You are currently viewing Penjelasan Syarhus Sunnah lil Muzani (Bag ke-1)

Penjelasan Syarhus Sunnah lil Muzani (Bag ke-1)

  • Post author:
  • Post category:Aqidah

Ditulis Oleh Al Usstadz Abu Utsman Kharisman

 

Pendahuluan

Ismail bin Yahya al-Muzani (dikenal dengan al-Muzani) seorang Ulama’ dari Mesir, meninggal pada tahun 264 H adalah murid al-Imam asy-Syafi’i. Bahkan, beliaulah yang memandikan jenazah al-Imam asy-Syafi’i. Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata: “al-Muzani adalah penolong madzhabku”.

Syarhus Sunnah adalah salah satu karya al-Imam al-Muzani dalam bidang akidah. InsyaAllah secara berseri akan ditampilkan tulisan penjelasan terhadap Syarhus Sunnah lil Muzani tersebut. Pembahasan akidah yang disampaikan berkisar tentang: ketinggian Allah di atas ‘Arsy, iman terhadap Malaikat, penciptaan Adam, surga dan neraka, keimanan terhadap takdir, hakikat keimanan, keyakinan bahwa al-Quran adalah Kalam Allah bukan makhluk, keimanan terhadap Sifat-Sifat Allah, tidak gegabah dan bermudah-mudahan dalam mengkafirkan seseorang yang asalnya muslim, ketaatan kepada pemimpin muslim, ajal makhluk, fitnah kubur, pengadilan hari kiamat, kecintaan terhadap para Sahabat Nabi.

Tidak luput pula pembahasan tentang 4 rukun Islam (sholat fardhu, zakat, shoum Ramadhan, haji), menghindari najis, thoharoh (wudhu dan mandi wajib), sholat Sunnah (witir, rowatib, Iedul Fithri dan Iedul Adha, sholat gerhana, dan istisqo’).  Beberapa contoh dosa besar juga dibahas, yaitu tentang perbuatan mengadu domba, ghibah, dusta, dan bertindak sewenang-wenang.  Pada tulisan pertama ini baru akan disampaikan tentang biografi al-Imam al-Muzani, sebab penulisan risalah Syarhus Sunnah, serta penjelasan terhadap muqoddimah yang beliau sampaikan.

BIOGRAFI IMAM AL-MUZANI

Nama Lengkap

(Abu Ibrahim) Ismail bin Yahya bin Isma’il al-Muzani

Masa Kehidupan

(175 – 264 H). Beliau hidup selama 89 tahun. Pada masa kehidupan beliau hiduplah 11 penguasa al-Abbasiyah. Di antaranya Harun ar-Rasyid (193 H), Muhammad al-Amin (198 H), al-Ma’mun (218 H)-awal pemerintah fitnah khuluqul qur’an- bermula, al-Mu’tashim (227), al-Watsiq (232 H), al-Mutawakkil (247 H)-penguasa yang mulai menghidupkan Sunnah-.

Pujian Ulama terhadap Beliau

Al-Imam Ibnu Abdil Bar (salah seorang Ulama’ Malikiyyah) menyatakan: Beliau adalah Sahabat asy-Syafi’i yang paling berilmu, kecerdasan dan pemahamannya sangat detail, kitab-kitab dan ringkasan-ringkasan karyanya tersebar di seluruh penjuru bumi baik di timur maupun barat. Beliau adalah seorang yang bertaqwa, wara’, dan (menjaga) agama. Sangat penyabar dalam (menyikapi) keadaan yang sedikit dan kekurangan (Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah karya Doktor Jamal ‘Azzun hal 8).

Al-Imam Ibnul Jauzi (salah seorang Ulama’ al-Hanabilah) menyatakan: Beliau adalah Sahabat asy-Syafi’i–semoga Allah merahmatinya-. Beliau adalah seorang yang faqih (paham permasalahan agama) lagi cerdas. Terpercaya dalam hadits. Beliau memiliki (semangat) beribadah dan keutamaan. Beliau termasuk makhluk Allah Azza Wa Jalla yang terbaik. Senantiasa melakukan ribath (berjaga di perbatasan kaum muslimin) (Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah karya Doktor Jamal ‘Azzun hal 8)

Al-Imam adz-Dzahaby (salah seorang Ulama’ Syafi’iyyah) menyatakan: Beliau adalah Imam yang sangat berilmu. Orang yang faqih dalam agama ini. Tanda (syiar-nya) kezuhudan (Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah karya Doktor Jamal ‘Azzun hal 8)

