IBNU ABBAS MENUNGGU SETAHUN UNTUK MENDAPAT PEMAHAMAN YANG BENAR TENTANG SATU AYAT QURAN

IBNU ABBAS MENUNGGU SETAHUN UNTUK MENDAPAT PEMAHAMAN YANG BENAR TENTANG SATU AYAT QURAN

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

di tulis oleh al ustadz Abu Utsman Kharisman

Abdullah bin Abbas –radhiyallahu anhuma-, atau yang biasa dikenal dengan Ibnu Abbas, adalah Sahabat Nabi yang sangat tinggi keilmuannya dalam tafsir al-Quran. Beliau telah mendapatkan doa dari Nabi agar Allah memberikan kefaqihan dalam Dien dan ilmu menafsirkan al-Quran.

Apakah setelah mendapat doa dari Nabi itu beliau hanya diam berpangku tangan sambil menunggu ilmu tafsir merasuk langsung dalam kalbunya? Ataukah beliau berjuang menempuh jalan yang seharusnya dalam mempelajari tafsir al-Quran, mendatangi orang-orang berilmu, bertanya dan mengambil ilmu dari mereka langsung?

Banyak kisah-kisah dalam riwayat yang shahih yang menunjukkan perjuangan Ibnu Abbas belajar dari para Sahabat Nabi yang senior. Namun pada tulisan kali ini akan dikupas satu saja potongan kisah tersebut yang cukup menakjubkan.

Ibnu Abbas pernah sangat ingin mengetahui kandungan makna satu ayat al-Quran. Ayat dalam surat atTahrim tentang 2 orang istri Nabi yang disinggung dalam ayat tersebut. Siapakah 2 istri Nabi tersebut?

Keingintahuan yang kuat itu mendorongnya untuk mencari siapa Sahabat Nabi yang paling mengetahui tentang hal itu. Beliau paham bahwa Umar bin al-Khoththob lah orang yang paling mengetahui hal itu. Namun, adab yang ada pada Ibnu Abbas membuatnya segan untuk bertanya langsung kepada Umar. Beliau benar-benar menunggu masa yang paling tepat untuk bertanya. Sungguh teladan yang mulia dalam hal adab bertanya kepada guru. Memperhatikan kondisi yang tepat dan sesuai untuk bertanya.

Berapa lamakah waktu Ibnu Abbas menunggu masa tersebut? Beliau menunggu selama setahun. Ya, benar, setahun lamanya! Beliau bersabar untuk menunggu waktu paling tepat bertanya kepada Umar bin al-Khoththob tentang kandungan makna satu ayat al-Quran.

Ibnu Abbas menggunakan kesempatan saat berhaji bersama Umar. Beliau mendampingi Umar, hingga saat Umar ada keperluan buang hajat, Ibnu Abbas mempersiapkan air untuk dipakai berwudhu oleh Umar. Pada kesempatan itulah beliau bertanya kepada Umar hingga mendapat penjelasan yang gamblang tentang ayat tersebut.

Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:

مَكَثْتُ سَنَةً أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ عَنْ آيَةٍ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَسْأَلَهُ هَيْبَةً لَهُ حَتَّى خَرَجَ حَاجًّا فَخَرَجْتُ مَعَهُ فَلَمَّا رَجَعْنَا وَكُنَّا بِبَعْضِ الطَّرِيقِ عَدَلَ إِلَى الْأَرَاكِ لِحَاجَةٍ لَهُ قَالَ فَوَقَفْتُ لَهُ حَتَّى فَرَغَ ثُمَّ سِرْتُ مَعَهُ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَنْ اللَّتَانِ تَظَاهَرَتَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَزْوَاجِهِ فَقَالَ تِلْكَ حَفْصَةُ وَعَائِشَةُ قَالَ فَقُلْتُ وَاللَّهِ إِنْ كُنْتُ لَأُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَكَ عَنْ هَذَا مُنْذُ سَنَةٍ فَمَا أَسْتَطِيعُ هَيْبَةً لَكَ قَالَ فَلَا تَفْعَلْ مَا ظَنَنْتَ أَنَّ عِنْدِي مِنْ عِلْمٍ فَاسْأَلْنِي فَإِنْ كَانَ لِي عِلْمٌ خَبَّرْتُكَ بِهِ

