Nasehat Akhlak

Nasehat Akhlak

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Nasehat Asy-Syaikh Shalih Abdul Aziz Al-Ghusn (hafizhahullah) untuk Ikhwah Salafiyyin Indonesia

Alih bahasa oleh Syuhada Abu Syakir Al-Iskandar As-Salafy Al-Andunisy

Segala puji hanya bagi Allah (Subhanahu wa Ta’ala) Rabbil ‘alamin, shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad yang merupakan sebaik-baik makhluk dan yang paling mulianya serta yang sangat indah akhlaknya diantara mereka, Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menyanjung Beliau dengan firmanNya:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berada diatas akhlak yang agung”(Q.S Al-Qalam:4).
Dan juga berfirman:

وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”(Q.S Al Imran:159).
Dan juga berfirman:

فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِ

“maka maafkanlah mereka dan biarkanlah”.(Q.S Al Baqarah:109)

Ya Ma’syaral Ahibbah! Wahai sekalian yang aku cintai! Aku wasiatkan kalian dan diriku dengan taqwa kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) baik dalam keadaan yang nampak ataupun tersembunnyi, dan taqwa kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) yaitu mematuhi segala perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.

Taqwa merupakan wasiat dari Allah (Subhanahu wa Ta’ala) untuk generasi awal dan terakhir. Sebagaimana Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman:

“Dan sungguh Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kalian kepada Allah”.

Maka ini adalah wasiat yang sangat agung yang mencakup hak-hak Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dan hak-hak para hambaNya, agar Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dita’ati tidak dimaksiati, diingat tidak dilupakan, disyukuri tidak dikufuri.

Dan taqwa merupakan wasiat dari Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) sebagaimana (yang Beliau sampaikan) didalam khutbatul wada’. Dan apabila Beliau mengangkat seseorang untuk dijadikan komando pasukan atau tentara Beliau mewasiatinya denga taqwa kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala).
Sebagaimana Beliau mewasiati Mu’adz (Radhiyallahu ‘anhu) dengan ucapannya:

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada”.

Dan hendaklah kalian senantiasa ikhlas serta memperbaiki niat dalam ilmu dan amal, karena sesungguhnya kalian diperintahkan akan hal itu sebagaimana didalam firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala):

æóãóÇ ÃõãöÑõæÇ ÅöáøóÇ áöíóÚúÈõÏõæÇ Çááøóåó ãõÎúáöÕöíäó áóåõ ÇáÏøöíäó (5)
“Dan tidaklah mereka itu diperintah kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama hanya kepadaNya”.

Dan:
Þõáö Çááøóåó ÃóÚúÈõÏõ ãõÎúáöÕðÇ áóåõ Ïöíäöí (14)
Katakanlah: “Hanya Allah saja Yang aku ibadahi dengan mengikhlaskan agamaku kepadaNya.”

Maka perbaikilah niat niscaya engkau akan termasuk dari ahlinya.

Akupun wasiatkan kalian agar bersemangat terhadap al-ilmu an-nafi’ (ilmu yang bermanfaat), tadaburilah al qur`an, dan bersemangatlah untuk mengikuti sunnah Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang Beliau sendiri telah memerintahkan akan hal itu dengan sabdanya:

ÝÚáíßã ÈÓäÊí¡ æÓäÉ ÇáÎáÝÇÁ ÇáÑÇÔÏíä ÇáãåÏííä ãä ÈÚÏí¡ ÊãÓßæÇ ÈåÇ¡ æÚÖæÇ ÚáíåÇ ÈÇáäæÇÌС æÅíÇßã æãÍÏËÇÊ ÇáÃãæÑ
“Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para al-khulafa ar-rasyidin al-mahdiyin (yang telah diberi petunjuk oleh Allah) setelahku, berpegang teguhlah dengannya, dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham, dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru didalam agama”.