Tempat Tinggal : Mesir

Guru-guru Beliau

Beliau mengambil ilmu dari beberapa Ulama’, di antaranya:

  1. Muhammad bin Idris asy-Syafi’i
  2. Ali bin Ma’bad bin Syaddad al-Bashri
  3. Nu’aim bin Hammad, Ulama’ yang pertama kali menyusun kitab al-Musnad.
  4. Ashbagh bin Nafi’

Murid-murid Beliau

Di antara murid beliau yang terkenal adalah :

  1. Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (dikenal dengan Ibnu Khuzaimah), salah seorang guru alBukhari dan Muslim (selain periwayatan hadits dalam Shahihnya) serta Ibnu Hibban al-Bustiy (Ibnu Hibban adalah guru al-Hakim).
  2. Abu Ja’far at-Thohawy, penulis kitab Akidah at-Thohawiyah. At-Thohawy menyatakan: Orang pertama yang aku tulis hadits (Nabi) darinya adalah al-Muzani. Al-Muzani adalah paman at-Thohawy dari jalur ibu.
  3. Abdurrahman bin Abi Hatim ar-Raziy, penulis kitab tafsir berdasarkan atsar, yang dikenal dengan Tafsir Ibn Abi Hatim. al-Imam Ibnu Katsir banyak mengambil rujukan dari kitab tersebut dalam tafsirnya.

Penolong Madzhab asy-Syafi’i

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menyatakan tentang al-Muzani:

الْمُزَنِى نَاصِرُ مَذْهَبِى

Al-Muzani adalah penolong madzhabku (Siyar A’lamin Nubalaa’ karya adz-Dzahaby (12/493), Thobaqot asy-Syafiiyyah al-Kubro karya Tajuddin as-Subkiy (2/94))

Asy-Syafi’i-lah yang mengarahkan al-Muzani untuk menekuni ilmu fiqh. Suatu hari Asy-Syafi’i menyatakan kepada al-Muzani:

فَهَلْ لَكَ فِى عِلْمٍ إِنْ أَصَبْتَ فِيْهِ أُجِرْتَ وَإِنْ أَخْطَأْتَ لَمْ تَأْثَمْ

Apakah tidak sebaiknya kau mempelajari ilmu yang jika engkau benar engkau mendapat pahala, dan jika salah (dalam berijtihad) engkau tidak berdosa?

Al-Muzani berkata: Ilmu apa itu? Asy-Syafi’i menyatakan: ilmu fiqh. Sejak saat itu al-Muzani berguru fiqh secara intensif kepada asy-Syafi’i (Thobaqoot asy-Syafiiyyah al-Kubro karya Tajuddin as-Subkiy (2/98))

Kecerdasan dan Kekuatan Hujjahnya dalam Berdebat

Al-Imam asy-Syafi’i pernah berkata dengan menunjuk pada al-Muzani:

هذَا لَوْ نَاظَرَ الشَّيْطَانَ قَطَعَهُ أَوْ جَدَلَهُ

(Anak) ini kalau (seandainya) mendebat syaithan, niscaya akan mengalahkannya (Hilyatul Awliyaa’ karya Abu Nuaim (9/139)).

Kekuatannya dalam Beribadah

Umar bin Utsman al-Makkiy menyatakan: Saya tidak pernah melihat seseorang yang… (kekuatan) ibadahnya dan keistiqomahan ibadahnya seperti al-Muzani (Wafayaat al-A’yan (2/352) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 25).

Abu Sa’id bin as-Sukkary menyatakan : Aku pernah melihat al-Muzani, aku tidak melihat orang yang lebih (kuat) beribadah kepada Allah (selain dia)(Wafayaat al-A’yan (2/351) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 25).

Yusuf bin Abdil Ahad al-Qummy menyatakan: “Saya pernah menemani al-Muzani pada suatu malam, matanya sedang sakit. Dia selalu memperbarui wudhu’ kemudian berdoa. Ketika merasa mengantuk, ia berwudhu’, kemudian berdoa, demikian dilakukan hingga 17 kali” (Manaqib asy-Syafi’i karya al-Baihaqy (2/350) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 24).

Senang Memandikan Jenazah

Al-Muzani sangat bersemangat untuk ikut serta memandikan jenazah, sebagai bentuk ibadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.

