Penerjemah:Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Pertanyaan:
Saya adalah seorang pemuda yang suka menjadi imam masjid. Dan saya memiliki kemampuan akan hal itu. Di masa yang lalu (saya telah menjadi imam). Namun saya khawatir dengan upah (yang diberikan pada saya) menjadikan dunia masuk dalam hati (saya). Khawatirnya ambisinya adalah untuk mendapatkan upah saja?
Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin:
Kita katakan: semoga Allah memberkahi anda. Janganlah anda menjadikan ambisinya adalah untuk mendapatkan upah. Jadikanlah harapan anda adalah menjadi imam bagi orang-orang bertakwa. Karena orang-orang yang hadir di masjid-masjid adalah orang bertakwa, insyaallah. Sedangkan engkau adalah imam mereka. Sehingga masuk dalam keumuman firman Allah Ta’ala:
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً [الفرقان:74]
Jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa (Q.S al-Furqan ayat 74)
Tinggalkanlah (keinginan) mendapat upah. Anggap saja jika memang diberi (alhamdulillah, pent), kalau tidak diberi, tidak usah dipermasalahkan. Dengan demikian, niat anda akan murni.
Adapun memberikan upah bagi para imam, muadzin, pengajar, guru, dan pelajar, ini adalah untuk memotivasi pada kebaikan. Tidak mengapa.
Nabi shollallahu alaihi wasallam dalam pertempuran-pertempuran beliau membangkitkan semangat para pejuang dalam berperang. Sampai beliau bersabda: Barang siapa yang membunuh (seorang musuh), ia berhak mendapatkan salab (pakaian; senjata; kendaraanya, pent). Artinya, (sang pembunuh) berhak mendapatkan pakaian, tunggangan, dan semisalnya, yang termasuk salab. Semua ini adalah untuk memotivasi (agar berbuat) kebaikan.
Tidak mengapa bagi seseorang untuk mengambil (upah dan hal semacam itu, pent) tanpa dia memintanya. Yang menjadi masalah adalah jika seseorang meminta tambahan (upah) atas tugas keagamaan (yang diembannya).
Karena itu al-Imam Ahmad ditanya tentang seorang laki-laki yang mengharapkan saat menjadi imam tarawih: Aku akan jadi imam kalian dalam shalat tarawih, tapi kalian akan bayar berapa? Aku tidak akan shalat kecuali jika seharga demikian dan demikian. Al-Imam Ahmad ditanya tentang ini dan beliau menyatakan: Siapa yang mau shalat di belakang orang semacam ini? Siapa yang mau shalat di belakang orang ini?
Artinya, orang tersebut ingin menjadi imam karena tujuan duniawi. Beliau (al-Imam Ahmad) berkata: Kita berlindung kepada Allah! Siapa yang mau shalat di belakang orang ini?
Sebagian orang berkata: Sesungguhnya mengambil upah sebagai imam akan mengurangi keikhlasannya. Ini tidak benar. Bisa mengurangi keikhlasannya jika ia tidak mau shalat kecuali karena (upah) itu. Adapun jika ia shalat karena Allah ‘Azza Wa Jalla, dan upah yang diterimanya bisa membantu memenuhi kebutuhan duniawinya, ini tidak mengapa.
(al-Liqa’ asy-Syahriy (2/434)).
???????? Naskah Asli dalam Bahasa Arab:
[السؤال: ] أنا شاب أرغب في أن أكون إماماً لمسجد، ولدي القدرة على ذلك، وقد كنت في فترة ماضية، ولكني أخاف على نفسي من هذا الراتب الخوف من دخول الدنيا في القلب وأن يكون الهم هو الراتب فقط؟
الجواب: نقول: بارك الله فيك، لا تجعل الهم هو الراتب، اجعل همك أن تكون إماماً للمتقين، فإن الحاضرين إلى المساجد من المتقين إن شاء الله، وأنت إمامهم، فتدخل في عموم قوله تعالى: وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً [الفرقان:74] واترك الراتب كأنه إن جاء فهو سوف يأتي وإن لم يأت فلا يهمنك، وحينئذٍ تكون نيتك خالصة. أما وضع الراتب للأئمة والمؤذنين والمعلمين والمدرسين والدارسين فهذا من باب التشجيع على الخير، ولا بأس به، وكان النبي عليه الصلاة والسلام في غزواته يجعل جعلاً ينشط الغزاة على القتال، حتى قال: (من قتل قتيلاً فله سلبه) أي: ما عليه من الثياب والرحل وما أشبه ذلك مما يعد سلباً، كل هذا من باب التشجيع على الخير، ولا حرج على الإنسان أن يأخذ بدون طلب، المشكل أن يطلب زيادة على وظيفة دينية، ولهذا سئل الإمام أحمد رحمه الله: عن رجل طلبوا منه أن يصلي التراويح فقال: أنا أصلي بكم التراويح، لكن بكم؟ ما أصلي إلا بكذا وكذا، فسئل الإمام أحمد عن هذا فقال: من يصلي خلف هذا؟! من يصلي خلف هذا؟! معناه أن هذا الرجل يريد أن يكون إماماً من أجل الدنيا، قال: نعوذ بالله! من يصلي خلف هذا؟ بعض الناس يقول: إن أخذه الراتب على الإمامة ينقص من إخلاصه، وهذا غير صحيح، ينقص من إخلاصه إذا كان لا يصلي إلا لأجله، أما إذا كان يصلي لله عز وجل ويستعين بما يأخذه على نوائب الدنيا فلا بأس بذلك.
(38/22)