MANDI DAN HUKUM JUNUB (BAG KE-2)

MANDI DAN HUKUM JUNUB (BAG KE-2)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Apakah Hadits yang Menjadi Patokan Tata Cara Mandi Nabi?

 Jawab:

 Ada 2 hadits utama yang menjadi patokan tata cara mandi Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Hadits itu adalah hadits Aisyah dan hadits Maimunah (dua orang ibunda orang beriman, istri Nabi shollallahu alaihi wasallam)

 Hadits Aisyah:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ

Dari Aisyah –radhiyallahu anha- beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam jika mandi janabah memulai dengan mencuci kedua tangan beliau kemudian menuangkan air dengan telapak tangan kanan ke telapak tangan kiri, kemudian mencuci kemaluan beliau kemudian berwudhu’ sebagaimana wudhu’ dalam sholat. Kemudian mengambil air dan memasukkan jari-jarinya pada pangkal rambut, hingga beliau mengira (air) telah menjangkau seluruh (bagian rambut)nya, beliau menciduk air dengan kedua telapak tangan dan mengguyurkan pada kepala 3 kali. Kemudian beliau mengalirkan air pada seluruh anggota tubuh, kemudian beliau mencuci kedua kakinya (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Hadits Maimunah:

عَنْ مَيْمُونَةَ قَالَتْ وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءًا لِجَنَابَةٍ فَأَكْفَأَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ ثُمَّ ضَرَبَ يَدَهُ بِالْأَرْضِ أَوْ الْحَائِطِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ ثُمَّ غَسَلَ جَسَدَهُ ثُمَّ تَنَحَّى فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ قَالَتْ فَأَتَيْتُهُ بِخِرْقَةٍ فَلَمْ يُرِدْهَا فَجَعَلَ يَنْفُضُ بِيَدِهِ

Dari Maimunah –radhiyallahu anha-beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam meletakkan bejana berisi air untuk mandi janabah. Kemudian beliau menciduk dengan telapak tangan kanan diguyurkan pada telapak tangan kiri 2 kali atau 3 kali. Kemudian beliau mencuci kemaluan beliau. Kemudian beliau memukulkan tangan beliau pada tanah atau dinding dua kali atau 3 kali. Kemudian beliau berkumur, menghirup air ke hidung (dan mengeluarkanny), mencuci wajah dan kedua tangan hingga siku. Kemudian mengguyurkan air pada kepala beliau. Kemudian beliau mencuci (seluruh) tubuhnya. Kemudian beliau bergeser tempat, kemudian mencuci kakinya. Maimunah berkata: Kemudian saya mendatangi beliau dengan membawa sepotong kain (semacam handuk), tapi beliau tidak menginginkannya. Beliau membersihkan sisa air di tubuh dengan tangannya. (H.R al-Bukhari)

Sedikit perbedaan pada tatacara dari kedua hadits di atas menunjukkan bolehnya menggunakan macam yang berbeda-beda pada tiap waktu. Perbedaan yang ada pada tatacara di hadits Aisyah dengan Maimunah adalah:

1.Di hadits Maimunah disebutkan bahwa pada saat membersihkan telapak tangan kiri (setelah mencuci kemaluan), Nabi memukulkan tangan ke tanah atau dinding, sedangkan di hadits Aisyah tidak disebutkan hal tersebut.

2.Pada hadits Aisyah ketika berwudhu’ dilakukan secara sempurna (termasuk mencuci kaki), kemudian di akhir juga mencuci kaki, sedangkan hadits Maimunah menjelaskan pada saat berwudhu’ tidak mencuci kaki, namun diakhirkan mencuci kaki setelah mencuci seluruh tubuh.

3.Pada hadits Maimunah di bagian wudhu’ tidak ada mengusap kepala, yang ada adalah mengguyurkan air pada kepala.

4.Di hadits Aisyah dijelaskan proses menyela-nyela rambut dengan jari jemari hingga air sampai pada pangkal rambut, sedangkan di hadits Maimunah tidak dijelaskan.

Cara mandi yang bagaimanapun yang digunakan di antara kedua riwayat hadits dari Ummul Mukminin Aisyah dan Maimunah tersebut keduanya adalah Sunnah Nabi yang bisa diamalkan.

 Bolehkah Mandi Wajib dengan Air Hangat?

 Jawab:

 Ya, boleh. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab tentang air terdahulu. Boleh seseorang berwudhu’ atau mandi dengan air hangat selama air yang digunakan suci dan air tersebut bisa dialirkan pada seluruh anggota tubuh. Sedangkan hadits larangan menggunakan air hangat untuk berwudhu’ atau mandi adalah hadits yang lemah.

 Jika Seseorang Telah Mandi dan Berniat Menghilangkan Hadats Besar dan Kecil Sekaligus, Bolehkah Ia Langsung Sholat Tanpa Berwudhu’?

Jawab:

Ya, boleh. Jika seseorang ketika mandi berniat menghilangkan hadats besar dan kecil sekaligus, maka selesai mandi ia bisa langsung sholat tanpa harus berwudhu’ lagi. Meski di dalam mandi-nya tidak mengandung wudhu’.

عَنْ عَائِشَةَ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الغُسْلِ

Dari Aisyah –radhiyallahu anha- bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam tidaklah berwudhu’ setelah mandi (H.R atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany)

Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata:

إِذَا لَمْ تَمَسَّ فَرْجَكَ بَعْدَ أَنْ تَقْضِيَ غُسْلَكَ فَأَيُّ وُضُوءٍ أَسْبَغُ مِنَ الْغُسْلِ

Jika engkau tidak menyentuh kemaluan setelah selesai mandi, wudhu’ mana lagi yang lebih sempurna dibandingkan mandi? (H.R Abdurrozzaq dalam Mushonnaf)

Kecuali jika setelah mandi ia berhadats kecil, maka ia wajib untuk wudhu’ sebelum sholat.

wa Al’itishom