Di Tulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Dalil Umum
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ أَوَّلَ مَا افْتُرِضَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةُ رَكْعَتَانِ رَكْعَتَانِ إِلَّا الْمَغْرِبَ فَإِنَّهَا كَانَتْ ثَلَاثًا ثُمَّ أَتَمَّ اللَّهُ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْعِشَاءَ الْآخِرَةَ أَرْبَعًا فِي الْحَضَرِ وَأَقَرَّ الصَّلَاةَ عَلَى فَرْضِهَا الْأَوَّلِ فِي السَّفَرِ
Dari Aisyah istri Nabi shollallahu alaihi wasallam beliau berkata: Pertama yang diwajibkan sholat kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam adalah dua rokaat dua rokaat kecuali Maghrib yang 3 rokaat. Kemudian Allah sempurnakan (jumlah rokaat) Dzhuhur, Ashar, dan Isya’ akhir 4 rokaat dalam kondisi hadir (tidak safar) dan ditetapkan sholat sebagaimana kewajibannya yang awal di waktu safar (H.R Ahmad, dinyatakan sanadnya jayyid oleh Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah as-Shahihah penjelasan riwayat no 2815)
Dalil Khusus Sholat Subuh : 2 Rokaat
عَنْ قَيْسِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ رَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يُصَلِّي بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةُ الصُّبْحِ رَكْعَتَانِ فَقَالَ الرَّجُلُ إِنِّي لَمْ أَكُنْ صَلَّيْتُ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا فَصَلَّيْتُهُمَا الْآنَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Qoys bin Amr –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melihat seorang laki-laki sholat dua rokaat setelah sholat Subuh. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sholat Subuh itu dua rokaat. Maka orang itu mengatakan: Sesungguhnya aku belum sholat dua rokaat sebelumnya (sebelum sholat Subuh) maka aku mengerjakannya sekarang. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam diam (H.R Abu Dawud, dishahihkan Ibn Hibban dan al-Hakim, disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahabiy dan al-Albaniy)
Sholat Dzhuhur : 4 rokaat
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ بِالْمَدِينَةِ أَرْبَعًا وَصَلَّى الْعَصْرَ بِذِي الْحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ
Dari Anas radhiyallahu bahwasanya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sholat Dzhuhur di Madinah 4 rokaat, dan sholat Ashar di Dzulhulaifah 2 rokaat (H.R Muslim)
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ خَمْسًا فَلَمَّا سَلَّمَ قِيلَ لَهُ أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ
“Sesungguhnya Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam sholat dzhuhur 5 rokaat, ketika selesai salam ditanyakan kepada beliau: Apakah sholat ditambah? Nabi menyatakan: Ada apa? Para Sahabat berkata: Anda telah sholat 5 rokaat. Maka beliau sujud dua kali sujud (sujud sahwi)” (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).
Sholat Ashar : 4 rokaat
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي ثَلَاثِ رَكَعَاتٍ ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ الْخِرْبَاقُ وَكَانَ فِي يَدَيْهِ طُولٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَكَرَ لَهُ صَنِيعَهُ وَخَرَجَ غَضْبَانَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى النَّاسِ فَقَالَ أَصَدَقَ هَذَا قَالُوا نَعَمْ فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ
“Sesungguhnya Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam sholat ashr, kemudian beliau salam pada rokaat ke-3 kemudian masuk rumahnya, maka bangkitlah seseorang yang disebut al-Khirbaaq yang memiliki tangan panjang. Maka ia berkata: Wahai Rasulullah…kemudian disebutkan apa yang dilakukan Nabi. Maka beliau kemudian keluar (seperti terlihat marah) menarik selendangnya sampai (di hadapan) manusia. Kemudian beliau bertanya: ‘Apakah lelaki ini benar?’Para Sahabat menjawab: ya. Maka kemudian Nabi sholat satu rokaat, kemudian salam, kemudian sujud 2 kali sujud, kemudian salam” (H.R Muslim dari Imron bin Hushain).
لاَ تُوْتِرُوا بِثَلَاثٍ وَلَا تَشَبَّهُوْا بِصَلاَةِ الْمَغْرِبِ أَوْتِرُوْا بِخَمْسٍ أَوْ بِسَبْعٍ
Janganlah witir dengan 3 rokaat dan jangan menyerupai sholat maghrib. Berwitirlah dengan 5 atau 7 rokaat (H.R al-Hakim, dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim oleh adz-Dzahabiy) dalam riwayat atThohawy pada syarh Ma’aaniy al-atsar dinyatakan dengan lafadz:
لاَ تُوْتِرُوْا بِثَلَاثِ رَكَعَاتٍ تَشَبَّهُوْا بِالْمَغْرِبِ
Janganlah kalian berwitir dengan 3 rokaat yang menyerupai Maghrib (H.R atThohawiy dalam syarh Ma’aaniy al-Atsar no 1609, dinyatakan sanadnya shahih oleh al-Albaniy dalam sholaatut taraawih).
Para Ulama menjelaskan bahwa witir boleh 3 rokaat, sama jumlah rokaatnya dengan Maghrib, tapi jangan sama dalam tata caranya, yaitu ada 2 tahiyyat/tasyahhud. Kalau mau witir 3 rokaat, mestinya satu kali tahiyyat di akhir saja.
Sholat Isya’ : 4 rokaat
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ شَكَا أَهْلُ الْكُوفَةِ سَعْدًا إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَعَزَلَهُ وَاسْتَعْمَلَ عَلَيْهِمْ عَمَّارًا فَشَكَوْا حَتَّى ذَكَرُوا أَنَّهُ لَا يُحْسِنُ يُصَلِّي فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا أَبَا إِسْحَاقَ إِنَّ هَؤُلَاءِ يَزْعُمُونَ أَنَّكَ لَا تُحْسِنُ تُصَلِّي قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ أَمَّا أَنَا وَاللَّهِ فَإِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي بِهِمْ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَخْرِمُ عَنْهَا أُصَلِّي صَلَاةَ الْعِشَاءِ فَأَرْكُدُ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأُخِفُّ فِي الْأُخْرَيَيْنِ
Dari Jabir bin Samuroh beliau berkata: Ahlul Kufah mengadukan Sa’ad (bin Abi Waqqosh) radhiyallahu anhu kepada Umar radhiyallahu anhu, maka Umar melepas jabatan itu (sebagai gubernur Kufah) dari Sa’d. Umar menggantikannya dengan Ammar. Penduduk Kufah mengadukan keadaan Sa’ad bahkan menyebutkan bahwa Sa’ad tidak baik dalam sholatnya. Kemudian Umar mengutus orang kepada Sa’ad dan berkata: wahai Abu Ishaq (Sa’ad), sesungguhnya orang-orang ini mengaku bahwa engkau tidak baik dalam sholat. Abu Ishaq (Sa’ad) menyatakan: Saya demi Allah telah melakukan sholat sebagaimana sholat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Saya tidak menguranginya. Saya melakukan sholat Isya dengan memanjangkan bacaan di dua rokaat awal dan meringankan bacaan di dua rokaat akhir… (H.R al-Bukhari)