Setelah kita memahami pengertian salafy menurut termonologi atau istilah, mau tidak mau kita mesti mengisyaratkan bahwa siapa saja yang berjalan di atas manhaj yang telah dilalui oleh orang – orang yang terdahulu, mula – mula masuk islam dapat diberikan kepadannya beberapa sifat dan kriteria. Nabi pernah mensifatkan mereka sebagai orang – orang yang terasing, beliau bersabda :
“agama islam ini datang pertama kali dalam keadaan asing. Dan dia akan datang kembali asing. Sebagaimana pertama kalianya. Maka beruntunglah orang – orang yang asing”
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :
“secara spontan sudah dikatahui oleh mereka yang memikirkan (tadabbur) Al Quran dan As sunnah serta hal – hal yang disepakati oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah..”
Imam Asy Syathibi ketika menerangkan sifat –sifat mereka sebagai Ahli Bid’ah. Misal : “Si fulan diatas sunnah, yakni dia beramal diatas prinsip yang sesuai dengan apa yang dijalani oleh nabi dikatakan pula , “ Si fulan di atas bid’ah. Artinya ketika dia beramal di atas prinsip yang berlawan dengan itu (yakni dengan sunnah).
Mereka juga dijuluki sebagai ahlul atsar, ahlul haq, dan ahlul hadist. Imam Ahmad berkata tentang hal: “ini adalah madzhab ilmu dan ashhabul atsar dan ahlus sunnah yang (mereka itu) perpengang teguh dengannya dan di kenal melalui prinsip ini. Mereka adalah orang – orang yang di jadikan teladan dalam masalah ini di samping para sahabat Nabi’
Mereka (Ahlus Sunnah) memperoleh julukan ini karena mereka senantiasa membela As Sunnah dan mengajak manusia kepadanya tentang hal ini, Syaikh As Sa’di menerangkan “
“demikianlah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan ahlul hadist mereka adalah para pembela agama Allah, Kitab –kitabnya dan Sunnah Rasul-Nya”
Dan julukan itu (Ahlus Sunnah) akan terwujud bagi siapa yang menerapkan sebagaimana yang di jelaskan oleh ibnu Rajab sebagai berikut :
“As Sunnah adalah jalan yang ditempuh meliputi sikap tamassuk (berpegang teguh) dengan apa yang diyakini oleh nabi, para khulafaur Rasyidin, baik dalam hal I’tikad, ucapan maupun perbuatan. Inilah As Sunnah yang sempurna. Oleh karena itulah generasi salaf terdahulu, tidak menyebutkan kata As Sunnah secara mutlak kecuali terhadap hal – hal yang mencakup semua ini”
Siapapun yang memperhatikan pernyataan seperti ini yang bersumber dari para imam ini, niscaya akan menemukan bahwa As Sunnah dan para penganutnya adalah orang – orang yang menyandang berbagai sifat atau karakterristik yang agung, yang pada hakekatnya adalah satu. Dan jelas pula dari ucapan mereka bahwasannya sifat itu tidak menjadi sifat yang hakiki sampai seorang muslim betul betul jujur dan benar ketika berjalan diatasnya, baik dalam penerapannya, maupun tingkah lakunya, bukan hanya sekadar pengakuan semata.
Ibnu Hazm mengatakan :
“Dan Ahlus Sunnah yang kami terangkan adalah ahlul haq, adapun yang selain mereka adalah ahli bid’ah. Karena sesungguhnya mereka (Ahlus Sunnah) itu adalah para sahabat dan semua yang menempuh jalan yang di lalui oleh mereka dari kalangan tabi’in yang terbaik, kemudian Ashhabul Hadist, serta orang – orang yang mengikuti mereka dari kalangan ahli fiqih, generasi demi generasi sampai zaman kita ini. Begitu juga orang – orang yang meneladani mereka”
Jadi semua sifat yang tersebut sebagaimana ditegaskan oleh ahli ilmu, hakekatnya adalah satu. Adapun perpecahan yang terjadi diantara mereka sebagian kelompok (jama’ah) yang menjelaskan dirinya kepada dakwah (Salafiyah), maka sesungguhnya semuanya kembali kepada apa yang tampak pada jama’ah itu baik dalam perbedaan I’tikad (keyakinan,prisnsip) yang justru mengakibatkan terjadinya perpecahan dan perselisihan itu.
Maka wajib senantiasa iltizam (berpegang) dengan manhaj yang dianut oleh generasi pendahulu ummat ini, serta menjahui berbagai kelompok yang berpecah – belah dalam urusan agama ini, melarang atau mencegah kaum muslimin agar tidak mengikutinya serta mengingatkan mereka supaya berhati – hati terhadap kepalsuan pemikiran – pemikiran (yang menyimpang) tersebut.
(di kutip dari buku Manhaj Dakwah Salafiyah, Pustaka Al Haura’)