Adz-Dzahaby menyatakan : Beliau (al-Muzani) suka memandikan jenazah sebagai bentuk ibadah dan mengharapkan pahala (dari Allah), al-Muzani menyatakan: Aku berusaha untuk (selalu) ikut memandikan jenazah untuk melembutkan hatiku, sehingga kegiatan itu kemudian menjadi kebiasaanku (Siyaar A’laamin Nubalaa’ (12/495) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 25)

Bahkan beliaulah yang memandikan jenazah al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah bersama arRabi’ bin Sulaiman al-Muroodiy (Wafayaat al-A’yaan (1/218) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 25)

Catatan :

Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ غَسَّلَ مُسْلِمًا فَكَتَمَ عَلَيْهِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ أَرْبَعِينَ مَرَّةً ، وَمَنْ حَفَرَ لَهُ فَأَجَنَّهُ أُجْرِىَ عَلَيْهِ كَأَجْرِ مَسْكَنٍ أَسْكَنَهُ إِيَّاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ كَفَنَّهُ كَسَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سُنْدُسِ وَإِسْتَبْرَقِ الْجَنَّةِ

Barangsiapa yang memandikan seorang muslim kemudian menyembunyikan (aibnya), Allah akan ampuni untuknya 40 kali. Barangsiapa yang menggalikan kubur untuknya kemudian menguburkannya, akan dialirkan pahala seperti pahala memberikan tempat tinggal hingga hari kiamat. Barangsiapa yang mengkafaninya, Allah akan memberikan pakaian untuknya pada hari kiamat sutera halus dan sutera tebal dari surga (H.R alBaihaqy, atThobarony, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany)

Karya-karya al-Muzani

Semasa hidupnya, al-Muzani telah menghasilkan beberapa karya tulis yang bermanfaat, di antaranya:

  1. Ahkaamul Qur’aan
  2. Ifsaadut Taqliid (kerusakan perbuatan taqlid). Az-Zarkasyi kadang menyebut kitab ini dengan sebutan Fasaadut taqliid, kadang disebut Dzammut Taqliid
  3. Al-Amru wan Nahyu ala Ma’na asy-Syafi’i
  4. atTarghiib fil ‘ilmi
  5. al-Jaami’ul Kabiir
  6. al-Jaami’us Shoghiir
  7. ad-Daqoo-iq wal ‘Aqoorib
  8. Syarhus Sunnah, karya beliau yang kita kaji dalam buku ini.
  9. al-Mabsuuth fil furuu’.

10. Al-Mukhtasharul Kabiir.

11. Mukhtasharul mukhtashar, yang dikenal dengan mukhtashar al-Muzani

Abul Abbas as-Suraij menyatakan tentang mukhtashar al-Muzani : Kitab ini adalah pondasi/ induk dari kitab-kitab bermadzhab asy-Syafi’i. Terhadap permisalan-nya mereka mengurutkan, ucapannya mereka jelaskan (al-Waafiy bil wafayaat (9/238) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 43).

Al-Baihaqy menyatakan : Aku tidak mengetahui adanya suatu kitab yang ditulis dalam Islam yang lebih besar manfaatnya, lebih luas keberkahannya, lebih banyak buahnya. Bagaimana tidak, (hal itu didukung oleh) akidahnya (yang benar) dalam agama Allah, dan ibadahnya kepada Allah, kemudian (kesungguhannya) dalam menyusun kitab ini (Manaqib asy-Syafi’i (2/328) melalui Isma’il bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu syarhus sunnah hal 44).

Al-Muzani menyatakan dalam pembukaan pada Mukhtashar al-Muzani: Aku ringkaskan dalam kitab ini (suatu pengetahuan) yang berasal dari ilmu Muhammad bin Idris asy-Syafi’i rahimahullah dan dari makna ucapan-ucapannya. Untuk mendekatkan (pemahaman) kepada yang menginginkannya. Disertai dengan penjelasan larangan untuk bersikap taqlid (fanatisme membabi buta) terhadap beliau (asy-Syafi’i) ataupun selainnya. Untuk dilihat hal itu dalam agamanya, dan agar dijaga untuk dirinya (Mukhtashar al-Muzani fii furuu’isy syaafiiyyah hal 7 cetakan Daarul Kutub al-Ilmiyyah Beirut Lebanon) 

  1. 12.  Al-Masaa-ilul Mu’tabaroh
  2. 13.  Akidah Ahmad bin Hanbal
  3. 14.  Al-Mantsuuroot
  4. 15.  Nihaayatul Ikhtishar
  5. 16.  Al-Watsaa-iq
  6. 17.  Al-Wasaa-il 