Aku berdiam (menunggu) setahun lamanya ingin bertanya kepada Umar bin al-Khoththob tentang satu ayat. Aku tidak mampu bertanya kepada beliau karena segan kepadanya. Hingga suatu saat Umar keluar berhaji aku pun keluar bersamanya. Ketika pulangnya, kami berada di suatu jalan, Umar menyingkir menuju pohon Araak untuk suatu keperluannya. Aku pun berdiri menunggu beliau. Ketika beliau sudah selesai, aku pun berjalan bersama beliau. Aku berkata: Wahai Amirul Mukminin, siapakah 2 orang wanita yang saling bekerjasama untuk melakukan hal yang menyusahkan Nabi shollallahu alaihi wasallam dari kalangan istri beliau (yang disebut dalam al-Quran)? Umar berkata: Itu adalah Hafshah dan Aisyah. Ibnu Abbas berkata: Aku berkata: Demi Allah, aku benar-benar ingin bertanya kepada anda tentang ini sejak setahun lalu. Aku tidak mampu bertanya karena segan pada anda. Umar berkata: Janganlah demikian. Jika engkau menyangka aku memiliki ilmu tentang suatu hal, tanyakanlah kepadaku. Jika aku memiliki ilmu tentang itu, aku akan sampaikan padamu (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas berkata:

لَمْ أَزَلْ حَرِيصًا عَلَى أَنْ أَسْأَلَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ الْمَرْأَتَيْنِ مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّتَيْنِ قَالَ اللَّهُ لَهُمَا { إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا } فَحَجَجْتُ مَعَه فَعَدَلَ وَعَدَلْتُ مَعَهُ بِالْإِدَاوَةِ فَتَبَرَّزَ حَتَّى جَاءَ فَسَكَبْتُ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ الْإِدَاوَةِ فَتَوَضَّأَ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَنْ الْمَرْأَتَانِ مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّتَانِ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمَا { إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا } فَقَالَ وَا عَجَبِي لَكَ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ عَائِشَةُ وَحَفْصَةُ ثُمَّ اسْتَقْبَلَ عُمَرُ الْحَدِيثَ يَسُوقُهُ

Aku terus menerus bersemangat untuk bertanya kepada Umar radhiyallahu anhu tentang 2 orang wanita istri Nabi shollallahu alaihi wasallam yang Allah sebutkan tentang keduanya (yang artinya): “Jika kalian bertaubat kepada Allah, sungguh hati kalian memiliki kecenderungan….”. Aku pun berhaji bersama beliau (Umar), kemudian Umar menyingkir dan aku pun mengikutinya dengan membawa segayung air. Beliau buang hajat. Hingga ketika telah selesai, datang menemuiku, aku pun menuangkan air dari gayung itu untuk beliau berwudhu. Aku berkata: Wahai Amirul Mukminin, siapakah dua orang wanita istri Nabi shollallahu alaihi wasallam yang Allah menyebutkan tentang keduanya (yang artinya): “Jika kalian bertaubat kepada Allah, sungguh hati kalian memiliki kecenderungan….”. Umar berkata: Sungguh menakjubkan aku wahai Ibnu Abbas. Itu adalah Aisyah dan Hafshah. Kemudian Umar menyampaikan hadits…..(H.R al-Bukhari dan Muslim)

*Catatan Tambahan:*

Ayat yang disebutkan dalam surat atTahrim tersebut tidaklah merendahkan kedudukan kedua istri Nabi yang mulia, Aisyah dan Hafshah. Karena mereka berdua telah bertaubat dari kesalahannya. Ayat itu membimbing mereka kepada taubat, dan mereka berdua pun telah taubat. Mereka menjadi teladan dan contoh terbaik bagi para wanita beriman.

Bahkan, Allah Azza Wa Jalla telah menyediakan untuk istri-istri Nabi pahala (balasan kebaikan) yang sangat besar di akhirat, karena mereka memilih Allah, Rasul-Nya, dan kehidupan akhirat. Sebagaimana disebut dalam surat al-Ahzab ayat 29. Ketika turun ayat tersebut (al-Ahzab ayat 28-29), Nabi memberikan pilihan kepada istri-istrinya dimulai dari Aisyah, tanpa pikir panjang dengan kemantapan hati Aisyah memilih Allah, Rasul-Nya dan kehidupan akhirat. Hal itu juga diikuti oleh seluruh istri Nabi yang lain, sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim.