Nasehat Untuk Ahli Yaman, (asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri hafizhahullah)

Nasehat Untuk Ahli Yaman, (asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri hafizhahullah)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Nasehat Untuk Ahli Yaman, (asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri hafizhahullah)

Pertanyaan Ketujuh

Apa yang terjadi, yaitu penyerangan Rafidhah di Yaman, tidaklah tersamar pada Anda. Apakah ada nasehat yang Anda tujukan untuk Ahlus Sunnah di sana?

Jawab :

Sebelum ini, sekitar dua pekan atau dua puluh hari, aku tidak hafal tanggalnya, telah keluar dariku fatwa bahwa perlawanan terhadap kaum Hutsiyin Rafidhah yang kafir kebatinan, untuk mengalahkan mereka dan menghentikan kelaliman mereka, adalah jihad. Aku katakan ketika itu, bahwa itu wilayah-wilayah tersebut(yaitu Dammaj dan sekitarnya, pen) hukumnya fardhu ‘ain. Adalah wilayah Yaman lainnya adalah fardhu kifayah. Adapun yang diluar negara (Yaman) maka hukumnya sunnah.

Dan aku telah menyebutkan batasan untuk fatwa tersebut, yaitu apabila penguasa (pemerintah) telah mampu mengerahkan kekuatannya yang bisa mengalahkan dan menghadang para penyerang tersebut, dan mengenyahkan kezhaliman mereka, maka (ketika itu) wajib menghentikan (jihad, pen). Kaidah ini tidak hanya untuk di Yaman secara khusus, namun ini merupakan salah kaidah dari kaidah-kaidah agama dan prinsip-prinsipnya dalam jihad, yang merupakan salah satu kewajiban dari Allah yang pasti hingga hari Kiamat.

Maka nasehatku terhadap mereka yang diserang oleh Rafidhah dan yang semisalnya, hendaknya dalam perlawanannya – dengan batasan sebagaimana di atas – dan berbagai kekuatan yang ada pada mereka, hendaknya mereka mengikhlaskannya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sesungguhnya itu termasuk Jihad Syar’i, dan itu adalah kewajiban mereka untuk membela diri mereka sendiri. Apabila terjadi perselisihan di antara mereka, hendaknya ditinggalkan, dan hendaknya mereka bersatu di bawah pemimpin yang Allah berikan kekuatan padanya. Hendanya mereka menyatukan kalimatnya dan tidak menyelisihi perintah-perintah pimpinan.

Aku ulangi, aku katakan : (hal itu) sampai Penguasa (Pemerintah) mampu mengerahkan kekuatan yang mengalahkan dan menghadang, yang dengan kekuatan tersebut bisa mengalahkan musuh dan memukul mundur mereka serta menghinakannya, sehingga mereka benar-benar kalah dengan kekalahan yang memalukan.

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memenangkan orang-orang yang menjadi mujahid sejati, demi membela agama, harga diri, jiwanya, kehormatan, dan hartanya. Semoga Allah menguatkan orang-orang yang diserang, dari kalangan orang-orang lemah di negerinya. Semoga Allah menguatkan tekat mereka, agar bangkit membela orang-orang terzhalimi, dan mengusir orang-orang zhalim. Ya Allah, tegakkanlah kebenaran dan hancurkanlah kebatilan.

22 Muharram 1435 H

سَبَقَ – قبل نحو أسبوعين أو عشرين يومًا لأني لم أحفظ التاريخ في ذلك الوقات – مِنِّي فتوى بأن التصدي للحوثيين الرافضة الكفرة الباطنية لقهرهم ودحر عدوانهم جهاد، وقلت حينئذٍ هو على أهل تلكم المناطق فرضُ عين، وعلى سائر مناطق اليمن فرض كفاية، وعلى من خارج القطر فهو سُنَّة،

وذكرت قيْدًا لهذه الفتوى أنَّه إذا بسَط السُّلطان قوَّته القاهرة للمعتدي الرادعة له، الداحرة لعدوانه وَجَبَ الكف وهذه عامة ليست في اليمن خاصة، قاعدة من قواعد الدين وأصوله في الجهاد الذي هو فريضة من فرائض الله المحكمة حتى تقوم الساعة.

فنصيحتي لمن صيل عليهم من قِبَلِ هؤلاء وأمثالهم أن يُخْلِصوا تصدَّيَهم بالقيد المذكور، تصدَّيَهم وإنبراءهم، وما لديهم من عُدَّة وعتاد لله – سبحانه وتعالى – فإنَّ ذلك من الجهاد الشرعي، وهو حقٌّ لهؤلاء للدفاع عن أنفسهم، وإن كانت بينهم خِلافات تَرَكوها وانضوَوْا تحت القائد الذي مكَّنَه الله – عزَّ وجل – وبوَّأه منهم، وأن يجمعوا كلمتهم ولا يخالفوا أوامر القادة، و أعيد أقول: حتى يبسط السلطان قوَّته الرادعة القاهرة التي تقهر العدو وتُعيدَهُ خاسِئًا ذليلًا مقهورًا مَخْزِيًا، فنسأل الله – سبحانه وتعالى – أن ينصر من كان مجاهدًا بحق للدفاع عن دينه وعرضه ونفسه ومحارمه وماله، وأن يقوِّي من صيل على مستضعفٍ في بلده، يقوِّي عزيمته حتى ينبري لنصرة المظلوم ودَحْرِ الظالم، اللهم أَحِقَّ الحق وأمحق الباطل.

http://dammajhabibah.net/2013/12/01/nasehat-untuk-ahli-yaman-asy-syaikh-ubaid-al-jabiri-hafizhahullah/