Penjelasan Syarhus Sunnah lil Muzani (Bag ke-3.b)

Penjelasan Syarhus Sunnah lil Muzani (Bag ke-3.b)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

 ALLAH TINGGI DI ATAS ‘ARSY SEKALIGUS DEKAT DENGAN HAMBA-NYA

Kelima: Penjelasan tentang ketinggian Allah secara mutlak

Sebagaimana dijelaskan dalam AlQur’an, di antaranya:

{وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ} [البقرة: 255]

“ dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung” (Q.S al-Baqoroh:255).

{وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ} [سبأ: 23]

“ dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar” (Q.S Saba’:28)

Keenam: Penjelasan bahwa AlQur’an ‘diturunkan’ dari Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Ini jelas menunjukkan bahwa Allah berada di atas, sehingga Ia menyebutkan bahwa AlQur’an diturunkan dariNya. Tidaklah diucapkan kata ‘diturunkan’ kecuali berasal dari yang di atas.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam AlQur’an, di antaranya:

{تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ *} [الزمر: 1]

Kitab (Al Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S Az-Zumar:1).

{تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَانِ الرَّحِيمِ *} [فصلت: 2]

“ (AlQur’an) diturunkan dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (Q.S Fusshilaat:2)

{تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ} [فصلت: 42]

“ (Al Qur’an) diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji” (Q.S Fusshilat:42).

Ketujuh: Penjelasan tentang kekhususan sebagian makhluk di ‘sisi’ Allah (‘indallaah) yang menunjukkan bahwa sebagian lebih dekat dibandingkan yang lain kepada Allah.

Sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an, di antaranya:

{…فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لاَ يَسْأَمُونَ} [فصلت: 38]

“…maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu”(Q.S Fushshilat:38).

 

{وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ عِنْدَهُ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلاَ يَسْتَحْسِرُونَ *} [الأنبياء: 19]

Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih” (Q.S Al-Anbiyaa’:19).

{رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ} [التحريم: 11]

“Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di Jannah”(Q.S AtTahriim:11)

Kedelapan: Penjelasan bahwa Allah ada di atas langit

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam AlQur’an:

{أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ *أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ *} [الملك: 16 – 17]

“ Apakah kalian merasa aman dari (Allah) Yang Berada di atas langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau apakah kamu merasa aman terhadap (Allah) Yang Berada di atas langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (Q.S al-Mulk:16-17).

Yang dimaksud dengan ‘Yang berada di atas langit’ sesuai ayat tersebut adalah Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Karena Allahlah Yang Maha Mampu menjungkirbalikkan manusia bersama bumi yang dipijaknya tersebut serta meneggelamkan mereka di dalamnya. Hal ini diperjelas dengan ayat-ayat yang lain, di antaranya:

{أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا} [الإسراء: 68]

Maka apakah kamu merasa aman dari Yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil?”(Q.S al-Israa’:68)   

 أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَشْعُرُونَ

“Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari”(Q.S AnNahl:45).

Disebutkan dalam sebuah hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «الْمَيِّتُ تَحْضُرُهُ الْمَلاَئِكَةُ، فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ صَالِحًا، قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ. اخْرُجِي حَمِيدَةً وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَان. فَلاَ يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ، حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَجُ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ فَيُفْتَحُ لَهَا فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: فُلاَنٌ. فَيُقَالُ: مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ الطَّيِّبَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ. ادْخُلِي حَمِيدَةً وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ. فَلاَ يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى يُنْتَهَى بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي فِيهَا اللهُ عزَّ وجلَّ

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridlainya- beliau berkata: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang akan meninggal dihadiri oleh para Malaikat. Jika ia adalah seorang yang sholih, maka para Malaikat itu berkata: ‘Keluarlah wahai jiwa yang baik dari tubuh yang baik’. Keluarlah dalam keadaan terpuji dan bergembiralah dengan rouh dan rayhaan dan Tuhan yang tidak murka. Terus menerus dikatakan hal itu sampai keluarlah jiwa (ruh) tersebut. Kemudian diangkat naik ke langit, maka dibukakan untuknya dan ditanya: Siapa ini? Para Malaikat (pembawa) tersebut menyatakan: Fulaan. Maka dikatakan: Selamat datang jiwa yang baik yang dulunya berada di tubuh yang baik. Masuklah dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah dengan Rauh dan Rayhaan dan Tuhan yang tida murka. Terus menerus diucapkan yang demikian sampai berakhir di langit yang di atasnya Allah Azza Wa Jalla” (diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah, Al-Bushiri menyatakan dalam Zawaaid Ibnu Majah: Sanadnya sahih dan perawi-perawinya terpercaya, dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albaany).

Perlu dipahami dalam bahasa Arab bahwa lafadz في  tidak hanya berarti di ‘dalam’, tapi juga bisa bermakna ‘di atas’. Hal ini sebagaimana penggunaan lafadz tersebut dalam ayat:

فَسِيحُوا فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ…

Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di atas bumi selama empat bulan…(Q.S AtTaubah:2).

Dalam ayat itu disebutkan makna   في الأرض sebagai ‘di atas bumi’ bukan ‘di dalam bumi’. Karena itu makna في السماء artinya adalah ‘di atas langit’ bukan ‘di dalam langit’.

Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَلاَ تَأْمَنُونِي وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِي السَّمَاءِ! يَأْتِينِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً

“ Tidakkah kalian mempercayai aku, padahal aku kepercayaan dari Yang Berada di atas langit (Allah). Datang kepadaku khabar langit pagi dan sore” (H.R al-Bukhari dan Muslim).

Disebutkan pula dalam hadits:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ. ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Dari Abdullah bin ‘Amr radliyallaahu ‘anhumaa beliau berkata: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Orang-orang yang penyayang disayangi oleh ArRahmaan. Sayangilah yang ada di bumi, niscaya akan menyayangi kalian Yang ada di atas langit (Allah) (H.R atTirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albaany).

…..Insya Allah Bersambung