KAJIAN FIQH : ADZAN DAN IQOMAT (Bag ke-2)

KAJIAN FIQH : ADZAN DAN IQOMAT (Bag ke-2)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Di Tulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Adzan pada Waktu Subuh

Di masa Nabi, adzan Subuh dilakukan dua kali: sebelum terbit fajar shadiq (ketika masih malam) dan ketika telah terbit fajar shadiq (ketika masuk pagi). Muadzin yang adzan sebelum masuk waktu Subuh adalah Bilaal, sedangkan Ibnu Ummi Maktum adzan saat sudah masuk waktu Subuh.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ بِلَالًا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ أَوْ قَالَ حَتَّى تَسْمَعُوا أَذَانَ ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ وَكَانَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ رَجُلًا أَعْمَى لَا يُؤَذِّنُ حَتَّى يَقُولَ لَهُ النَّاسُ أَصْبَحْتَ

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Bilal adzan pada saat (masih) malam. Maka makan dan minumlah sampai adzan atau kalian mendengar (adzan) Ibnu Ummi Maktum. Ibnu Ummi Maktum adalah seorang buta, tidaklah ia adzan hingga orang-orang berkata: Telah (masuk waktu) pagi (H.R al-Bukhari dan Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ بِلَالًا كَانَ يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ فَإِنَّهُ لَا يُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ قَالَ الْقَاسِمُ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ أَذَانِهِمَا إِلَّا أَنْ يَرْقَى ذَا وَيَنْزِلَ ذَا

Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Bilal adzan di waktu malam, maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Makan dan minumlah sampai Ibnu Ummi Maktum adzan karena ia (Ibnu Ummi Maktum) tidaklah adzan hingga terbit fajar. Al-Qosim (salah satu perawi) berkata: Jarak (waktu) antara kedua adzan itu adalah ketika (muadzin) yang satu naik, yang satunya turun (H.R al-Bukhari no 1785)

Khusus di waktu Subuh, lafadz adzan ada tambahan kalimat: as-Sholaatu khoirun minan nauum setelah kalimat Hayya ‘alal falaah

عَنْ أَبِي مَحْذُورَةَ قَالَ كُنْتُ أُؤَذِّنُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُنْتُ أَقُولُ فِي أَذَانِ الْفَجْرِ الْأَوَّلِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ

Dari Abu Mahdzuuroh beliau berkata: Saya adzan untuk Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan saya mengucapkan di adzan Subuh yang pertama: (setelah) Hayyaa Alal Falaah, as-Sholaatu khoyrun minan nauum – as-Sholaatu khoirun minan naum (H.R anNasaai, dishahihkan al-Albany)

عَنْ أَنَسٍ قَالَ : مِنَ السُّنَّةِ إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ فِي أَذَانِ الْفَجْرِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ قَالَ : الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ

Dari Anas –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Termasuk sunnah adalah jika seorang muadzin pada adzan Fajar (setelah) Hayya alal falaah ia berkata: as-Sholaatu khoyrun minan nauum (H.R Ibnu Khuzaimah)