You are currently viewing BERTAYAMMUM DENGAN DEBU

BERTAYAMMUM DENGAN DEBU

  • Post author:
  • Post category:Fiqih

Di tulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Pertanyaan :

Makna صعيد   apa segala sesuatu di muka bumi yang mengandung debu, Ustadz?

✅Jawab:

Para Ulama berbeda pendapat tentang makna as-Sha’iid. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan pendapat dalam hal media apa yang bisa digunakan dalam tayammum.

Namun secara ringkas, pendapat yang rajih adalah as-shaiid adalah tanah di permukaan bumi, baik berupa tanah yang berdebu, berpasir, atau basah terkena air, seperti tanah liat, atau tanah keras. dan semisalnya.

Sedangkan debu adalah termasuk partikel tanah. Kalau sesuatu itu berupa tanah yang berada di permukaan bumi langsung, tidak harus mengandung debu. Jika bagian permukaan bumi itu berpasir atau keras, maka tidak mengapa meski tidak mengandung debu. Atau benda yang terbuat dari tanah dan tidak dilapisi dengan zat lain selain tanah. Maka yang demikian tidak mengapa meski benda itu tidak berdebu digunakan untuk tayammum, karena pada dasarnya benda itu adalah tanah.

Tapi kalau seseorang itu sakit berada di dalam kamar dan tidak bisa menggunakan air, maka ia bisa menggunakan benda di sekitarnya yang mengandung debu, baik pada tembok, seprei, korden, dan semisalnya. Benda-benda yang dipakai bertayammum itu haruslah mengandung debu.

Berikut ini adalah beberapa contoh fatwa dari Syaikh Ibn Utsaimin dan Syaikh Sholih al-Fauzan untuk memperjelas hal itu:

بالنسبة للتيمم هل يلزم أن يكون على صعيد طيب أو في الجدار أو في الفراش؟

>فأجاب رحمه الله تعالى: الجدار من الصعيد الطيب فإذا كان الجدار مبنياً من الصعيد سواء كان حجراً أو كان مدراً يعني لبناً من الطين فإنه يجوز التيمم عليه أما إذا كان الجدار مكسواً بالأخشاب أو بالبوية فهذا إن كان عليه غبار فإنه يتيمم به ولا حرج فيكون كالذي يتمم على الأرض لأن الغبار من مادة الأرض أما إذا لم يكن عليه غبار فإنه ليس من الصعيد في شيء وإذا كان عليه بويه فقط وليس عليه غبار فإنه ليس من الصعيد وأما بالنسبة للفرش فنقول إن كان فيها غبار فليتيمم عليها وإلا فلا يتيمم عليها لأنها ليست من الصعيد.

فضيلة الشيخ: وكيف يتيمم، هل يحضر له التراب في إناء مثلاً؟

فأجاب رحمه الله تعالى: نعم لكن حسب سؤال المرأة أنه لا يمكن من ذلك إنما إذا أمكن يحضر له

Pertanyaan : Dalam bertayammum, apakah harus menggunakan tanah yang baik atau di tembok atau pada tempat tidur?

Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah Ta’ala menjawab: tembok adalah termasuk tanah yang baik jika ia dibangun dari tanah, sama saja apakah dari batu atau tanah liat, yaitu batu bata, maka boleh bertayammum dengannya. Adapun jika temboknya dilapisi dengan kayu atau cat, maka yang demikian jika padanya ada debu, maka boleh dipakai tayammum. Tidak mengapa. Hal itu sama seperti orang yang bertayammum pada tanah. Karena debu adalah termasuk partikel tanah. Adapun jika tidak ada debu, maka itu tidak termasuk as-sha’iid (tanah). Jika ia terlapisi cat saja dan tidak ada debu, maka bukanlah termasuk as-sha’iid (tanah).

Sedangkan untuk tempat tidur, kita katakan bahwa jika padanya ada debu, maka bisa bertayammum dengannya. Kalau tidak ada, maka tidak bisa dipakai bertayammum, karena bukan termasuk as-sha’iid.

Pertanyaan: Fadhilatus Syaikh, bagaimana cara bertayammum (jika tidak ada debu, pent) apakah menggunakan tanah yang diletakkan di suatu wadah?

Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah menjawab: Ya. Tapi berdasarkan pertanyaan wanita (tadi) hal itu tidak memungkinkan. Kalau memungkinkan yang demikian, tidak mengapa (Fataawa Nuurun alad Darb (121/14))

هل يحتاج التيمم بالتراب إلى أن يكون به غبار؟

فأجاب رحمه الله تعالى: التيمم بالتراب لا يحتاج إلى غبار على القول الراجح لأن الله تعالى قال (فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيداً طَيِّباً) وهذا عام في كل الأوقات ومعلوم أن المسافرين قد يكونون على أرض رملية ليس فيها غبار وقد يكونون في زمن الأمطار وبلل الأرض فلا يكون غبار فالصحيح أن الغبار ليس بشرط. فضيلة الشيخ: وهل التيمم لا يصح إلا بتراب؟ فأجاب رحمه الله تعالى: بكل ما على الأرض لكن في الطائرة ما يتمكن الإنسان إلا إذا كان معه تراب فهنا يمكن أن يتيمم (فتاوى نور على الدرب 121-12)

Pertanyaan : Apakah tayammum itu harus dengan tanah yang mengandung debu?

Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah menjawab: bertayammum dengan tanah tidak membutuhkan debu (tidak harus ada debu, pent) berdasarkan pendapat yang rajih (lebih kuat). Karena Allah Ta’ala berfirman : …kemudian kalian tidak menemukan air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik…Ini adalah umum untuk setiap waktu. Telah dimaklumi bahwa para musafir kadang berada di bumi berpasir yang tidak mengandung debu, kadang berada di musim hujan dengan tanah yang basah, maka tidak ada debu padanya. Maka yang benar adalah bahwa debu bukanlah syarat.

Pertanyaan: Fadhilatusy Syaikh, apakah tayammum tidak sah kecuali dengan tanah?

Jawaban Syaikh rahimahullah :

bisa dengan segala yang berada di atas tanah. Akan tetapi kalau seseorang berada di pesawat, tidak mungkin hal itu terlaksana kecuali jika ia membawa tanah. Yang demikian barulah mungkin digunakan untuk tayammum (Fataawa Nuurun alad Darb (121/12))

Fatwa Syaikh Sholih al-Fauzan:

على أن الصعيد لا يختص بالتراب، فلو كان عندك جدار عليه غبار طاهر، أو حصير عليه غبار طاهر، أو بلاط وعليه غبار طاهر، وضربت عليه وتيممت؛ كفاك هذا، ولا يتعين التراب للتيمم، وإنما المطلوب وجود الغبار الطاهر؛ سواء كان على تراب، أو على حجر، أو على جدار، أو على حصير، أو غير ذلك، والله أعلم (المنتقى من فتاوى الفوزان)

Sesungguhnya as-sha’iid itu tidaklah khusus turoob (tanah kering). Jika engkau di sisimu ada tembok dan padanya ada debu yang suci, atau tikar/karpet padanya ada debu suci, atau ubin/tegel/keramik padanya ada debu suci, dan engkau memukulkan (tangan) padanya dan bertayammum, yang demikian mencukupi hal itu. Tidak harus menggunakan tanah dalam bertayammum. Yang diharapkan adalah adanya debu yang suci. Sama saja apakah (debu itu) berada pada tanah, batu, tembok, tikar, atau yang selain itu. Wallaahu A’lam (al-Muntaqa min Fataawa al-Fauzan (49/49))