HUKUM MEMOTONG KUKU, KUMIS DAN MENYISIR RAMBUT SAAT JUNUB-HAID

HUKUM MEMOTONG KUKU, KUMIS DAN MENYISIR RAMBUT SAAT JUNUB-HAID

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

ﺳﺌﻞ ﺷﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :

“ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺟﻨﺒﺎ ﻭﻗﺺ ﻇﻔﺮﻩ ﺃﻭ ﺷﺎﺭﺑﻪ ﺃﻭ ﻣﺸَّﻂَ ﺭﺃﺳﻪ ، ﻫﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺷﻲﺀ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ، ﻓﻘﺪ ﺃﺷﺎﺭ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﺍ ﻭﻗﺎﻝ : ﺇﺫﺍ ﻗﺺ ﺍﻟﺠﻨﺐ ﺷﻌﺮﻩ ﺃﻭ ﻇﻔﺮﻩ ﻓﺈﻧﻪ ﺗﻌﻮﺩ ﺇﻟﻴﻪ ﺃﺟﺰﺍﺅﻩ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ ، ﻓﻴﻘﻮﻡ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻗﺴﻂ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺑﺔ ﺑﺤﺴﺐ ﻣﺎ ﻧﻘﺺ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ، ﻭﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻌﺮﺓ ﻗﺴﻂ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺑﺔ ، ﻓﻬﻞ ﺫﻟﻚ ﻛﺬﻟﻚ ﺃﻡ ﻻ ؟

☑ﻓﺄﺟﺎﺏ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ:

“ﻗﺪ ﺛﺒﺖ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺬﻳﻔﺔ ﻭﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻟﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻟﻪ ﺍﻟﺠﻨﺐ ﻗﺎﻝ ‏( ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻦَ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﺠُﺲُ ‏) ﻭﻓﻲ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ‏(ﺣَﻴًّﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻣَﻴﺘًﺎ) ﻭﻣﺎ ﺃﻋﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻛﺮﺍﻫﻴﺔ ﺇﺯﺍﻟﺔ ﺷﻌﺮ ﺍﻟﺠﻨﺐ ﻭﻇﻔﺮﻩ ﺩﻟﻴﻼ ﺷﺮﻋﻴﺎ، ﺑﻞ ﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻠﺬﻱ ﺃﺳﻠﻢ : ‏(ﺃَﻟْﻖِ ﻋَﻨﻚَ ﺷَﻌﺮَ ﺍﻟﻜُﻔﺮِ ﻭَﺍﺧﺘَﺘِﻦ) ‏[ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ‏(356‏) ﻭﺣﺴﻨﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ” ﺇﺭﻭﺍﺀ ﺍﻟﻐﻠﻴﻞ ” ‏(1/120)‏]

ﻓﺄﻣﺮ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﺳﻠﻢ ﺃﻥ ﻳﻐﺘﺴﻞ، ﻭﻟﻢ ﻳﺄﻣﺮﻩ ﺑﺘﺄﺧﻴﺮ ﺍﻻﺧﺘﺘﺎﻥ ﻭﺇﺯﺍﻟﺔ ﺍﻟﺸﻌﺮ ﻋﻦ ﺍﻻﻏﺘﺴﺎﻝ، ﻓﺈﻃﻼﻕ ﻛﻼﻣﻪ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻷﻣﺮﻳﻦ، ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺗﺆﻣﺮ ﺍﻟﺤﺎﺋﺾ ﺑﺎﻻﻣﺘﺸﺎﻁ ﻓﻲ ﻏﺴﻠﻬﺎ، ﻣﻊ ﺃﻥ ﺍﻻﻣﺘﺸﺎﻁ ﻳﺬﻫﺐ ﺑﺒﻌﺾ ﺍﻟﺸﻌﺮ. ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ ﺍﻧﺘﻬﻰ.

ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ ‏٢١ / ١٢٠-١٢١‏

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh ditanya:

Tentang seseorang dalam keadaan junub dan dia memotong kukunya, atau kumisnya atau menyisir rambutnya, apakah padanya terdapat sesuatu  (yang diharamkan) dalam hal tersebut?

Sebagian kalangan mengisyaratkan tentang hal ini, dengan mengatakan, “apabila seseorang memotong rambut atau kukunya maka anggota (tubuhnya) akan kembali kepadanya di akhirat.
Maka ketika dibangkitkan pada Hari Kiamat, ada bagian junub sesuai dengan apa yang telah berkurang darinya. Dan pada setiap rambut ada bagian dari janabah (junub) tersebut (akan menuntutnya di hari kiamat untuk memandikannya)” apakah hal itu (benar) atau tidak?

☑Maka beliau rohimahulloh menjawab:

“Telah ada ketetapan dari Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam dari hadits Hudzaifah dan hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ’anhumaa ketika disebutkan kepadanya masalah junub, maka beliau berkata: ‘Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis’.

Dalam Shohih al-Hakim disebutkan:
‘Baik saat hidupnya maupun setelah matinya’.

Sepengetahuan saya tidak ada dalil syar’i yang melarang menghilangkan rambut orang junub dan kukunya. Bahkan Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam bersabda:

‘Hilangkan rambut kekufuranmu dan berkhitanlah’.
[HR. Abu Dawud (356) dinyatakan hasan oleh Al Albany di Irwa-ul Gholil (1/120)].

Beliau memerintahkan orang yang baru masuk Islam untuk mandi, dan tidak memerintahkan mengakhirkan khitan dan memotong rambut dari mandi. Keumuman perkataannya mengandung makna diperbolehkannya kedua hal tersebut.

Begitu juga orang haid diperintahkan menyisir sewaktu mandi. Padahal menyisir dapat menghilangkan sebagian rambutnya.

Wallahu a’lam .

Selesai penukilan”

Majmu’ Al Fatawa 21/120-121

▪ ▪ ▪

  1. I. S Forum Ikhwah Salafiyyin
    منتدى الإخوان السلفيين