ãóáóÇÆößóÉñ ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ÈöíÖõ ÇáúæõÌõæåö ßóÃóäøó æõÌõæåóåõãõ ÇáÔøóãúÓõ ãóÚóåõãú ßóÝóäñ ãöäú ÃóßúÝóÇäö ÇáúÌóäøóÉö æóÍóäõæØñ ãöäú ÍóäõæØö ÇáúÌóäøóÉö ÍóÊøóì íóÌúáöÓõæÇ ãöäúåõ ãóÏøó ÇáúÈóÕóÑö Ëõãøó íóÌöíÁõ ãóáóßõ ÇáúãóæúÊö Úóáóíúåö ÇáÓøóáÇóã ÍóÊøóì íóÌúáöÓó ÚöäúÏó ÑóÃúÓöåö ÝóíóÞõæáõ ÃóíøóÊõåóÇ ÇáäøóÝúÓõ ÇáãõØúãóÆöäøóÉö ÇÎúÑõÌöí Åöáóì ãóÛúÝöÑóÉò ãöäó Çááøóåö æóÑöÖúæóÇäò ÞóÇáó ÝóÊóÎúÑõÌõ ÊóÓöíáõ ßóãóÇ ÊóÓöíáõ ÇáúÞóØúÑóÉõ ãöäú Ýöí ÇáÓøöÞóÇÁö ÝóíóÃúÎõÐõåóÇ ÝóÅöÐóÇ ÃóÎóÐóåóÇ áóãú íóÏóÚõæåóÇ Ýöí íóÏöåö ØóÑúÝóÉó Úóíúäò ÍóÊøóì íóÃúÎõÐõæåóÇ ÝóíóÌúÚóáõæåóÇ Ýöí Ðóáößó ÇáúßóÝóäö æóÝöí Ðóáößó ÇáúÍóäõæØö æóíóÎúÑõÌõ ãöäúåóÇ ßóÃóØúíóÈö äóÝúÍóÉö ãöÓúßò æõÌöÏóÊú Úóáóì æóÌúåö ÇáúÃóÑúÖö ÞóÇáó ÝóíóÕúÚóÏõæäó ÈöåóÇ ÝóáóÇ íóãõÑøõæäó íóÚúäöí ÈöåóÇ Úóáóì ãóáóÅò ãöäó ÇáúãóáóÇÆößóÉö ÅöáÇøó ÞóÇáõæÇ ãóÇ åóÐóÇ ÇáÑøõæÍõ ÇáØøóíøöÈõ ¿ ÝóíóÞõæáõæäó ÝõáóÇäõ Èúäõ ÝõáóÇäò ÈöÃóÍúÓóäö ÃóÓúãóÇÆöåö ÇáøóÊöí ßóÇäõæÇ íõÓóãøõæäóåõ ÈöåóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÊøóì íóäúÊóåõæÇ ÈöåóÇ Åöáóì ÇáÓøóãóÇÁö ÇáÏøõäúíóÇ ÝóíóÓúÊóÝúÊöÍõæäó áóåõ ÝóíõÝúÊóÍõ áóåõãú ÝóíõÔóíøöÚõåõ ãöäú ßõáøö ÓóãóÇÁò ãõÞóÑøóÈõæåóÇ Åöáóì ÇáÓøóãóÇÁö ÇáøóÊöí ÊóáöíåóÇ ÍóÊøóì íõäúÊóåóì Èöåö Åöáóì ÇáÓøóãóÇÁö ÇáÓøóÇÈöÚóÉö ÝóíóÞõæáõ Çááøóåõ ÚóÒøó æóÌóáøó ÇßúÊõÈõæÇ ßöÊóÇÈó ÚóÈúÏöí Ýöí Úöáøöíøöíäó æóÃóÚöíÏõæåõ Åöáóì ÇáúÃóÑúÖö ÝóÅöäøöí ãöäúåóÇ ÎóáóÞúÊõåõãú æóÝöíåóÇ ÃõÚöíÏõåõãú æóãöäúåóÇ ÃõÎúÑöÌõåõãú ÊóÇÑóÉð ÃõÎúÑóì ÞóÇáó ÝóÊõÚóÇÏõ ÑõæÍõåõ Ýöí ÌóÓóÏöåö
“Sesungguhnya setiap hamba yang mukmin apabila akan berpisah dengan dunia untuk menghadap Akhirat maka turun malaikat dari langit, wajahnya putih seperti matahri, mereka membawa kafan surga dan pewangi surga, mereka duduk sejauh pandangan mata, kemudian datang malaikat maut (pencabut nyawa) duduk di dekat kepala hamba mukmin dan berkata : “wahai jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan dan keridhoan Allah.” Beliau berkata : Maka keluarlah ruhnya seperti keluarnya air dari mulut kendi, maka diambilnya ruh itu. Dan tidak dibiarkan walaupun sebentar di tangannya, tetapi langsung diambil malaikat pembawa kafan untuk dibungkus kafan dan pengawet surga tadi. Keluarnya ruh itu seperti hembusan misik terharum yang ada di muka bumi. Kemudian, mereka membawa naik ruh itu dan tidak melewati sekelompok malaikat kecuali mereka bertanya : “Ruhnya siapa yang sangat baik ini ?” Mereka menjawab : “Ruhnya fulan bin fulan” dengan menyebutkan namanya yang baik yang dinamakan dengannya di dunia. Kemudian berhenti di langit dunia dan mereka meminta untuk dibukakan pintunya maka mereka dibukakan pintunya dan para malaikat ikut mengantara ruh tersebut sampai ke langit di atasnya sampai berhenti ruh itu di langit yang ke tujuh. Maka Allah berfirman : “Tulislah catatan hambaKu di illiyin”. Kemudian dikatakan : “Kembalikanlah dia ke bumi, karena sesungguhnya dari bumi (tanah) pertama Aku ciptakan mereka dan ke dalam tanah mereka dikembalikan dan dari tanah sekali lagi mereka akan dikeluarkan. Beliau bersabda : “Maka dikembalikanlah ruh itu pada jasadnya.” (HR. Nasa’I : dan lainnya dishahihkan oleh Al-Albani) dalam Ahkamul Janaiz).

Inilah proses kematian yang baik (khusnul khotimah). Semoga kita termasuk golongan ini, amin.

Sedangkan proses kematian yang kedua adalah kematian yang jelek (suul khotimah) yaitu kematiannya orang-orang kafir dan durhaka kepada Allah – semoga Allah melindungi kita darinya- adalah seperti yang dikisahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :
æóÅöäøó ÇáúÚóÈúÏó ÇáúßóÇÝöÑó (æÝí ÑæÇíÉ : ÇáÝóÇÌöÑõ) ÅöÐóÇ ßóÇäó Ýöí ÇäúÞöØóÇÚò ãöäó ÇáÏøõäúíóÇ æóÅöÞúÈóÇáò ãöäó ÇáúÂÎöÑóÉö äóÒóáó Åöáóíúåö ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóáóÇÆößóÉñ ÓõæÏõ ÇáúæõÌõæåö ãóÚóåõãõ ÇáúãõÓõæÍõ ÝóíóÌúáöÓõæäó ãöäúåõ ãóÏøó ÇáúÈóÕóÑö Ëõãøó íóÌöíÁõ ãóáóßõ ÇáúãóæúÊö ÍóÊøóì íóÌúáöÓó ÚöäúÏó ÑóÃúÓöåö ÝóíóÞõæáõ ÃóíøóÊõåóÇ ÇáäøóÝúÓõ ÇáúÎóÈöíËóÉõ ÇÎúÑõÌöí Åöáóì ÓóÎóØò ãöäó Çááøóåö æóÛóÖóÈò ÞóÇáó ÝóÊõÝóÑøóÞõ Ýöí ÌóÓóÏöåö ÝóíóäúÊóÒöÚõåóÇ ßóãóÇ íõäúÊóÒóÚõ ÇáÓøóÝøõæÏõ ãöäó ÇáÕøõæÝö ÇáúãóÈúáõæáö ÝóíóÃúÎõÐõåóÇ ÝóÅöÐóÇ ÃóÎóÐóåóÇ áóãú íóÏóÚõæåóÇ Ýöí íóÏöåö ØóÑúÝóÉó Úóíúäò ÍóÊøóì íóÌúÚóáõæåóÇ Ýöí Êöáúßó ÇáúãõÓõæÍö æóíóÎúÑõÌõ ãöäúåóÇ ßóÃóäúÊóäö ÑöíÍö ÌöíÝóÉò æõÌöÏóÊú Úóáóì æóÌúåö ÇáúÃóÑúÖö ÝóíóÕúÚóÏõæäó ÈöåóÇ ÝóáóÇ íóãõÑøõæäó ÈöåóÇ Úóáóì ãóáóÅò ãöäó ÇáúãóáóÇÆößóÉö ÅöáøóÇ ÞóÇáõæÇ ãóÇ åóÐóÇ ÇáÑøõæÍõ ÇáúÎóÈöíËõ ÝóíóÞõæáõæäó ÝõáóÇäõ Èúäõ ÝõáóÇäò ÈöÃóÞúÈóÍö ÃóÓúãóÇÆöåö ÇáøóÊöí ßóÇäó íõÓóãøóì ÈöåóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÊøóì íõäúÊóåóì Èöåö Åöáóì ÇáÓøóãóÇÁö ÇáÏøõäúíóÇ ÝóíõÓúÊóÝúÊóÍõ áóåõ ÝóáóÇ íõÝúÊóÍõ áóåõ Ëõãøó ÞóÑóÃó ÑóÓõæáõ Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåã Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ( áóÇ ÊõÝóÊøóÍõ áóåõãú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáÓøóãóÇÁö æóáóÇ íóÏúÎõáõæäó ÇáúÌóäøóÉó ÍóÊøóì íóáöÌó ÇáúÌóãóáõ Ýöí Óóãøö ÇáúÎöíóÇØö ) ÝóíóÞõæáõ Çááøóåõ ÚóÒøó æóÌóáøó ÇßúÊõÈõæÇ ßöÊóÇÈóåõ Ýöí ÓöÌøöíäò Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÇáÓøõÝúáóì ÝóÊõØúÑóÍõ ÑõæÍõåõ ØóÑúÍðÇ Ëõãøó ÞóÑóÃó ( æóãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááøóåö ÝóßóÃóäøóãóÇ ÎóÑøó ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ÝóÊóÎúØóÝõåõ ÇáØøóíúÑõ Ãóæú Êóåúæöí Èöåö ÇáÑøöíÍõ Ýöí ãóßóÇäò ÓóÍöíÞò ) ÝóÊõÚóÇÏõ ÑõæÍõåõ Ýöí ÌóÓóÏöåö

