JANGAN MENCELA SAHABAT NABI

JANGAN MENCELA SAHABAT NABI

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

di tulis oleh al ustadz Abu Utsman Kharisman

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Janganlah kalian mencela para Sahabatku. Kalau seandainya salah seorang dari kalian menginfaqkan emas sebesar (gunung) Uhud, hal itu tidak bisa menyamai shodaqoh mereka (para Sahabat) sebanyak 1 mud (2 genggaman tangan), bahkan tidak pula bisa menyamai setengahnya (H.R al-Bukhari dari Abu Said al-Khudriy dan Muslim dari Abu Hurairah)

✅Mencela Sahabat Nabi, Ancamannya Laknat Allah

مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

Barangsiapa yang mencela para Sahabatku, ia akan mendapatkan laknat (dari) Allah, Malaikat, dan manusia seluruhnya (H.R atThobaroniy, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

✅Sedikit Amal Seorang Sahabat Nabi Tidak Bisa Ditandingi oleh Banyak Amalan yang Dilakukan Orang-Orang Setelahnya

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa jika orang-orang yang hidup setelah masa Sahabat Nabi berinfaq emas sebesar gunung Uhud, hal itu tidak bisa menyamai infaq sebanyak 1 mud yang dilakukan Sahabat Nabi. Bahkan, setengah mud pun tidak bisa menyamai.

Sahabat Nabi Said bin Zaid radhiyallahu anhu –salah seorang yang telah dijamin masuk Surga oleh Nabi – menyatakan:

لَمَشْهَدُ رَجُلٍ مِنْهُمْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْبَرُّ فِيهِ وَجْهُهُ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِ أَحَدِكُمْ عُمُرَهُ وَلَوْ عُمِّرَ عُمُرَ نُوحٍ

Sungguh satu pertempuran yang diikuti oleh seorang di antara mereka (Sahabat Nabi) bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam yang membuat wajahnya berdebu, itu lebih baik dari amal seseorang (selain Sahabat Nabi) sepanjang umurnya, meskipun ia memiliki umur seperti Nuh (950 tahun)(H.R Abu Dawud)

Sahabat Nabi Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma menyatakan:

لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَقَامُ أَحَدِهِمْ سَاعَةً- يَعْنِي مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- خَيْرٌ مِنْ عَمَلِ أَحَدِكُمْ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً

Janganlah kalian mencela para Sahabat Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Sungguh masa berdiri mereka sesaat – yaitu bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam- lebih baik dibandingkan amalan salah seorang dari kalian selama 40 tahun (riwayat Ahmad dalam Fadhoilus Shohaabah)

Abdullah bin al-Mubarok rahimahullah pernah ditanya tentang siapa yang lebih utama antara Umar bin Abdil Aziz (seorang Tabi’i pemimpin yang sangat adil) atau Muawiyah (Sahabat Nabi)?

Abdullah bin al-Mubarok rahimahullah menjawab:

لَتُرَابٌ فِي مَنْخَرَي مُعَاوِيَةَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرٌ وَأَفْضَلُ مِنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيْزِ

Sungguh satu debu pada hidung Muawiyah saat bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam lebih baik dan lebih utama dibandingkan Umar bin Abdil Aziz (al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir (8/148)).

✅Menahan Diri dari Membicarakan Perselisihan di antara para Sahabat Nabi

Al-Imam Al-Muzani (murid asy-Syafi’i dan yang memandikan jenzah asy-Syafi’i) menyatakan: Kita menahan diri dari membicarakan perselisihan di antara mereka (para Sahabat Nabi. Janganlah membicarakan tentang para Sahabat Nabi kecuali kebaikan. Janganlah membicarakan perselisihan di antara mereka dengan tujuan untuk menjelek-jelekkan salah satu pihak. Itulah yang dituntunkan oleh Nabi dalam sabdanya:

إِذَا ذُكِرَ أَصْحَابِي فَأَمْسِكُوا

Jika disebut tentang para Sahabatku, maka tahanlah diri kalian (H.R atThobarony, dishahihkan Syaikh al-Albany)

Umar bin Abdil ‘Aziz pernah ditanya tentang perselisihan yang terjadi di antara para Sahabat. Beliau menjawab:

تِلْكَ دِمَاءٌ طَهَّرَ اللهُ مِنْهَا سُيُوْفَنَا ، فَلَا نُخَضِّبْ بِهَا أَلْسِنَتَنَا

Itu adalah darah-darah yang pedang-pedang kita disucikan Allah darinya, maka janganlah kita warnai lisan-lisan kita dengannya (al-Bahrul Muhiith karya az-Zarkasyi (6/187))

Maksud dari ucapan Umar bin Abdul Aziz tersebut adalah: kalau kita sudah tidak terlibat secara langsung dalam perselisihan itu, mengapa kita biarkan lisan kita membicarakan tentang mereka. Itu tidak ada manfaatnya.

Jika ada yang bertanya: Apakah para Sahabat yang berselisih dan berperang itu tidak termasuk dalam hadits Nabi: Jika dua orang muslim bertemu dengan pedang masing-masing, maka pembunuh dan yang dibunuh masuk neraka?
Al-Imam anNawawiy menjelaskan bahwa perang yang terjadi di antara para Sahabat Nabi tidaklah masuk dalam hadits tersebut karena masing-masing pihak bukan berperang karena fanatisme kesukuan atau kepentingan duniawi. Masing-masing pihak berijtihad dan melakukan penakwilan. Maka tidak ada yang berdosa karena mereka adalah orang-orang yang berhak untuk berijtihad.
Beliau menyatakan: Sesungguhnya darah (yang tertumpah) di antara para Sahabat (Nabi) radhiyallahu anhum tidaklah masuk dalam ancaman ini. Madzhab Ahlussunnah dan kebenaran adalah berbaik sangka kepada mereka dan menahan diri (untuk membicarakan) perselisihan di antara mereka, dan menakwilkan peperangan (di antara) mereka adalah karena mereka berijtihad dan melakukan pentakwilan, tidaklah bermaksud untuk melakukan kemaksiatan atau kepentingan duniawi. Bahkan tiap pihak berpendapat bahwa mereka yang benar sedangkan pihak lain adalah bughot yang wajib diperangi hingga kembali kepada perintah Allah. Di antara mereka ada yang benar, sebagian lagi salah dan mendapatkan udzur karena dia berijtihad. Orang yang berijtihad jika salah tidak ada dosa baginya (Syarhun Nawawi ala Shahih Muslim (18/11))

<< naskah yang dikirimkan ke majalah Tashfiyah pada Feb 2017 >>