Akupun wasiatkan kalian dengan sesuatu yang mana Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah memerintahkannya didalam sabdanya:

áÇ ÊÍÇÓÏæÇ æáÇ ÊÈÇÛÖæÇ æáÇ ÊÏÇÈÑæÇ æáÇ íÈÚ ÈÚÖßã Úáì ÈíÚ ÈÚÖ æßæäæÇ ÚÈÇÏ Çááå ÅÎæÇäÇ ÇáúãõÓúáöãõ ÃóÎõæ ÇáúãõÓúáöãö º áÇ íóÙúáöãõåõ ¡ æóáÇ íóÎúÐõáõåõ ¡ æóáÇ íóÍúÞöÑõåõ ¡ ÇáÊøóÞúæóì åóÇåõäóÇ ¡ æ íõÔöíÑõ Åöáóì ÕóÏúÑöåö ËáÇË ãÑÇÊ ÈöÍóÓúÈö ÇãúÑöÆò ãöäú ÇáÔøóÑøö Ãóäú íóÍúÞöÑó ÃóÎóÇåõ ÇáúãõÓúáöãó ¡ ßõáøõ ÇáúãõÓúáöãö Úóáóì ÇáúãõÓúáöãö ÍóÑóÇãñ Ïóãõåõ æóãóÇáõåõ æóÚöÑúÖõåõ
“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah saling membenci, dan janganlah saling bermusuhan, dan janganlah sebagian dari kalian melakukan penjualan diatas penjualan sebagian yang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara, seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah dia menzholiminya, dan jangan pula menelantarkannya, dan jangan pula merendahkannya, taqwa itu disini, dan Beliau berisyarat pada dadanya sebanyak tiga kali, cukuplah seseorang dikatakan jahat ketika ia merendahkannya saudaranya yang muslim, setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, hartanya dan kehormatannya”.

Hadits yang mulia ini dimulai dengan peringatan dari perbuatan hasad (dengki), karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan seperti halnya api melalap kayu bakar, dan jika engkau merasakan sesuatu dari sifat tersebut maka sembunyikanlah, janganlah engkau menampakkannya dan jangan pula membicarakannya, karena sungguh telah dikatakan bahwa:
ãÇ ÎáÇ ÌÓÏ ãä ÍÓÏ, áßä ÇááÆíã íÈÏíå æÇáßÑíã íÎÝíå
“Tidak ada jasad yang terlepas dari hasad, akan tetapi orang yang hina akan menampakkannya sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya”.

Ya Ahibbati! Wahai sekalian yang aku cintai! Hendaklah kalian bersatu, saling mencintai, dan menyatukan kalimat, serta melaksanakan hak-hak yang mana Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah memerintahkan dan mewasiatkannya ketika Beliau bersabda:

ÍóÞøõ ÇáãõÓúáöã Úóáóì ÇáãõÓúáöã ÓÊøñ : ÅöÐóÇ áóÞíÊóåõ ÝóÓóáøöãú Úóáóíåö ¡ æóÅöÐóÇ ÏóÚóÇßó ÝóÃÌÈúåõ ¡ æÅöÐóÇ ÇÓúÊóäúÕóÍóßó ÝóÇäúÕóÍú áóåõ ¡ æÅöÐóÇ ÚóØóÓó ÝóÍóãöÏó Çááå ÝóÔóãøöÊúåõ ¡ æóÅöÐóÇ ãóÑöÖó ÝóÚõÏúåõ ¡ æóÅöÐóÇ ãóÇÊó ÝóÇÊøóÈöÚúåõ ÑæÇå ãÓáã
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam:
Jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam,
Dan jika ia menyerumu maka penuhilah seruannya,
Dan jika ia meminta nasehat darimu maka nasehatilah,
Dan jika ia bersin lalu memuji Allah (yakni mengucapkan alhamdulillah) maka doakanlah,
Dan jika ia sakit maka jenguklah,
Dan jika ia wafat maka ikutilah (yakni mengantarkannya ke pekuburan)”, diriwayatkan oleh Muslim.

Hak-hak atas saudara tidaklah terbatas pada perkara-perkara yang disebutkan dalam hadits diatas, akan tetapi ini hanyalah merupakan contoh-contoh dan arahan-arahan yang mana kita harus memahami dan memperhatikannya.

Akupun wasiatkan kalian agar menghormati para Ulama dan mengambil ilmu dari mereka, karena sesungguhnya Ulama adalah pewaris para Nabi, maka haruslah kita menghormati dan memuliakan mereka, karena sesungguhnya Allah (Subhanahu wa Ta’ala) telah mengangkat derajat dan meninggikan kedudukan mereka.

