Metode Pengajaran yang Sukses

Metode Pengajaran yang Sukses

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Pengajar laki-laki ataupun perempuan harus menempuh metode pengajaran yang sukses yang datang dengannya Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah yang suci untuk mendidik bangsa muslim yang terdidik dan pemberani yang mampu membela agama dan umatnya.

1. Takut dan berharap

Para pengajar harus menanamkan dalam jiwa-jiwa pelajar mereka perasaan takut kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu sangat keras siksa-Nya terhadap orang-orang yang bermaksiat terhadap perintah-Nya, orang-orang yang meninggalkan kewajiban-kewajiban-Nya, Allah telah mengancam orang-orang yang sering berbuat maksiat dengan api yang membakar pada hari kiamat yaitu api yang sangat panas, jauh lebih panas dari api dunia.

Sebaliknya Allah sungguh telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, orang-orang taat, orang-orang yang melaksanakan hak-hak Allah dengan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, pepohonan, buah-buahan, bidadari dan yang lainnya dari macam-macam kenikmatan yang kekal. Dalil yang menunjukkan metode penggabungan antara takut dan harap, ingin dan cemas adalah ayat-ayat dan hadits-hadits sebagai berikut:

a. Allah berfirman:

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ () وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” [QS. Al-hijr: 49-50]

Allah juga berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” [QS. Al-A’raaf: 56]

Maka dalam ayat-ayat  ini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya -dan doa itu adalah ibadah- karena takut dari neraka-Nya dan berharap akan surga-Nya dan hendaknyalah seorang muslim itu antara takut dan harap sehingga akan seimbang perikehidupan pelajar dan akan baik keadaannya.

b. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah berdoa:

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud]

Ayat-ayat dan hadits ini adalah bantahan terhadap orang-orang sufi yang mengatakan bahwa mereka itu beribadah kepada Allah tidak mengharap surga-Nya dan tidak takut kepada neraka-Nya. Seolah-olah mereka tidak mendengar Al-Qur’an dan hadits yang telah disebutkan di muka.

2. Cerita-cerita yang mendidik

Cerita mempunyai pengaruh terhadap jiwa sehingga para pengajar laki-laki maupun perempuan hendaknya banyak-banyak bercerita yang bermanfaat yang cerita itu banyak dijumpai di dalam Al-Qur’an dan sunnah  yang suci.

a. Ashhabul Kahfi

Yang bertujuan membentuk bangsa yang beriman kepada Allah, mencintai tauhid dan membenci kesyirikan.

b. Kisahnya Nabi Isa

Yang bertujuan untuk mengenalkan bahwasanya beliau adalah hamba Allah dan bukan anak Allah sebagaimana sangkaan orang-orang nashrani.

c. Kisah Nabi Yusuf

Termasuk tujuannya adalah peringatan dari ikhtilath (campur baur) antara laki-laki dan perempuan karena banyaknya akibat-akibat buruk yang ditimbulkannya.

d. Kisah Nabi Yunus

Bertujuan untuk meminta pertolongan hanya kepada Allah saja terutama ketika tertimpa musibah.

e. Kisah orang-orang yang terjebak di dalam gua yang telah Rasulullah kisahkan kepada para sahabat beliau untuk mengajari mereka tentang tawassul kepada Allah dengan amal-amal sholih seperti keridhoan kedua orangtua, menunaikan hak-hak teman-tamannya, dan meninggalkan zina karena takut kepada Allah. Dan sunnah penuh kisah-kisah yang bermanfaat.

Kesimpulan:

Kepada para pengajar seluruhnya agar memperbanyak cerita-cerita yang bermanfaat kepada para pelajar dan itu adalah sebaik-baik penolong bagi pengajar untuk mendidik bangsa dan hendaknya meninggalkan cerita-cerita yang jelek yang mendorong perbuatan dosa seperti pencurian, perbuatan keji, dan penyelewengan-penyelewengan moral.

 

(dikutip dari buku Kiat Mendidik Anak, Pustaka Al Haura’)