Ditulis Oleh Ustadz (Abu Utsman Kharisman
(Syarh Hadits Ke-19 Arbain anNawawiyyah)
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ: يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ [رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].
Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”
(HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain Tirmidzi: “Hendaklah kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu. Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang semestinya tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa yang semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya kemenangan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan kesulitan”) [
Penjelasan Makna Hadits Secara Umum
Nabi Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah membonceng Ibnu Abbas yang masih kecil dengan memberikan pengajaran-pengajaran. Beliau menyatakan: Aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Ucapan ini, menurut para ulama’ menunjukkan bagusnya cara pengajaran Nabi. Beliau memancing perhatian pendengar untuk fokus pada hal-hal yang akan beliau sampaikan berikutnya. Pendengar juga akan senang hati menyimaknya, karena yang akan disampaikan adalah beberapa poin yang sedikit saja (namun padat maknanya).
Nabi kemudian menyampaikan beberapa halpengajaran tersebut, yaitu:
- Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Artinya, jagalah syariat dan aturan Allah dengan tidak melanggar larangan dan tidak meninggalkan kewajiban, niscaya Allah akan menjaga dirimu, hartamu, dan keluargamu.
- Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu
Artinya, jagalah syariat dan aturan Allah dengan tidak melanggar larangan dan tidak meninggalkan kewajiban, niscaya Allah senantiasa membimbing arah perjalanan hidupmu
- Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah.
- Jika engkau meminta tolong, mintalah tolong hanya kepada Allah.
- Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu manfaat (keuntungan), maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu
- Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu
- Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Artinya, pena yang menuliskan taqdir telah diangkat (tidak menulis lagi) dan lembaran-lembaran yang ditulisnya pada Lauhul Mahfudzh sudah kering, tidak akan lagi tambahan dan pengurangan. Taqdir semua makhluk yang telah Allah tuliskan, dan hanya Allah saja yang tahu, tidak akan pernah berubah sama sekali.
Balasan Sesuai dengan Perbuatan
Hadits ini menunjukkan bahwa balasan yang didapat seseorang sesuai dengan perbuatannya. Barangsiapa yang menjaga (syariat/batasan) Allah, niscaya Allah akan menjaganya. Hal yang semakna dengan ini sangat banyak dijumpai dalam al-Quran maupun hadits, di antaranya:
إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian, dan mengokohkan kaki-kaki kalian (Q.S Muhammad:7)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian (Q.S al-Baqoroh:152)
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ
Dan penuhilah perjanjian denganKu, niscaya Aku penuhi perjanjian dengan kalian (Q.S al-Baqoroh:40)
(faidah yang disarikan dari Jaami’ul Uluum wal Hikaam karya Ibnu Rajab (1/186))
Menjaga Allah, Allah akan Menjaga Kita
Makna ‘menjaga Allah’ dalam hadits di atas adalah menjaga hak-hak Allah, perintah-perintah, dan larangan-laranganNya. Karena Allah sendiri tidak butuh dengan penjagaan siapapun, bahkan Dialah yang Menjaga seluruh makhluk di alam semesta.
Hak Allah yang paling pertama harus dijaga oleh seorang hamba adalah tauhid. Tauhid adalah penentu utama seseorang untuk masuk surga atau neraka. Hal yang pertama dinilai adalah: apakah ia mensekutukan Allah (berbuat syirik) atau tidak, sesuai dengan hadits:
مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ
Barangsiapa yang bertemu dengan Allah tidak mensekutukanNya dengan suatu apapun, maka ia masuk Jannah (surga). Barangsiapa yang bertemu denganNya mensekutukanNya dengan sesuatu, maka ia masuk anNaar (neraka)(H.R Muslim)
Jagalah tauhid, niscaya Allah akan menjaga kita agar tidak terjerumus ke neraka.
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
…Barangsiapa yang mensekutukan Allah, maka Allah haramkan baginya surga, dan tempat tinggalnya adalah neraka…(Q.S al-Maidah:72)
Setelah tauhid, penentu berikutnya adalah sholat. Jika baik sholatnya, maka akan baik seluruh amalannya.
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
Sesungguhnya yang pertama kali dihitung pada amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah sholatnya. Jika baik, maka ia akan beruntung dan berhasil. Jika rusak, maka ia celaka dan merugi. Jika ada kekurangan pada kewajibannya (sholat 5 waktu) Allah Azza Wa Jalla berfirman (kepada Malaikat): Lihatlah, apakah hambaKu ini memiliki (pahala) sholat sunnah, sehingga bisa menyempurnakan pahala sholat wajib. Kemudian diterapkan yang demikian pada amalan yang lain (amalan wajib disempurnakan dengan yang sunnah) (H.R atTirmidzi, anNasaai, Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany).