Dan jikalau salah seorang dari mereka keliru didalam sebagian permasalahan ijtihad, maka hal itu tidaklah menjadi penghalang untuk kita istifadah (mengambil faidah) dari ilmu-ilmu mereka, dan tidaklah ada yang selamat dari kesalahan serta kekeliruan kecuali siapa saja yang dijaga oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala), dan kesempurnaan hanyalah milik Allah (Subhanahu wa Ta’ala).

Dan hendaklah kalian berhias dengan akhlak yang baik dan adab yang mulia, karena sesungguhnya akhlak yang baik akan menyebabkan timbangan alhasanat (amal kebaikan) menjadi berat, dan sifat itupun merupakan sebab memasuki jannah, dan juga sebab yang dapat menimbulkan rasa cinta kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dan RasulNya, serta sebab untuk dekat dengan Beliau di hari kiamat kelak.

Dan tidak ada sesuatupun yang diletakkan diatas timbangan seorang hamba yang lebih berat daripada akhlak yang baik, dan sungguh seorang yang berakhlak baik akan sampai kepada derajat orang yang melakukan shalat dan shaum dikarenakannya.

Disebutkan didalam hadits Abdullah bin Amr (Radhiyallahu ‘anhuma) secara marfu’:
Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda:

ÃáÇ ÃÎÈÑßã ÈÃÍÈßã Åáí æÃÞÑÈßã ãäì ãÌáÓðÇ íæã ÇáÞíÇãÉ ÞÇáæÇ Èáì ÞÇá ÃÍÓäßã ÎáÞðÇ
“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian”.

Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah (Radhiyallahu ‘anhu):

ÃßËÑ ãÇ íÏÎá ÇáÌäÉ ÊÞæì Çááå æÍÓä ÇáÎáÞ
“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik dan taqwa kepada Allah”.

Dan termasuk dari perkara yang akan memperkuat ikatan persaudaraan, dan mempersatukan hati, serta menghilangkan (kejelekan) yang ada dalam jiwa, yaitu hendaklah seorang hamba mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, dan hendaklah menahan diri untuk menyakiti saudaranya baik itu dengan tangan, atau lisan, ataupun yang lainnya.

Sebagaimana disebutkan didalam hadits Abu Dzar (Radhiyallahu ‘anhu), ia berkata:

ÞáÊ íÇ ÑÓæá Çááå Ãíø ÇáÃÚãÇá ÃÝÖá ÞÇá ÇáÅíãÇä ÈÇááå æÇáÌåÇÏ Ýí ÓÈíáå, ÞõáúÊõ ÝóÅöäú áóãú ÃóÝúÚóáú ¿ ÞóÇáó : ÊõÚöíäõ ÕóÇäöÚðÇ Ãóæú ÊóÕúäóÚõ áÃóÎúÑóÞó¡ ÞõáúÊõ : ÃÑÃíúÊó Åäú ÖóÚõÝúÊõ Úóäú ÈóÚúÖö ÇáÚóãóáö ¿ ÞóÇáó : ÝßõÝø ÔóÑøóßó Úóäö ÇáäøóÇÓö, ÝÅäøóåóÇ ÕóÏóÞóÉñ ãöäúßó Úóáóì äóÝúÓößó
Aku bertanya: “Wahai Rasulallah amalan apakah yang paling utama?”, Beliau menjawab: “iman kepada Allah dan jihad dijalanNya”, aku bertanya: “jika aku tidak bisa melakukannya?”, Beliau menjawab: “hendaklah engkau menolong orang yang melakukannya atau engkau beramal untuk seorang yang jahil”, aku bertanya: “apa pendapatmu jika aku tidak mampu dalam sebagian amalan?”, Beliau menjawab: “tahanlah sikap jahatmu dari manusia, karena sesungguhnya hal itu adalah shadaqah darimu untuk dirimu”.

Dan termasuk dari perkara yang akan mendatangkan rasa cinta serta akhlak yang baik yaitu hendaklah memaafkan kesalahan-kesalahan ikhwan dan janganlah mencela mereka dikarenakan kekelirua-keliruan yang terjadi, dan hendaklah berusaha dengan sungguh agar tercipta sedikitnya perselisihan, dan bersungguh-sungguhlah untuk tegak diatas kebersamaan.

Dan jika salah seorang dari ikhwan tergelincir berbuat kesalahan, maka carilah untuknya sembilan puluh udzur, dan janganlah sibuk dengan aib-aib ikhwan sedangkan engkau lupa dengan aib diri sendiri.

Sebagian Ulama (Rahimahumullah) mengatakan:

ÇáãÄãä íØáÈ ãÚÇÐíÑ ÇÎæÇäå, æÇáãäÇÝÞ íØáÈ ÚËÑÇÊåã
“Seorang mukmin akan mencari berbagai udzur bagi saudaranya, sedangkan seorang munafik akan mencari-cari segala kesalahan mereka”.

Dan terakhir, ketahuilah:

Åöäøó Çááøóåó íóÃúãõÑõ ÈöÇáúÚóÏúáö æóÇáúÅöÍúÓóÇäö æóÅöíÊóÇÁö Ðöí ÇáúÞõÑúÈóì æóíóäúåóì Úóäö ÇáúÝóÍúÔóÇÁö æóÇáúãõäúßóÑö æóÇáúÈóÛúíö (90)
“Sesungguhnya Allah menyuruh untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan”.

Allah (Subhanahu wa Ta’ala) memerintahkan (agar kita berlaku) inshaf dan bersikap adil dengan seadil-adilnya walaupun hanya pada diri sendiri, atau terhadap kedua orang tua, ataupun terhadap sanak kerabat.

Dan Allah (Subhanahu wa Ta’ala) memerintahkan agar kita bersegera terhadap perkara yang akan mendatangkan ampunanNya dan akan menghantarkan kedalam jannah yang luasnya seluas tujuh langit dan bumi, Dia berfirman:

æóÓóÇÑöÚõæÇ Åöáóì ãóÛúÝöÑóÉò ãöäú ÑóÈøößõãú æóÌóäøóÉò ÚóÑúÖõåóÇ ÇáÓøóãóÇæóÇÊõ æóÇáúÃóÑúÖõ ÃõÚöÏøóÊú áöáúãõÊøóÞöíäó (133) ÇáøóÐöíäó íõäúÝöÞõæäó Ýöí ÇáÓøóÑøóÇÁö æóÇáÖøóÑøóÇÁö æóÇáúßóÇÙöãöíäó ÇáúÛóíúÙó æóÇáúÚóÇÝöíäó Úóäö ÇáäøóÇÓö æóÇááøóåõ íõÍöÈøõ ÇáúãõÍúÓöäöíäó (134)
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

