KAJIAN SYARH ARBAIN ANNAWAWIYYAH HADITS KE-37 (BAG KE-1)

KAJIAN SYARH ARBAIN ANNAWAWIYYAH HADITS KE-37 (BAG KE-1)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

HADITS KE-37 (BAG KE-1)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَة [رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta’aala. Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka siapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”. [HR. Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shahihnya dengan redaksi yang sama]

✅Sekilas tentang Sahabat yang Meriwayatkan Hadits

Penjelasan tentang Sahabat Nabi Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma yang meriwayatkan hadits ini bisa dilihat pada hadits ke-19 yang lalu.

✅Kasih Sayang Allah, Mempermudah Hamba-Nya untuk Mendapat Kebaikan

Allah Ta’ala Yang Maha Pemurah, memberi sekian banyak kemudahan agar para hamba-Nya mendapat kebaikan. Salah satunya adalah dalam hal balasan pahala.
Sekedar seseorang berniat melakukan amal kebaikan, namun karena kendala tertentu tidak bisa terlaksana, ia sudah terhitung mendapat satu kebaikan secara sempurna.

Contoh, seorang yang berniat benar-benar ingin bangun untuk qiyamul lail (sholat tahajjud dan witir), namun benar-benar ketiduran tanpa sengaja, ia tercatat melakukan qiyamul lail itu. Tidurnya tersebut terhitung shodaqoh dari Allah Ta’ala.

مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُومَ فَيُصَلِّيَ مِنَ اللَّيْلِ فَغَلَبَتْهُ عَيْنُهُ حَتَّى يُصْبِحَ كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ

Barangsiapa yang menuju pembaringannya berniat untuk bangun sholat malam, namun ia terkalahkan oleh perasaan kantuknya hingga waktu Subuh, tercatat untuknya sesuai dengan yang diniatkan, dan tidurnya adalah shodaqoh dari Rabbnya (H.R Ibnu Majah dari Abud Dardaa’, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)

Kalau seseorang muslim mengerjakan satu kebaikan, ia tercatat mendapat 10 kali hingga 700 kali lipat. Bahkan bisa lebih dari itu, karena Nabi menyatakan:

…إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ…

…sampai kelipatan yang banyak sekali…

✅Hal-hal yang Membuat Kebaikan Berlipat

Apakah yang membedakan suatu amalan yang sama mendapat kelipatan kebaikan yang berbeda jumlahnya? Pembedanya adalah keikhlasan dan sikap ittiba’ (kesesuaian dengan contoh dari Sunnah Nabi). Semakin seseorang ikhlas dan semakin besar kesesuaiannya dengan sunnah Nabi, semakin besar kelipatan pahalanya (faidah penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam syarh Riyadhis Sholihin (1/13)).

Selain itu, ada beberapa parameter lain yang membedakan. Seperti perbedaan tempat dan waktu.

Contoh, amalan ibadah di malam Lailatul Qodar jelas berbeda dengan amalan di malam lainnya. Amalan di Lailatul Qodar adalah lebih baik dari amalan pada seribu bulan yang tidak mengandung Lailatul Qodar.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Lailatul Qodr lebih baik dibandingkan 1000 bulan (Q.S al-Qodr ayat 3)

Demikian juga amalan di sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah. Beramal di hari-hari itu lebih baik dibandingkan beramal di hari-hari lainnya.

مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلَا الْجِهَادُ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ

Tidaklah ada suatu amalan yang dilakukan di suatu hari yang lebih utama dibandingkan beramal di hari-hari ini (sepuluh awal Dzulhijjah). Para Sahabat bertanya: Apakah juga jihad? Nabi menyatakan: Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar jihad mempertaruhkan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali sedikitpun (H.R al-Bukhari dari Ibnu Abbas)

Kalau dari sisi tempat, contohnya sholat di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi memiliki kelipatan kebaikan lebih banyak dibandingkan sholat di masjid lainnya.

صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاه

Satu kali sholat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama dari 1000 sholat di masjid lain kecuali Masjidil Haram. Sholat di Masjidil Haram lebih utama dari 100 ribu sholat di masjid yang lain (H.R Ibnu Majah dari Jabir, asalnya ada dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim)

Kadangkala, jumlah orang yang ikut beribadah juga semakin memperbanyak pahala. Contoh, semakin banyak yang ikut dalam sholat berjamaah, akan semakin dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla.

وَإِنَّ صَلَاةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ وَحْدَهُ وَصَلَاتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ مَعَ الرَّجُلِ وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

Dan sesungguhnya sholat seorang bersama seseorang lebih suci dibandingkan sholatnya sendirian. Sholatnya bersama 2 orang itu lebih suci dibandingkan sholatnya bersama seseorang. Semakin banyak (yang ikut dalam jamaah sholat), akan semakin dicintai oleh Allah Ta’ala (H.R Abu Dawud, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

(dikutip dari buku “42 Hadits Panduan Hidup Muslim (Syarh Arbain anNawawiyyah”, Abu Utsman Kharisman)