LATAR BELAKANG PENULISAN Syarhus Sunnah lil Muzani

Hal yang melatarbelakangi penulisan kitab Syarhus Sunnah karya al-Muzani itu adalah sebagai berikut:

Sekelompok orang berkumpul dan membicarakan tentang Ulama’-Ulama’ Ahlussunnah di antaranya Malik, asy-Syafi’i, Sufyan ats-Tsaury, dan lain-lain hingga menyinggung tentang al-Muzani. Salah seorang menyangkal bahwa al-Muzani adalah termasuk Ulama’ (Ahlussunnah), karena (menurut dia) al-Muzani memiliki pemahaman yang menyimpang tentang taqdir dan bahwasanya al-Muzani suka berdebat dengan menggunakan qiyas. Maka salah seorang yang hadir di majelis tersebut kemudian mengirim surat kepada al-Muzani agar dituliskan tentang akidahnya. Al-Muzani kemudian membalas surat itu dengan risalah Syarhus Sunnah ini (Ismail bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu Syarhus Sunnah karya Doktor Jamal ‘Azzun hal 77)

KALIMAT PEMBUKA (MUQODDIMAH)

بسم الله الرحمن الرحيم 

 عَصَمَنَا اللهُ وَإِياَّكُمْ بِالتَّقْوَى وَوَفَّقَنَا وَإِياَّكُمْ لِمُوَافَقَةِ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّكَ أَصْلَحَكَ اللهُ سَأَلْتَنِي أَنْ أُوْضِحَ لَكَ مِنَ السُّنَّةِ أَمْرًا تُصَبِّرُ نَفْسَكَ عَلَى التَّمَسُّكِ بِهِ وَتَدْرَأُ بِهِ عَنْكَ شُبَهَ اْلأَقَاوِيْلِ وَزَيْغَ مُحْدَثاَتِ الضَّالِّيْنَ وَقَدْ شَرَحْتُ لَكَ مِنْهَاجًا مُوْضِحًا مُنِيْرًا لَمْ آلُ نَفْسِيْ وَإِياَّكَ فِيْهِ نُصْحًا بَدَأْتُ فِيْهِ بِحَمْدِ اللهِ ذِي الرُّشْدِ وَالتَّسْدِيْدِ

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Semoga Allah menjaga kita dengan taqwa dan memberikan taufiq kepada kita untuk (berjalan) sesuai petunjuk. Amma Ba’du. Sesungguhnya anda  -semoga Allah memperbaiki keadaan anda- meminta kepada saya untuk menjelaskan as-Sunnah  dengan penjelasan yang membuat jiwa anda bisa bersabar dalam berpegang teguh kepadanya, dan dengan penjelasan itu bisa menolak ucapan-ucapan yang mengandung syubhat (kerancuan), dan penyimpangan orang-orang yang mengada-ada lagi sesat. Saya akan jelaskan (sebentar lagi) manhaj (metode) yang jelas terang benderang dengan sepenuh jiwa pemberian nasehat untuk diri saya maupun anda. Saya mulai dengan memuji Allah yang memiliki petunjuk dan pengokohan (di atas kebenaran)

PENJELASAN:

Al-Muzani memulai tulisannya dengan basmalah (Bismillahirrohmaanir rohiim). Hal itu adalah sesuai dengan Sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam. Tulisan-tulisan dari Nabi yang dikirim kepada para pembesar-pembesar di negeri lain, sebagai dakwah kepada Islam, selalu diawali dengan Bismillahirrohmaanir rohiim.

Contohnya adalah surat yang dikirim oleh Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam kepada Hiraqla pembesar Romawi:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ سَلَامٌ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الْإِسْلَامِ أَسْلِمْ تَسْلَمْ وَأَسْلِمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الْأَرِيسِيِّينَ وَ { يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لَا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ }

Bismillahirrohmaanirrohiim. Dari Muhammad Rasulullah kepada Hiraqla pembesar Romawi. Semoga keselamatan untuk (orang-orang) yang mengikuti petunjuk. Amma Ba’du. Sesungguhnya aku mengajakmu dengan ajakan Islam. Masuk Islamlah, niscaya engkau selamat. Allah akan memberikan pahala dua kali kepadamu. Jika engkau berpaling, engkau juga akan menanggung dosa al-Arisiyyin (rakyat jelata yang mengikutimu). Wahai Ahlul Kitab, marilah kita bersatu pada kalimat yang sama di antara kita, yaitu agar kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah dan kita tidak mensekutukanNya dengan suatu apapun, dan janganlah kita menjadikan orang di antara kita sebagai Tuhan selain Allah. Jika kalian berpaling, ucapkanlah: persaksikanlah bahwa kami adalah kaum muslimin (H.R al-Bukhari no 4188 dan Muslim no 3322).