æÕáì Çááå æÓáã Úáì äÈíäÇ æÚáì Âáå æÃÕÍÇÈå æãä ÇÊøÈÚåã ÈÅÍÓÇä Çáì íæã ÇáÏíä

KSA Riyadh, 29 Dzulqo’dah 1430 H
Bertepatan dengan 17 November 2009 M
Ket:
Kurang-lebih 20 tahun yang lalu beliau pensiun dari Majlis Al-Qadha di kota suci Makkah Al-Muharramah sebagai Al-Mufti Al-Qadhi, semenjak itu sampai saat ini beliau bermukim di kota Riyadh dan beliau menghabiskan waktunya untuk duduk di maktabah.
Beliau adalah Shahibul fadhilah Asy-Syaikh Al-Mukarram Shalih bin Abdul Aziz bin Abdillah Al-Ghusn lahir di Buraidah Al-Qashim pada tanggal 01 Rajab tahun 1356 H (berarti usia beliau sekarang kurang lebih 75 tahun).
Beliau adalah seorang ‘Alim yang berpegang teguh dengan manhaj as-salaf, pernah suatu ketika beliau ditanya tentang siapakah Sayyid Quthb?, dan beliau pun menjawab: “dia adalah seorang yang mempunyai pendapat-pendapat yang menyelisihi syari’at, seperti; khuruj ‘alal hukkam (memberontak pemerintah muslim) dan lainnya, akan tetapi kita tidak boleh mencelanya karena dia telah meninggal”.
Beliau pun ditanya tentang Yusuf Al-Qaradhawi?, dan beliau menjawab: “dia pun demikian seorang yang mempunyai berbagai pendapat yang menyelisihi syari’at, dia membolehkan musik, membolehkan riba dan masih banyak yang lainnya”, dan beliau menyatakan bahwa; “kaum muslimin harus diperingati dari pendapat-pendapat menyimpang ini dalam rangka izhharul haq (menampakkan al-haq)”.
Suatu hari beliau ditanya tentang kitab mukhtashar tafsir ibnu katsir, manakah yang paling bagus dari sekian mukhtashar yang ada?, sebelum menjawab beliau memperingatkan bahwa; “mukhtashar karya Muhammad Ali Ash-Shabuni laisa jayyidan (tidak bagus), dia berpemahaman Asy’ari, dan dalam kitab tersebut dia banyak melakukan tahrif (menyimpangkan makna yang haq)”.
Diantara teman karib dakwah beliau adalah Asy-Syaikh Abdur Rahman Al-‘Ajlan -hafizhahullah- (salah satu syaikh yang mengajar tetap di masjidil haram), dan Asy-Syaikh Abdullah ibnu Humaid -rahimahullah- (beliau adalah ayah Asy-Syaikh Shalih ibnu Humaid -hafizhahullah-), dan Asy-Syaikh Shalih Al-Fawzan -hafizhahullah- pun mengenal beliau.

naskah asli:

