Berbekal Dalam Perjalanan Singkat, Untuk Menuju Masa Panjang Tanpa Akhir

Berbekal Dalam Perjalanan Singkat, Untuk Menuju Masa Panjang Tanpa Akhir

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

             Ditulis  Oleh Ustadz Marwan Abu Hafsh

Sesungguhnya jika seorang pedagang mendatangi tempat perdagangan dan saat tersebut adalah memasuki musim perdagangan, kemudian melakukan berbagai bentuk transaksi untuk meraih keberuntungan, sungguh setelah ia pulang kembali saat musim perdagangan tersebut berakhir, maka kemudian  ia melakukan penghitungan dari hasil muamalahnya, ia melihat hasil yang didapatkan dari keberuntungannya dan apa yang diperoleh dari apa yang ia usahakan, ia melihat apakah ia beruntung ataukah ia rugi? Apakah ia berhasil atau ia pailit. Demikianlah perhatian yang besar dalam perdagangan di pasar dunia dan pada perkara yang akan binasa, maka hendaklah kita semua mengambil pelajaran darinya dengan cakap dan dengan akal yang bersih untuk perkara yang lebih besar.

Sungguh kita semua jadi ingat dengan berakhirnya hari-hari dan bulan-bulan yaitu kita mengingat berlalunya umur-umur kita, dan perjalanan menuju negeri kekekalan, dan dunia itu bukanlah negeri tempat tinggal, dunia itu hanyalah negeri yang dilewati dalam sebuah perjalanan singkat untuk menuju akherat suatu masa yang tanpa akhir, dan dunia itu hanyalah pasar yang seorang musafir mencari perbekalan sebagai perbekalan untuk safarnya, maka hendaklah setiap individu mencari bekal padanya dengan amalan-amalan sholeh firman Allah Ta’aala :

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Al-Baqoroh :197)

Dunia itu dicerca lebih banyak dalam penyebutannya berkaitan kebinasaannya dan berbolak-baliknya keadaan dunia tersebut, dan ini merupakan awal dari dalil yang menunjukkan bahwa akan berakhirnya dunia itu, dan akan binasa dunia itu, dan keadaan  sehat di dunia itu akan diganti dengan keadaan sakit, dan adanya dunia itu akan diganti tidak adanya, keadaan muda akan diganti dengan ketuaan, kenikmatannya akan diganti dengan bencana, dan kehidupan di dunia ini akan diganti dengan kematian, bangunan-bangunannya akan diganti dengan kehancuran, berkumpulnya dan persatuan di dunia akan diganti dengan perpisahan terhadap orang-orang yang dicintai, dan setiap dari apa yang di atas tanah itu adalah tanah.

Maka hendaknya setiap individu dalam perjalanan hidup di dunia ini untuk kemudian berbekal. Bekal apa yang harus dikumpulkan dan dipersiapkan untuk suatu perjalanan jauh yang akan ia tempuh. Perjalanan nan panjang menuju kampung halaman yang diharapkan, kampung akhirat, kampung tempat tinggal akhir tanpa berakhir sesuai dengan ketentuan dan ketetapan dari sisi Allah Ta’aala yang telah menetapkan bahwa jannah (surga) dan neraka itu adalah kekal selamanya.

Dan sungguh mayoritas manusia dalam perjalanan hidupnya kebanyakan tertipu dengan perbekalan  yang harus ia persiapkan. Tertipu, sehingga mayoritas terlena dengan mengumpulkan perbekalan untuk semata hidup di dunia yang sesaat, dari kesibukan mengumpulkan perkara dunia dan melalaikan sebaik-baik perbekalan yaitu ketaqwaan dan amalan sholih. Lebih menyedihkan lagi, mereka memenuhi kebanyakan dari sisi kehidupannya dari perbuatan menghinakan diri dengan melumuri amalannya dengan berbagai perbuatan kesyirikan dan mencampakkan aqidahnya, kemudian mayoritas manusia meremehkan penegakan amalan sholat dan kewajiban zakat, sedangkan keduanya adalah sebesar-besar rukun islam setelah dua kalimat syahadah.

