BERAKHLAK MULIA KEPADA ALLAH DAN KEPADA PARA HAMBA

BERAKHLAK MULIA KEPADA ALLAH DAN KEPADA PARA HAMBA

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Penerjemah: Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:

Akhlak yang baik adalah kepada Allah dan kepada para hamba Allah.

Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya baik secara syar’i maupun secara takdir. Ia menerima hal itu dengan lapang dada dan tidak mengeluh. Tidak marah dan bersedih. Jika Allah menakdirkan sesuatu kepada seorang muslim yang tidak disukai oleh muslim itu, dia merasa ridha, menerima, dan bersabar. Ia berkata dengan lisan dan hatinya: Aku ridha Allah sebagai Rabbku.

Jika Allah menetapkan hukum syar’i, ia pun ridha dan menerima. Ia tunduk kepada syariat Allah Azza Wa Jalla dengan lapang dada dan jiwa yang tenang. Ini adalah akhlak yang baik (mulia) kepada Allah Azza Wa Jalla.

Sedangkan akhlak yang baik kepada makhluk (Allah) adalah sebagaimana ucapan sebagian Ulama: menahan diri untuk tidak mengganggu (menyakiti), suka memberi, dan bermuka manis.

Menahan diri untuk tidak mengganggu artinya tidak mengganggu manusia baik dengan lisan maupun anggota tubuhnya. Sedangkan banyak memberi adalah suka memberi dalam bentuk harta, ilmu, kedudukan, dan selainnya.

Bermuka manis adalah menyambut manusia dengan wajah yang cerah, tidak bermuram muka atau memalingkan pipinya. Ini adalah akhlak yang baik kepada makhluk (Allah).

Tidak diragukan lagi bahwasanya orang yang melakukan hal ini, dengan menahan diri untuk tidak mengganggu dan banyak memberi, akan membuat wajahnya berseri. Tidak diragukan lagi bahwa ia akan bersabar atas sikap manusia yang menyakitkan terhadapnya. Sikap bersabar atas gangguan manusia adalah termasuk akhlak yang baik.

Sesungguhnya di antara manusia ada orang-orang yang suka menyakiti saudaranya, dengan bertindak sewenang-wenang dan merugikannya, misalkan dengan memakan hartanya atau menuntut hak yang sebenarnya milik (orang lain itu), dan lain sebagainya. Namun orang itu bersabar dan berharap pahala dari Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Akibat yang baik akan didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa. Ini semuanya adalah bentuk akhlak yang baik kepada manusia.

(Syarh Riyaadhis Sholihin libni Utsaimin (1/656)).

????????Lafadz Asli:

وحسن الخلق يكون مع الله ويكون مع عباد الله .
أما حسن الخلق مع الله فهو: الرضا بحكمه شرعا وقدرا وتلقى ذلك بالانشراح وعدم التضجر، وعدم الأسى والحزن، فإذا قدر الله على المسلم شيئا يكرهه رضي بذلك واستسلم وصبر وقال بلسانه وقبله: رضيت بالله ربا، وإذا حكم الله عليه بحكم شرعي رضي واستسلم، وانقاد لشريعة الله عز وجل بصدر منشرح ونفس مطمئنة فهذا حسن الخلق مع الله عز وجل .
أما مع الخلق: فيحسن الخلق معهم بما قاله بعض العلماء، كف الأذى وبذل الندي وطلاقة الوجه .
كف الأذى: بألا يؤذي الناس لا بلسانه ولا بجوارحه وبذل الندي: يعني العطاء فيبذل العطاء من مال وعلم وجاه وغير ذلك وطلاقة الوجه، بأن يلاقي الناس بوجه منطلق ليس بعبوس ولا مصعر خده وهذا هو حسن الخلق .
ولا شك أن الذي يفعل هذا، فيكف الأذى ويبذل الندي ويجعل وجهه منطلقا، لا شك أنه سيصبر على أذى الناس أيضا فإن الصبر على أذى الناس لا شك أنه من حسن الخلق فإن من الناس من يؤذي أخاه وربما يعتدي عليه بما يضره بأكل ماله أو جحد حق له أو ما أشبه ذلك فيصبر ويحتسب الأجر من الله سبحانه وتعالى، والعاقبة لمتقين وهذا كله من حسن الخلق مع الناس .