ÈÓã Çááå ÇáÑÍãä ÇáÑÍíã
ÇáÍãÏ ááå ÑÈø ÇáÚÇáãíä æÕáøì Çááå æÓáøã Úáì ÃÔÑÝ ÎáÞå æÃßÑãåã æÃÍÓäåã ÎõáõÞÇ ÃËäì Çááå Úáíå
ÈÞæáå: æóÅöäøóßó áóÚóáóì ÎõáõÞò ÚóÙöíãò (4)
æÞÇá ÊÚÇáì: æóáóæú ßõäúÊó ÝóÙøðÇ ÛóáöíÙó ÇáúÞóáúÈö áóÇäúÝóÖøõæÇ ãöäú (159)
æÞÇá ÊÚÇáì: ÝóÇÚúÝõ Úóäúåõãú æóÇÕúÝóÍú (13)
ÝíÇ ãÚÔÑ ÇáÃÍÈøÉ ÃæÕíßã æäÝÓí ÈÊÞæì Çááå Ýí ÇáÓøÑø æÇáÚáä, æÊÞæì Çááå åí ÇãÊËÇá ÃæÇãÑå æÇÌÊäÇÈ äæÇåíå, æÇáÊÞæì æÕíÉ Çááå ááÃæøáíä æÇáÃÎÑíä,
ßãÇ ÞÇá ÊÚÇáì: æóáóÞóÏú æóÕøóíúäóÇ ÇáøóÐöíäó ÃõæÊõæÇ ÇáúßöÊóÇÈó ãöäú ÞóÈúáößõãú æóÅöíøóÇßõãú Ãóäö ÇÊøóÞõæÇ Çááå (131)
Ýåí ÇáæÕíÉ ÇáÚÙíãÉ ÇáÌÇãÚÉ áÍÞæÞ Çááå æÍÞæÞ ÚÈÇÏå, ÈÃä íØÇÚ ÝáÇíÚÕì, æíÐßÑ ÝáÇíäÓì, æíÔßÑ ÝáÇíßÝÑ, æÇáÊÞæì æÕíÉ ÇáÑÓæá Õáì Çááå Úáíå æÓáã áÃãøÊå ßãÇ Ýí ÎØÈÉ ÇáæÏÇÚ,
æßÇä ÅÐÇ ÃãøÑ ÃãíÑÇ Úáì ÌíÔ Ãæ ÓÑíÉ ÃæÕÇå ÈÊÞæì Çááå, ææÕøì ÈåÇ ãÚÇÐÇ ÑÖí Çááå Úäå
ÞÇÆáÇ áå: ÇÊÞ Çááå ÍíËãÇ ßäÊ
æÚáíßã ÈÇáÅÎáÇÕ æÍÓä ÇáäíÉ Ýí ÇáÚáã æÇáÚãá, ÝÅäßã ãÃãæÑíä ÈÐáß
Ýí Þæáå ÊÚÇáì: æóãóÇ ÃõãöÑõæÇ ÅöáøóÇ áöíóÚúÈõÏõæÇ Çááøóåó ãõÎúáöÕöíäó áóåõ ÇáÏøöíäó (5)
Þõáö Çááøóåó ÃóÚúÈõÏõ ãõÎúáöÕðÇ áóåõ Ïöíäöí (14)
ÝÇäæ ÇáÎíÑ Êßä ãä Ãåáå,
ßãÇ ÃæÕíßã ÈÇáÍÑÕ Úáì ÇáÚáã ÇáäÇÝÚ, ÊÏÈøÑ ßÊÇÈ Çááå, æÇÊÈÇÚ ÓäøÉ ÑÓæáå Õáì Çááå Úáíå æÓáã ÇáÊí ÍËø ÚáíåÇ ÇáÑÓæá Õáì Çááå Úáíå æÓáã
ÈÞæáå: ÝÚáíßã ÈÓäÊí¡ æÓäÉ ÇáÎáÝÇÁ ÇáÑÇÔÏíä ÇáãåÏííä ãä ÈÚÏí¡ ÊãÓßæÇ ÈåÇ¡ æÚÖæÇ ÚáíåÇ ÈÇáäæÇÌС æÅíÇßã æãÍÏËÇÊ ÇáÃãæÑ
ßãÇ ÃæÕíßã ÈãÇ ÃÑÔÏ Åáíå ÇáãÕØÝì Õáì Çááå Úáíå æÓáã