Atau bahkan seseorang tak mempedulikan lagi batasan-batasan syari’at untuk sekedar meraih bekal hidup dan kepentingan ambisi dunianya semata, menjatuhkan diri dalam perbuatan riba dalam keadaan mereka mengetahui hal tersebut adalah suatu yang dilarang syariat, sungguh telah tersebar riba dalam berbagai muamalah di kalangan kaum muslimin,tetapi bukan berarti mengharuskan untuk kaum muslimin menjatuhkan diri dalam hal riba tersebut, karena di sana banyak jalan upaya mencari rizki yang diridhoi oleh pembuat syari’at ini yaitu Allah Ta’aala. Dan yang lain sebagian para pemuda kaum muslimin telah terjatuh  pada perbuatan fakhisah (keji) dan perbuatan kotor. Dan telah menyebar kedustaan-kedustaan di dalam muamalah, dan didapati di antara orang-orang yang memiliki jabatan adanya saling memberikan suap yang dilaknat oleh Nabi shollallohu’alaihi wa sallam dari orang-orang yang berusaha untuk melakukan perbuatan suap, demikian pula yang menyuap dan yang menerima suap.

Demikian pula banyak perbuatan-perbuatan kejahatan di dalam urusan persengketaan dan kedustaan-kedustaan dalam persaksian. Sebagian para wanita meremehkan masalah hijab dan mereka memamerkan dandanannya dengan berhias pada pakainnya. Maka atas kaum muslimin untuk bertaqwa kepada Allah Ta’aala dan untuk memperhatikan dengan perhatian yang besar dari bahaya-bahaya tersebut, dan hendaklah memperbanyak taubat dan istighfar, sebagai bekal yang lain untuk meneruskan perjalanan panjangnya menuju kampung halaman yang diharapkan, kampung akhirat.

Maka hendaknya setiap individu muslim menjaga ketaqwaan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, dan berupaya untuk senantiasa menjauhi perbuatan kemaksiatan, karena kita ini di masa dimana sangat besar fitnah itu karena sebab bercampurnya kejelekan-kejelekan dengan kebaikan-kebaikan disebabkan karena berdekatannya negeri-negeri, dan karena mudahnya hubungan serta mudahnya sarana-sarana penyebaran yang memberitakan tentang kejelakan-kejelekan apakah dari perkara informasi judul lagu dan kelompok musik, berita actor dan artis serta para pemain sinetron dan sekaligus presenternya, apakah lewat sarana radio, televisi dan media lain dengan program-programnya yang rusak dan merusak, sampai menjadilah alam ini sebagaimana satu negeri, sesuatu yang terjadi di ujung dunia ini sampai ke ujung dunia yang lain dengan sangat cepat waktunya secara pendengaran, penglihatan dan bacaan.

Berbekal dengan menjaga ketaqwaan di atas pemahaman agama yang benar ini adalah jalan keselamatan di dunia dan di akherat. Menelusuri jejak generasi terbaik, mempelajari dan memahami serta mengikuti pemahaman mereka para sahabat Nabi adalah keselamatan dua negeri (dunia dan akhirat). Keselamatan di dunia dengan terhindar dari berbagai kesesatan dan berbagai program penyesatan di dalam beragama ini. Keselamatan dengan terjaganya  darah, harta benda dan terpenuhi suasana aman, tumbuh kekuatan dan persatuan di antara kaum muslimin.

Demikianlah kebahagiaan sesungguhnya di muka bumi dan di akherat terselamatkan dari api neraka dan adzab yang pedih, dan menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam jannah yang penuh kenikmatan, dan selamat dari berbagai bahaya dan kehancuran, dan tanpa pemahaman agama islam dengan benar ini tidaklah ada keselamatan dan kebahagiaan, dan hanyalah kerugian terus menerus yang di dapatkan, demikian pula kesengsaraan yang kekal, karena ia dalam kehidupan ini tidak berbekal dengan ketaqwaan dan amal shalih, akan tetapi berbekal dengan berbagai kelalaian yang menyengsarakan.

Seluruh manusia itu akan terus berada di atas kemuliyaan ketika  iman dan taqwa menjadi bekal manusia dan akan senantiasa memiliki kemuliyaan yang paling besar, firman Alloh Ta’aala :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya ; Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.. (Al Hujurot : 13).