Kajian Shahih Albukhari Kitabul Ilmi

Kajian Shahih Albukhari Kitabul Ilmi

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Oleh : Ustadz Kharisman
Bab Menjawab Permintaan Fatwa dengan Isyarat (Anggukan Kepala) atau Tangan

عَنْ أَسْمَاءَ قَالَتْ أَتَيْتُ عَائِشَةَ وَهِيَ تُصَلِّي فَقُلْتُ مَا شَأْنُ النَّاسِ فَأَشَارَتْ إِلَى السَّمَاءِ فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ فَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ قُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ بِرَأْسِهَا أَيْ نَعَمْ فَقُمْتُ حَتَّى تَجَلَّانِي الْغَشْيُ فَجَعَلْتُ أَصُبُّ عَلَى رَأْسِي الْمَاءَ فَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ مَا مِنْ شَيْءٍ لَمْ أَكُنْ أُرِيتُهُ إِلَّا رَأَيْتُهُ فِي مَقَامِي حَتَّى الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَأُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُورِكُمْ مِثْلَ أَوْ قَرِيبَ لَا أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ يُقَالُ مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ أَوْ الْمُوقِنُ لَا أَدْرِي بِأَيِّهِمَا قَالَتْ أَسْمَاءُ فَيَقُولُ هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى فَأَجَبْنَا وَاتَّبَعْنَا هُوَ مُحَمَّدٌ ثَلَاثًا فَيُقَالُ نَمْ صَالِحًا قَدْ عَلِمْنَا إِنْ كُنْتَ لَمُوقِنًا بِهِ وَأَمَّا الْمُنَافِقُ أَوْ الْمُرْتَابُ لَا أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ

Dari Asma’ (binti Abu Bakr) radliyallaahu ‘anha beliau berkata: Saya mendatangi Aisyah radhiyallaahu ‘anha yang sedang sholat. Saya bertanya : Apa yang dilakukan orang-orang? Aisyah mengisyaratkan (tangannya) ke arah langit (gerhana matahari). Manusia pada waktu itu melakukan sholat. Aisyah berkata: Subhaanallah! Asma’ bertanya lagi: Apakah ini adalah tanda (kekuasaan Allah)? Aisyah mengisyaratkan dengan kepalanya (membenarkan). Kemudian aku sholat hingga (karena saking lamanya) sempat sedikit hilang kesadaran. Kemudian aku menuangkan air di atas kepalaku. (Setelah selesai sholat), Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam memuja dan memuji Allah kemudian Nabi bersabda: Tidaklah ada sesuatu yang sebelumnya tidak ditampakkan kepadaku, kecuali telah ditampakkan dari tempatku berdiri ini, sampai-sampai Surga dan Neraka. Diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan mendapatkan fitnah kubur semisal atau mendekati Fitnah adDajjal. (Malaikat akan bertanya kepada orang di kubur): Apa yang engkau ketahui tentang lelaki ini (Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam? Orang mukmin akan berkata: Dia adalah Muhammad utusan Allah yang datang kepada kami dengan membawa penjelasan dan petunjuk, kemudian kami jawab seruan beliau dan mengikutinya. Dia adalah Muhammad (diucapkan 3 kali). Maka dikatakan kepada orang mukmin ini : Tidurlah dalam keadaan baik, kami telah mengetahui bahwa engkau adalah orang beriman. Sedangkan orang munafiq atau orang yang ragu keimanannya akan berkata: Aku tidak mengetahui, aku hanya mendengar manusia mengucapkan hal itu kemudian aku ikuti mengucapkan demikian (riwayat alBukhari)

Beberapa Pelajaran yang Bisa Diambil dari Hadits :