ÈÞæáå: áÇ ÊÍÇÓÏæÇ æáÇ ÊÈÇÛÖæÇ æáÇ ÊÏÇÈÑæÇ æáÇ íÈÚ ÈÚÖßã Úáì ÈíÚ ÈÚÖ æßæäæÇ ÚÈÇÏ Çááå ÅÎæÇäÇ ÇáúãõÓúáöãõ ÃóÎõæ ÇáúãõÓúáöãö º áÇ íóÙúáöãõåõ ¡ æóáÇ íóÎúÐõáõåõ ¡ æóáÇ íóÍúÞöÑõåõ ¡ ÇáÊøóÞúæóì åóÇåõäóÇ ¡ æ íõÔöíÑõ Åöáóì ÕóÏúÑöåö ËáÇË ãÑÇÊ ÈöÍóÓúÈö ÇãúÑöÆò ãöäú ÇáÔøóÑøö Ãóäú íóÍúÞöÑó ÃóÎóÇåõ ÇáúãõÓúáöãó ¡ ßõáøõ ÇáúãõÓúáöãö Úóáóì ÇáúãõÓúáöãö ÍóÑóÇãñ Ïóãõåõ æóãóÇáõåõ æóÚöÑúÖõåõ
ÝÈÏà åÐÇ ÇáÍÏíË ÇáÔÑíÝ ÈÇáÊÍÐíÑ ãä ÇáÍÓÏ, ÝÅä ÇáÍÓÏ íÃßá ÇáÍÓäÇÊ ßãÇ ÊÃßá ÇáäÇÑ ÇáÍØÈ, æÅÐÇ ÃÍÓÓÊ ÔíÆð ãä Ðáß áÃÍÏ ÅÎæÇäß ÝÇßÊãå æáÇÊÙåÑå æáÇÊÍÏøË Èå, ÝÅäå ÞÏ Þíá ãÇ ÎáÇ ÌÓÏ ãä ÍÓÏ, áßä ÇááÆíã íÈÏíå æÇáßÑíã íÎÝíå,
æÚáíßã íÇÃÍÈøÊí ÈÇáÊÂáÝ æÇáãÍÈøÉ æÌãÚ ÇáßáãÉ æÃÏÇÁ ÇáÍÞæÞ ÇáÊí ÍËø ÚáíåÇ ÇáÑÓæá Õáì Çááå Úáíå æÓáã æÑÛøÈ ÝíåÇ
ÞÇÆáÇ: ÍóÞøõ ÇáãõÓúáöã Úóáóì ÇáãõÓúáöã ÓÊøñ : ÅöÐóÇ áóÞíÊóåõ ÝóÓóáøöãú Úóáóíåö ¡ æóÅöÐóÇ ÏóÚóÇßó ÝóÃÌÈúåõ ¡ æÅöÐóÇ ÇÓúÊóäúÕóÍóßó ÝóÇäúÕóÍú áóåõ ¡ æÅöÐóÇ ÚóØóÓó ÝóÍóãöÏó Çááå ÝóÔóãøöÊúåõ ¡ æóÅöÐóÇ ãóÑöÖó ÝóÚõÏúåõ ¡ æóÅöÐóÇ ãóÇÊó ÝóÇÊøóÈöÚúåõ ÑæÇå ãÓáã
æÍÞæÞ ÇáÅÎæÉ áíÓÊ ãÍÕæÑÉ Ýí åÐå, æÅäãÇ åí äãÇÐÌ æÊæÌíåÇÊ íäÈÛí ÝåãåÇ æÇáÅÚÊäÇÁ ÈåÇ,
ßãÇ ÃæÕíßã ÈÇÍÊÑÇã ÇáÚáãÇÁ æÇáÃÎÐ ãäåã ÝÅä ÇáÚáãÇÁ æÑËÉ ÇáÃäÈíÇÁ, ÝíäÈÛí ÇÍÊÑÇãåã æÇÌáÇáåã, ÝÅä Çááå ÑÝÚ ÞÏÑåã æÃÚáì ÔÃäåã, ÍÊì æáæ ÛáöØ ÈÚÖåã Ýí ÈÚÖ ãÓÇÆá ÇáÅÌÊåÇÏ, ÝáÇíßæä Ðáß ãÇäÚÇ ãä ÇáÅÓÊÝÇÏÉ ãä Úáæãåã, æáÇíÓáóã ãä ÇáÃÎØÇÁ ÇáÇ ãä ÚÕóãå Çááå æÇáßãÇá ááå æÍÏå,
æÚáíßã ÈÇáÃÎáÇÞ ÇáÍÓäÉ æÇáÂÏÇÈ ÇáÝÇÖáÉ ÝÅä ÍÓä ÇáÎáÞ íËÞá ãíÒÇä ÇáÍÓäÇÊ, æåæ ÓÈÈ áÏÎæá ÇáÌäÉ, æÇáì ãÍÈÉ Çááå æãÍÈÉ ÑÓæáå æÇáÞÑÈ ãäå íæã ÇáÞíÇãÉ,
ÝÅäå ãÇ ãä ÔíÆ íæÖÚ Ýí ãíÒÇä ÇáÚÈÏ ÃËÞá ãä ÍÓä ÇáÎáÞ, æÅä ÕÇÍÈ ÍÓä ÇáÎáÞ áíÈáÛ Èå ÏÑÌÉ ÕÇÍÈ ÇáÕæã æ ÇáÕáÇÉ,
æÝí ÍÏíË ÚÈÏ Çááå Èä ÚãÑæ ÑÖí Çááå ÚäåãÇ ãÑÝæÚÇ
ÃáÇ ÃÎÈÑßã ÈÃÍÈßã Åáí æÃÞÑÈßã ãäì ãÌáÓðÇ íæã ÇáÞíÇãÉ ÞÇáæÇ Èáì ÞÇá ÃÍÓäßã ÎáÞðÇ
