Kajian Umdatul Ahkam Hadits Ke-80

Kajian Umdatul Ahkam Hadits Ke-80

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Oleh : Ustadz Kharisman

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ : (( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَسْتَفْتِحُ الصَّلاةَ بِالتَّكْبِيرِ , وَالْقِرَاءَةَ بـ ” الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ” وَكَانَ إذَا رَكَعَ لَمْ يُشْخِصْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُصَوِّبْهُ وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ , وَكَانَ إذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَائِماً , وَكَانَ إذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السَّجْدَةِ لَمْ يَسْجُدْ , حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِداً , وَكَانَ يَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ , وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى , وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ ، وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ , وَكَانَ يَخْتِمُ الصَّلاةَ بِالتَّسْلِيمِ))

Dari Aisyah radliyallaahu ‘anha beliau berkata : Adalah Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam memulai sholatnya dengan takbir dan membaca Alhamdulillaahi Robbil ‘Aalamiin. Jika beliau ruku tidak menaikkan atau menurunkan kepala, tetapi pertengahan di antara itu. Jika mengangkat kepala dari ruku’, beliau tidak bersegera sujud sampai tegak berdiri. Jika mengangkat kepala dari sujud, beliau tidak bersujud sampai tegak dalam posisi duduk. Beliau tahiyyat pada setiap dua rokaat. Beliau membentangkan kaki kiri dan menegakkan (telapak) kaki kanan. Beliau melarang dari duduknya Syaithan dan melarang seseorang menghamparkan tangannya (dalam sujud sholat) seperti binatang buas menghamparkan tangannya. Beliau menutup sholat dengan salam (H.R Muslim)

PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL DARI HADITS:

1. Ucapan pertama kali dalam sholat adalah takbir, yaitu ucapan Allaahu Akbar.

2. Dalam hadits ini bacaan yang dikeraskan oleh Nabi dari alFatihah dimulai dengan Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin. Bacaan basmalah tidak dikeraskan.

3. Ketika ruku’ posisi kepala tidak terlalu diangkat dan juga tidak direndahkan, tapi sejajar dengan punggung.

4. Keharusan thuma’ninah (tenang tidak tergesa-gesa) dalam ruku’, I’tidal, dan sujud.

5. Keharusan thuma’ninah (tenang tidak tergesa-gesa) dalam posisi duduk di antara 2 sujud.

6. Tahiyyat dilakukan setiap dua rokaat (kecuali pada sholat Maghrib).

7. Duduk iftirosy : membentangkan kaki kiri kemudian duduk di atasnya dan menegakkan telapak kaki kanan bertumpu pada pangkal jari kaki, jari kaki kanan diarahkan menghadap kiblat. Dijelaskan dalam hadits lain dari Sahabat Abu Humaid as-Sa’idy riwayat Abu Dawud bahwa untuk tahiyyat di rokaat ke empat posisi duduknya adalah tawarruk. Sedangkan iftirasy disunnahkan untuk dilakukan di tasyahhud pertama dan duduk di antara dua sujud.

8. Larangan duduk seperti duduknya Syaithan. Dalam riwayat lain disebutkan seperti duduknya anjing, yaitu menegakkan telapak kaki kanan dan kiri, kemudian meletakkan pantat di lantai.

9. Larangan membentangkan tangan dalam sujud seperti binatang buas membentangkan tangannya ketika duduk. Seharusnya, pada saat posisi sujud, yang menempel lantai hanyalah telapak tangan, sedangkan bagian tangan yang lain tidak ditempelkan ke lantai. Jika bagian tangan dari siku sampai telapak tangan ditempelkan ke lantai, maka itu adalah gerakan yang menyerupai gerakan binatang, dan hal tersebut dilarang.

10. Ucapan terakhir dalam sholat adalah salam. Disyariatkan untuk mengucapkan 2 salam, dan Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam hampir selalu mengucapkan 2 kali salam dalam seluruh sholatnya. Namun beliau pernah hanya mengucapkan satu salam dengan sedikit menoleh ke kanan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يُسَلِّمُ فِي الصَّلاَةِ تَسْلِيْمَةً وَاحِدَةً تِلْقَاءَ وَجْهِهِ يَمِيْلُ إِلَى الشَّقِّ اْلأَيْمَنِ شَيْئاً

Dari Aisyah –semoga Allah meridlainya- bahwa Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam mengucapkan sekali salam dalam sholat menghadap ke arah depan kemudian agak miring ke bagian kanan sedikit (H.R atTirmidzi dan al-Haakim. Al-Haakim menyatakan Shahih berdasarkan syarat alBukhari dan Muslim dan disepakati oleh adz-Dzahaby, dishahihkan pula oleh Syaikh al-Albany).

Al-Imam anNawawy menjelaskan dalam Roudhotut Tholibin bahwa pada setiap ucapan salam, permulaan ucapan salam dilakukan saat menghadap ke arah kiblat, barulah kemudian menoleh ke samping sehingga terlihat pipinya oleh makmum yang di belakang. Hal itu berlaku dalam 2 kali salam. << dikaji di Masjid Nawawi Pondok Kelor, Paiton Probolinggo ba’da Maghrib 25 Rabiul Akhir 1433 H/ 17 Maret 2012.

(Abu Utsman Kharisman)