1. Bolehnya berbicara kepada orang yang sholat sesuai kebutuhan. Seperti yang dilakukan Asma’ bertanya kepada Aisyah yang sedang sholat. Orang yang ditanya, yang sedang dalam kondisi sholat menjawab tidak dengan ucapan, tapi dengan isyarat sesuai keperluan.
2. Bolehnya bergerak dalam sholat jika ada keperluan. Seperti yang dilakukan Asma’ yang mengambil air di sampingnya dan mengguyurkannya ke atas kepala (dalam sholat) karena demikian panasnya keadaan waktu itu dan beliau hampir pingsan.
3. Bolehnya menjawab fatwa dengan anggukan kepala atau isyarat tangan.
4. Seorang wanita yang sholat boleh mengingatkan wanita lain dengan tasbih jika suaranya hanya didengar oleh wanita saja, bukan jamaah laki-laki asing (‘ajnabi). Seperti yang dilakukan oleh Aisyah mengucapkan Subhaanallah dalam sholat kepada Asma’.
5. Disunnahkan sholat Kusuf (gerhana matahari) meski matahari hanya mengalami gerhana sedikit (tidak keseluruhan). Hal ini ditunjukkan dalam hadits bahwa Asma’ baru mengetahui bahwa terjadi gerhana setelah diberi isyarat oleh Aisyah. Kalau seandainya yang terjadi pada waktu itu adalah gerhana total, niscaya Asma’ sudah mengetahui terlebih dahulu.
6. Sholat Kusuf dilakukan oleh para wanita di masjid bersama jama’ah kecuali jika dikhawatirkan adanya fitnah, maka sebaiknya dilakukan berjamaah khusus wanita di masjid wanita atau di rumah.
7. Sholat Kusuf di masa Nabi dilakukan dengan membaca surat yang panjang dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian Sahabat wanita sampai-sampai ada yang sempat hilang kesadaran. Hal itu juga menunjukkan kesabaran dan semangat para Sahabat dalam beribadah kepada Allah. Sholat Kusuf adalah 2 rokaat. Tiap rokaat terdiri dari 2 ruku’, sehingga total 4 ruku’.
8. Sunnah Nabi sebelum memulai ceramah atau khutbah diawali dengan pujian kepada Allah.
9. Surga dan neraka telah ada dan ditampakkan kepada Nabi pada waktu itu. Atas Kekuasaan Allah, hanya Nabi saja yang melihatnya, sedangkan para Sahabat lain yang berada di belakang beliau tidak ada yang melihatnya.
10. Bolehnya seseorang yang sholat menghadap ke arah depan (bukan ke arah bawah), sebagaimana Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam melihat ke arah depan saat ditunjukkan surga dan neraka.
11. Adanya fitnah kubur dan fitnah Dajjal.
12. Bisanya menjawab fitnah kubur sesuai dengan amalan di dunia, sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa seorang yang beriman akan melewati fitnah kubur dengan selamat karena mereka di dunia mengikuti Sunnah Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam.
13. Orang munafik tidak akan bisa melewati fitnah kubur dengan selamat dan mereka akan diadzab di kubur. Demikian juga orang kafir, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain.
14. Iman tidak cukup persaksian dengan lisan saja, namun harus juga diikuti pembenaran/ keyakinan hati. Orang munafik yang disebutkan dalam hadits tersebut sekedar mengucapkan karena ikut-ikutan manusia, namun tidak diiringi keimanan dalam hati.

(Dikaji pada malam Jumat 29 Dzulhijjah 1432H/24 November 2011 di masjid atTaqwa Perum YTL Paiton Probolinggo)
RUJUKAN :
Fathul Baari Syarh Shahih alBukhari karya alHafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany
Fathul Baari Syarh Shahih alBukhari karya Ibnu Rajab alHanbaly
Syarh Shahih alBukhary karya Ibnu Baththol
Syarh Kitaabil Ilmi min Shahih alBukhary (disampaikan Syaikh Abdullah bin Shalfiq dalam Daurah Asatidzah di Ma’had al-Anshar Yogya Sya’ban 1429 H)