TADABBUR SURAT AL-KAHFI AYAT 11-12

TADABBUR SURAT AL-KAHFI AYAT 11-12

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

✅Ayat Ke-11 Surat al-Kahfi

فَضَرَبْنَا عَلَى آَذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا

Terjemahan Ayat: Kemudian Kami tutup telinga mereka (tidurkan mereka) di dalam gua selama bertahun-tahun yang telah terhitung (waktunya)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menidurkan para pemuda Ash-haabul Kahfi itu selama bertahun-tahun. Pada ayat ini hanya disebutkan siniina ‘adadaa yaitu bertahun-tahun yang terhitung waktunya. Dijelaskan dalam ayat yang lain pada surat al-Kahfi ini bahwa durasi waktunya adalah 309 tahun (ayat ke-25).

Dengan ditidurkannya mereka itu terdapat penjagaan bagi hati mereka dari perasaan ketakutan dan keguncangan dan penjagaan bagi mereka dari kaum mereka agar nantinya menjadi ayat yang jelas (akan kekuasaan Allah)(Tafsir as-Sa’di).

Perkataan : Fadhorobnaa ‘alaa aadzaanihim (Kami tutup telinga mereka) menunjukkan bahwa tidurnya mereka adalah tidur yang sangat nyenyak sehingga tidak bisa mendengar segala sesuatu di sekitar mereka (disarikan dari Tafsir al-Kahfi libni Utsaimin)

✅Ayat Ke-12 Surat al-Kahfi

ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا

Terjemahan Ayat: Kemudian Kami bangkitkan mereka agar Kami mengetahui siapakah di antara 2 kelompok yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama (tinggalnya mereka dalam gua)

Para Ulama berbeda pendapat tentang siapakah dua kelompok yang disebut dalam ayat ini. Namun, pendapat yang rajih adalah bahwa dua kelompok yang disebut dalam ayat ini adalah semuanya dari Ash-haabul Kahfi sebagaimana disebutkan dalam ayat :

وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ

Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka sehingga mereka saling bertanya-tanya satu sama lain. Salah seorang dari mereka berkata: Berapa lama kalian tinggal (di sini)? Mereka berkata: Kami tinggal sehari atau sebagian hari. Ada yang berkata: Rabb kalian paling tahu berapa lama kalian tinggal (Q.S al-Kahfi ayat 19)

Pihak yang berkata: Rabb kalianlah yang Paling tahu berapa lama kalian tinggal adalah pihak yang paling tepat dalam menentukan berapa lama mereka tinggal, artinya masa tinggal mereka sangat lama (Adh-waaul Bayaan lisySyinqithy).

Dalam ayat ini mungkin saja timbul isykaal (permasalahan). Apakah Allah Azza Wa Jalla telah mengetahui setelah kejadian (karena dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah bangkitkan mereka agar Allah mengetahui…).

Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah menjelaskan makna kata lina’lama (agar Kami mengetahui), bahwa ‘mengetahui’ dalam ayat ini maknanya adalah:

Pertama, Ilmu yang terkait dengan melihat atau menyaksikan.
Telah dimaklumi bahwa ilmu tentang sesuatu yang akan terjadi berbeda dengan ilmu terhadap sesuatu yang telah terjadi. Karena ilmu Allah terhadap sesuatu sebelum terjadinya adalah ilmu bahwa sesuatu itu akan terjadi. Sedangkan setelah terjadinya itu adalah ilmu bahwa itu terjadi (pada saat Allah melihat dan menyaksikan perbuatan hamba).

Kedua, ilmu yang berkaitan dengan balasan terhadap suatu perbuatan (setelah terjadi).

Seperti dalam firman Allah:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ

Dan sungguh Kami akan menguji kalian hingga Kami mengetahui siapakah di antara kalian yang benar-benar berjihad dan bersabar …(Q.S Muhammad ayat 31)

Sebelum Allah menguji kita, Ia telah mengetahui siapakah yang akan taat dan siapakah yang akan bermaksiat. Akan tetapi pengetahuan ini belum berkaitan dengan balasan (pahala atau dosa). Saat seorang sudah melakukan perbuatan, barulah Allah memberikan balasan kepadanya sesuai perbuatan.

Di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara pengetahuan terhadap apa yang akan terjadi dengan yang akan terjadi. Berbeda dengan pengetahuan makhluk. Mungkin saja seseorang sudah mengetahui tentang berita suatu hal yang belum dilihatnya, namun saat ia melihat langsung, pengetahuannya bertambah.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits:

لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ

Kabar (yang didengar) tidaklah sama dengan melihat langsung (H.R Ahmad, dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabiy dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim) (penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Tafsir al-Kahfi).

Di sisi Allah, tidak akan berbeda sesuatu yang telah diketahui Allah sebelum terjadi dengan saat terjadinya. Segala yang terjadi tepat benar sesuai dengan yang telah diketahui Allah sebelumnya bahwa itu akan terjadi. Berbeda dengan pada makhluk. Mungkin saja seseorang telah diberitahu tentang rencana pelaksanaan sesuatu. Maka ia seakan-akan telah mengetahui sebelum kejadian. Namun, saat pelaksanaan ternyata terjadi kendala-kendala sehingga tidak terjadi seperti yang direncanakan.