Pada muqoddimah ini juga al-Muzani mendoakan agar Allah menjaga beliau dan orang yang membaca risalah beliau tersebut dengan ketaqwaan dan agar semuanya mendapatkan hidayah Allah. Ini adalah salah satu kebiasaan Ulama’ Ahlussunnah yang menunjukkan kasih sayang mereka kepada kaum muslimin. Mereka mendoakan dan memberikan pengajaran yang benar kepada umat.

Beliau menyatakan :

وَقَدْ شَرَحْتُ لَكَ

Kalimat ini bisa mengandung 2 penafsiran, yaitu:

  1. ‘Aku telah menjelaskannya kepadamu’. Jika ini yang dimaksud, berarti beliau telah menulis semua isi risalah dan memberi muqoddimah setelahnya.
  2. ‘Aku akan menjelaskan kepadamu sebentar lagi’.

Kata ‘qod’ dalam bahasa Arab jika diikuti kata kerja lampau (fi’il madhi) kebanyakan memang berarti ‘telah’/ sudah’, namun kadangkala juga bermakna akan mengerjakan perbuatan dalam waktu dekat. Seperti ucapan seseorang yang mengumandangkan iqoomah sebelum sholat: Qod qoomatis sholaah, yang artinya: sholat akan ditegakkan sebentar lagi.

Penjelasan yang Terang Benderang

Al-Muzani menyatakan: Saya akan jelaskan (sebentar lagi) manhaj (metode) yang jelas terang benderang…

Para Ulama’lah yang menjelaskan ajaran Islam dengan jelas dan terang benderang. Membersihkan dan memurnikannya dari berbagai pemikiran yang menyimpang.

يَحْمِلُ هذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يُنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ

Ilmu ini dibawa oleh orang-orang yang adil (para Ulama’) pada setiap generasi. Mereka menghilangkan penyimpangan makna (alQuran dan hadits) yang dilakukan oleh para Ahlul Bid’ah, pengakuan dari para penolak (agama), dan penafsiran (menyimpang) dari orang-orang yang bodoh (H.R al-Baihaqy dan lainnya, dishahihkan oleh Imam Ahmad dalam al-Ilal karya al-Khollal–Tadriibur Rowi (1/303))

Sesungguhnya ajaran yang disampaikan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah ajaran yang telah terang benderang. Kemudian datang para penyimpang, namun pada setiap waktu akan selalu ada para Ulama’ yang membersihkan kekotoran-kekotoran tersebut hingga ajaran itu kembali menjadi terang benderang.

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ

Aku telah tinggalkan untuk kalian (ajaran yang jelas) yang putih (bersinar), malamnya bagaikan siangnya. Tidaklah ada yang menyimpang sepeninggalku kecuali ia akan binasa (H.R Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Abi Ashim, dinyatakan bahwa sanadnya hasan oleh al-Mundziri, dan dishahihkan al-Albany).

Sikap anNashiihah terhadap Kaum Muslimin

Al-Muzani menyampaikan bahwa dalam menulis risalah ini ia sampaikan dengan sepenuh hati pemberian an-nashiihah (nasehat). Beliau menyatakan: Saya akan jelaskan (sebentar lagi) manhaj (metode) yang jelas terang benderang dengan sepenuh jiwa pemberian nasehat untuk diri saya maupun anda

Sikap anNashiihah adalah ketulusan; keikhlasan untuk memberikan yang terbaik, tidak ada niatan (buruk) lain di baliknya.

عَنْ جَرِيرٍ قَالَ بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

Dari Jarir radhiyallahu anhu ia berkata: Aku berbaiat (bersumpah setia) kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam untuk menegakkan sholat,menunaikan zakat, dan bersikap an-nashiihah kepada seluruh muslim (H.R alBukhari no 2514 dan Muslim no 83).

Selanjutnya, Al-Muzani dalam muqoddimah ini menyatakan :

بَدَأْتُ فِيْهِ بِحَمْدِ اللهِ ذِي الرُّشْدِ وَالتَّسْدِيْدِ

Saya mulai dengan memuji Allah yang memiliki petunjuk dan pengokohan (di atas kebenaran)

Beliau mulai pujian kepada Allah. Sebagaimana Nabi shollallahu alaihi wasallam selalu memulai khutbah atau ceramah beliau dengan memuji Allah terlebih dahulu.