“Sesungguhnya hamba yang kafir -dalam riwayat lain hamba yang fajir (banyak berbuat dosa) – ketika hendak berpisah dengan dunia untuk menghadap Akhirat turun kepadanya malaikat dari langit, mereka keras dan kasar berwajah hitam membawa gombalan kasar dari nereka, mereka duduk sejauh pandangan mata dari si hamba. Kemudian datanglah malaikat maut duduk di samping kepalanya dan berkata : “wahai jiwa yang jelek keluarlah menuju kemurkaan dan laknat Allah.” Beliau mengatakan : “Maka ruhnya bercerai berai di dalam badannya, ditarik seperti ditariknya sebatang besi yang bercabang kiri dan kanannya dari kain yang membungkusnya. Maka terputuslah karenanya urat-urat dan sarafnya. Maka setiap malaikat antara langit dan bumi melaknatnya juga semua malaikat yang ada di langit, maka dikunci seluruh pintu langit dan setiap penjaga pintu langit berdoa kepada Allah agar ruh itu tidak melewati pintu yang dijaganya.
Maka diambillah ruhnya dan tidak dibiarkan di tangannya walaupun sebentar segera dimasukkan ke dalam gombal (kain jelek, red) neraka. Dan keluarnya ruh dari badannya berbau busuk seperti bau bangkai terbusuk yang ada di muka bumi. Maka ruhnya dibawa naik dan tidak melewati sekelompok malaikat kecuali mereka berkata : “Ruhnya siapa yang jelek ini?” Malaikat mengatakan : “Ruhnya fulan bin fulan,” dengan menyebutkan nama yang jelek yang dinamakannya di dunia, sampai berhenti di langit dunia dan meminta dibukakan pintunya, maka tidak dibukakan pintunya, dan beliau membaca : ‘Mereka tidak dibukakan pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai unta masuk lubang jarum.”
Maka Allah berfirman : “Tulislah catatannya di sijjin, yaitu di bumi yang paling bawah”. Kemudian dikatakan : “Kembalikanlah dia ke bumi. Karena Aku telah menjanjikan pada mereka, sesungguhnya dari tanah mereka diciptakan, ke dalam tanah mereka dikembalikan dan dari dalam tanah mereka akan dibangkitkan sekali lagi.”
Maka dilemparlah ruhnya dari langit dengan keras sampai kembali ke jasadnya, kemudian beliau membaca ayat : “Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah maka mereka seperti terlempar dari langit dan disambar burung atau dibawa angin ke tempat yang jauh.”
Kemudian dikembalikan ruhnya ke jasadnya. Beliau bersabda : Sesungguhnya mereka bisa mendengar hentakan kaki saudaranya yang mengantarnya ketika mereka berpaling hendak pulang.” (HR. Nasa’i dan lainnya dishahihkan oleh Al-Albani) dalam Ahkamul Janaiz).

Inilah proses kematian yang jelek yang pasti dialami oleh setiap orang kafir atau banyak berbuat dosa dan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. /bersambung

(Ditulis oleh al Ustadz Abdurrahim, Malang, dikirimkan via email oleh al Akh Khudori)