KAJIAN ARBAIN ANNAWAWIYYAH HADITS KE-39:

KAJIAN ARBAIN ANNAWAWIYYAH HADITS KE-39:

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

TIGA HAL YANG DIMAAFKAN DARI UMAT MUHAMMAD (Bag ke-1)

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي: الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ [حديث حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما]

Dari (Abdullah) putra Abbas semoga Allah meridhai keduanya: Bahwasanya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku: ketidaksengajaan, lupa, dan kondisi karena dipaksa (anNawawiy menyatakan: hadits hasan riwayat Ibnu Majah, al-Baihaqiy, dan selain keduanya)<< dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Shahih Ibn Majah >>

✅Sekilas tentang Sahabat yang Meriwayatkan Hadits

Penjelasan tentang Sahabat Nabi Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma yang meriwayatkan hadits ini bisa dilihat pada hadits ke-19 yang lalu.

✅Kasih Sayang Allah Kepada Umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam

Di dalam hadits ini Allah Ta’ala memaafkan 3 hal pada umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam, yaitu: ketidaksengajaan, lupa, dan kondisi dipaksa. Syaikh Sholih bin Abdil Aziz Aalusy Syaikh menjelaskan bahwa ini adalah kekhususan dari umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam (syarh Arbain anNawawiyyah li Syaikh Sholih bin Abdil Aziz Aalusy Syaikh halaman 515).

Ada sebuah hadits Salman al-Farisiy riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ahmad tentang dua orang pada umat sebelum kita yang masuk Surga karena lalat dan ada yang masuk Neraka karena lalat.

Hadits ini mengisahkan kejadian pada umat sebelum kita. Ada dua orang yang berpapasan dengan suatu kaum penyembah berhala. Kaum ini tidak membiarkan siapapun lewat kecuali harus memberikan persembahan kurban kepada berhalanya. Satu orang yang tetap di atas tauhid tidak mau sama sekali mempersembahkan apapun kecuali kepada Allah. Dalam riwayat Ahmad, orang yang bertauhid itu menyatakan:

مَا كُنْتُ لِأُقَرِّب لِأَحَدٍ شَيْئًا دُوْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu kepada siapapun selain Allah Azza Wa Jalla

Maka orang yang bertauhid ini kemudian dibunuh, sehingga ia masuk Jannah (Surga).

Sedangkan kepada satu orang lagi, kaum ini menyatakan: berikan persembahan. Orang yang kedua ini –dalam riwayat Ahmad- menyatakan:

لَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ

Saya tidak punya apa-apa

Ia tidak mengatakan: Saya tidak akan mempersembahkan apapun kepada selain Allah. Artinya, kalau ia punya sesuatu untuk dipersembahkan, ia akan persembahkan (penjelasan Syaikh Sholih al-Fauzan).

Kaum itu kemudian menyatakan: Persembahkan sesuatu meski hanya seekor lalat. Maka orang itupun mempersembahkan seekor lalat untuk berhala itu, kemudian ia masuk anNaar (Neraka).

Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithy rahimahullah menjelaskan bahwa pada umat sebelum kita belum ada keringanan jika orang dipaksa berbuat atau berucap kekafiran. Berbeda dengan di umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Ada keringanan dari Allah bagi umat Nabi Muhammad yang ingin menghindar dari ancaman yang berat (ancaman pembunuhan) dan dipaksa untuk mengucapkan atau berbuat kekafiran, maka yang demikian boleh dilakukan, selama hatinya mengingkarinya dan tetap tenang dalam keimanan.
Beliau menjelaskan itu dalam 2 kitabnya yang agung Adhwaul Bayaan (3/251) dan Daf’u Iyhaamil Idhthiroob (1/55) serta menyebutkan hadits ini sebagai dalil bahwa pada umat terdahulu tidak ada keringanan itu.

Beliau menyebutkan beberapa dalil lain bahwa kekhususan umat ini yang mendapatkan keringanan dalam hal jika dipaksa untuk berbuat kekafiran/ kesyirikan:

…إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْأِيمَانِ…

Kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya tetap tenang dalam keimanan (Q.S anNahl: 106)

…وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ…

…dan dia (Nabi Muhammad) menghilangkan dari mereka (umat beliau) (beban-beban) yang memberatkan dan menyulitkan yang sebelumnya ada pada mereka (umat sebelumnya)…(Q.S al-A’raaf ayat 107).

Dalam Shahih Muslim disebutkan hadits bahwa Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya bimbingan bagi kaum muslimin untuk berdoa kepada Allah agar memaafkan sesuatu yang terlupa atau tidak sengaja. Kemudian Allah pun mengabulkan doa itu.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ (وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِى أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ) قَالَ دَخَلَ قُلُوبَهُمْ مِنْهَا شَىْءٌ لَمْ يَدْخُلْ قُلُوبَهُمْ مِنْ شَىْءٍ فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « قُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَسَلَّمْنَا ». قَالَ فَأَلْقَى اللَّهُ الإِيمَانَ فِى قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى ( لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا) قَالَ قَدْ فَعَلْتُ (رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا) – قَالَ قَدْ فَعَلْتُ (وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا) قَالَ قَدْ فَعَلْتُ.

dari Ibnu Abbas –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Ketika turun ayat:

وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِى أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ

Jika kalian menampakkan apa yang ada dalam diri kalian ataupun kalian sembunyikan, (semuanya) akan diperhitungkan (dihisab) oleh Allah

(Ibnu Abbas berkata): masuk ke dalam hati mereka suatu (perasaan takut tidak mampu melaksanakan perintah) yang belum pernah seperti itu sebelumnya.
Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Ucapkanlah : kami mendengar, kami taat, dan kami menerima. Kemudian Allah tanamkan keimanan dalam hati mereka. Allah turunkan ayat:

لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا

Allah tidaklah membebani jiwa kecuali sesuai kemampuannya. Ia akan mendapatkan (pahala) terhadap yang diperbuat, dan akan beroleh (dosa) terhadap apa yang dikerjakannya. Wahai Robb kami, janganlah kami disiksa jika kami lupa atau tersalah (tak sengaja).

Allah menjawab: Aku telah melakukannya (mengabulkan doa kalian, pent)

رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا

Wahai Rabb kami, janganlah Engkau membebankan kepada kami beban seperti yang Engkau berikan kepada umat sebelum kami

Allah menjawab: Aku telah melakukannya (mengabulkan doa kalian, pent)

وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا

Ampuni kami, rahmatilah kami. Engkau adalah Wali (Pelindung; Penolong) kami. Tolonglah kami (dalam menghadapi) orang-orang kafir

Allah menjawab: Aku telah melakukannya (mengabulkan doa kalian, pent)(H.R Muslim)

(dikutip dari naskah buku “42 HADITS PANDUAN HIDUP MUSLIM”, Abu Utsman Kharisman)