Pedoman Agar Tidak Jatuh Kepada Kebid’ahan Dan Hawa Nafsu

Pedoman Agar Tidak Jatuh Kepada Kebid’ahan Dan Hawa Nafsu

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

BAB 24
Pedoman Agar Tidak Jatuh Kepada Kebid’ahan Dan Hawa Nafsu

224. Ahmad bin Abil Hawary berkata, Abdullah bin As Sariy –seorang yang khusyu’ dan belum pernah saya dapati orang yang lebih khusyu’ daripadanya– ia berkata :
“Bagi kami bukanlah dikatakan Sunnah jika kamu membantah ahli bid’ah namun Sunnah itu adalah bahwa kamu tidak mengajak ahli bid’ah berbincang-bincang.” (Al Ibanah 2/471 nomor 478 dan 479)
225. Hammad bin Zaid dari Ayyub ia berkata :
“Tidak ada bantahanku terhadap mereka yang lebih keras daripada diamku (tidak mengajak mereka berbicara, ed.).” (Ibid)
226. Abu Abdillah bin Baththah berkata :
[ Allah, Allah, wahai kaum Muslimin, janganlah ada seorang pun dari kalian yang terbawa oleh sikap baik sangka terhadap dirinya sendiri atau oleh pengetahuannya tentang madzhab yang benar untuk (mencoba) masuk ke dalam bahaya yang mengancam agamanya (seandainya) ia duduk dengan ahli bid’ah lalu ia berkata :
“Saya akan menemui mereka untuk mematahkan hujjah mereka atau saya akan membuat mereka keluar dari madzhab mereka yang rusak ini.”
Sebab sesungguhnya ahli bid’ah itu lebih berbahaya dari dajjal dan ucapan mereka lebih melekat dari penyakit kudis bahkan lebih membakar dari lidah api. ] (Ibid)
227. Imam Ahmad berkata :
“Yang selalu kami dengar dan kami dapatkan dari uraian Ahli Ilmu bahwa mereka sangat membenci perbincangan dan duduk dengan ahli zaigh dan sesungguhnya perkara penting dalam agama ini adalah sikap menerima (tunduk) dan kembali kepada apa yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah bukan duduk-duduk dengan ahli bid’ah dan ahli zaigh untuk membantah argumentasi mereka karena sesungguhnya mereka tentu akan mengelabui kamu sedangkan mereka tidak akan kembali (kepada yang haq). Maka yang selamat –Insya Allah– adalah dengan meninggalkan majelis mereka dan tidak membahas bid’ah dan kesesatan mereka.” (Al Ibanah 2/472 nomor 481)

(Sumber : Kilauan Mutiara Hikmah Dari Nasihat Salaful Ummah, terjemah dari kitab Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur, karya Syaikh Abu Abdillah Jamal bin Furaihan Al Haritsi. Diterjemahkan oleh Ustadz Idral Harits, Pengantar Ustadz Muhammad Umar As Sewwed. Diambil dari www.assunnah.cjb.net.)