æÝí ÍÏíË ÇÈí åÑíÑÉ ÑÖí Çááå Úäå
ÃßËÑ ãÇ íÏÎá ÇáÌäÉ ÊÞæì Çááå æÍÓä ÇáÎáÞ
æããÇ íÞæøí ÇáÊÑÇÈØ Èíä ÇáÅÎæÉ æíÃáøÝ ÞáæÈåã æíÒíá ãÇ Ýí ÇáäÝæÓ, Ãä íÍÈø ÇáãÑÁ áÃÎíå ãÇ íÍÈø áäÝÓå, æÃä íßõÝø Úäåã ÇáÃÐì ÈÇáíÏ Ãæ ÈÇáÓÇä Ãæ ÛíÑå,
ßãÇ Ýí ÇáÕÍíÍíä ãä ÍÏíË ÇÈí ÐÑø ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá:
ÞáÊ íÇ ÑÓæá Çááå Ãíø ÇáÃÚãÇá ÃÝÖá ÞÇá ÇáÅíãÇä ÈÇááå æÇáÌåÇÏ Ýí ÓÈíáå, ÞõáúÊõ ÝóÅöäú áóãú ÃóÝúÚóáú ¿ ÞóÇáó : ÊõÚöíäõ ÕóÇäöÚðÇ Ãóæú ÊóÕúäóÚõ áÃóÎúÑóÞó¡ ÞõáúÊõ : ÃÑÃíúÊó Åäú ÖóÚõÝúÊõ Úóäú ÈóÚúÖö ÇáÚóãóáö ¿ ÞóÇáó : ÝßõÝøó ÔóÑøóßó Úóäö ÇáäøóÇÓö, ÝÅäøóåóÇ ÕóÏóÞóÉñ ãöäúßó Úóáóì äóÝúÓößó
æããÇ ÊÞÊÖíå ÇáãÍÈÉ æÍÓä ÇáÎáÞ, ÇáÕÝúÍ Úä ÚËúÑÇÊ ÇáÅÎæÇä æÊÑß ÊÃäíÈåã ÈåÇ æÇáÍÑÕ Úáì ÞáøÉ ÇáÎáÇÝ æÇáÍÑÕ Úáì áÒæã ÇáãæÇÝÞÉ,
æÅÐÇ Òáø ÃÍÏ ÇÎæÇäß ÝÇØáÈ áå ÊÓÚíä ÚÐÑÇ, æ áÇ ÊÔÊÛá ÈÚíæÈ ÇáäÇÓ æÊäÓì ÚíÈ äÝÓß,
ÞÇá ÈÚÖ ÇáÝÖáÇÁ: ÇáãÄãä íØáÈ ãÚÇÐíÑ ÇÎæÇäå, æÇáãäÇÝÞ íØáÈ ÚËúÑÇÊåã,
æÃÎíÑÇ ÇÚáãæÇ
Åöäøó Çááøóåó íóÃúãõÑõ ÈöÇáúÚóÏúáö æóÇáúÅöÍúÓóÇäö æóÅöíÊóÇÁö Ðöí ÇáúÞõÑúÈóì æóíóäúåóì Úóäö ÇáúÝóÍúÔóÇÁö æóÇáúãõäúßóÑö æóÇáúÈóÛúíö (90)
æÍËø Úáì ÇáÅäÕÇÝ æÇáÞæÇãÉ ÈÇáÞÓØ æáæ Úáì ÇáäÝÓ Ãæ ÇáæÇáÏíä Ãæ ÇáÃÞÑÈíä,
æÃãÑ Çááå ÈÇáãÓÇÑÚÉ Åáì ãÇ íæÌÈ ãÛÝÑÊå æíÏÎá ÇáÌäÉ ÇáÊí ÚÑÖåÇ ÇáÓãæÇÊ æÇáÃÑÖ,
ÞÇÆáÇ: æóÓóÇÑöÚõæÇ Åöáóì ãóÛúÝöÑóÉò ãöäú ÑóÈøößõãú æóÌóäøóÉò ÚóÑúÖõåóÇ ÇáÓøóãóÇæóÇÊõ æóÇáúÃóÑúÖõ ÃõÚöÏøóÊú áöáúãõÊøóÞöíäó (133) ÇáøóÐöíäó íõäúÝöÞõæäó Ýöí ÇáÓøóÑøóÇÁö æóÇáÖøóÑøóÇÁö æóÇáúßóÇÙöãöíäó ÇáúÛóíúÙó æóÇáúÚóÇÝöíäó Úóäö ÇáäøóÇÓö æóÇááøóåõ íõÍöÈøõ ÇáúãõÍúÓöäöíäó (134)

æÕáì Çááå æÓáã Úáì äÈíäÇ æÚáì Âáå æÃÕÍÇÈå æãä ÇÊøÈÚåã ÈÅÍÓÇä Çáì íæã ÇáÏíä