Jagalah sholat, niscaya Allah akan menjaga kita.
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يكُنْ لَهُ نُورٌ ، وَلاَ بُرْهَان ، وَلاَ نَجَاة وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ ، وَفِرْعَونَ ، وَهَامَانَ ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
Barangsiapa yang menjaganya (sholat) maka ia akan memiliki cahaya, penjelas, dan keselamatan dari anNaar pada hari kiamat. Barangsiapa yang tidak menjaganya, ia tidak akan memiliki cahaya, penjelas, dan keselamatan dan pada hari kiamat akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haaman, dan Ubay bin Kholaf (H.R Ahmad dan dinyatakan oleh Syaikh Bin Baz bahwa sanadnya hasan (Majmu’ Fataawa Ibn Baaz (14/10))
Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjaga kita di dunia dan di akhirat. Jaga larangan-larangan Allah jangan dilanggar, dan jaga perintah-perintahNya jangan ditinggalkan.
Doa Meminta Penjagaan dari Allah pada Seluruh Sisi
Disunnahkan untuk membaca doa pagi petang yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam guna memohon penjagaan dari Allah pada seluruh penjuru:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu ‘afiat (keselamatan dari segala keburukan) di dunia dan di akhirat. Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu pemaafan dan ‘afiat pada agamaku dan kehidupan duniaku, keluarga, dan hartaku. Ya Allah tutuplah aurat-auratku, berikan rasa aman padaku. Ya Allah jagalah aku dari arah depan, belakang, kanan, kiri, dari atas, dan aku berlindung pada keagunganMu agar aku tidak tersambar dari bagian bawahku (H.R Abu Dawud dari Ibnu Umar, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Beberapa Contoh Penjagaan Allah dalam Kehidupan Dunia
Barangsiapa yang menjaga Allah, menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan di masa muda, Allah akan menjaga badannya di masa tua. Abut Thoyyib atThobary yang berusia melewati 100 tahun masih memiliki kekuatan yang luar biasa. Pernah suatu ketika ia melompat dari perahu ke tepi daratan, sehingga orang-orang di sekelilingnya mengkhawatirkan keadaanya yang sudah tua. Tapi beliau mengatakan : Tubuhku ini aku jaga dari kemaksiatan sejak muda, sehingga Allah menjaganya ketika aku sudah tua (Jaami’ul Uluum wal Hikaam (1/186))
Para Ulama’ Allah jaga kekuatan hafalan, pemahaman, dan kefaqihannya di usia yang sudah sangat tua, di saat orang-orang lain seusianya sudah banyak yang lupa bahkan tidak mengenal lagi anak-anak dan orang terdekatnya.
Suwaid bin Ghoflah –salah seorang tabi’i yang pernah mengambil ilmu dari Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali- masih kuat hafalannya dan menjadi imam pada sholat tarawih di bulan Romadhan pada saat usianya sudah 120 tahun (riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’ (4/175)).
Harta kedua anak yatim dijaga Allah melalui perbuatan Nabi Khidhr yang menegakkan dinding rumahnya yang miring, sedangkan di bawah dinding tersebut terdapat simpanan harta mereka (Qur’an surat al-Kahfi ayat 82). Nabi Khidhir menyatakan bahwa ayah kedua anak yatim itu adalah orang yang sholeh. Para Ulama’ menjelaskan bahwa inilah bukti bahwa keshalehan dan ketakwaan dari seseorang menjadi sebab Allah akan menjaga dirinya dan keturunannya.
Jika Engkau Meminta, Mintalah Kepada Allah
Ini adalah pengajaran tauhid dari Nabi. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan hanya kepada Allah.
Serupa dengan bacaan dalam alFatihah yang selalu diulang oleh setiap orang yang sholat pada setiap rokaatnya:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan (Q.S alFatihah:5)
Sebagaimana kita menyembah hanya kepada Allah, maka meminta pertolongan juga hanya kepada Allah.
Apakah kita tidak boleh meminta pertolongan kepada selain Allah? Ya, untuk permintaan pertolongan yang hanya Allah saja yang bisa memenuhinya, maka wajib bagi seseorang untuk meminta pertolongan itu hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain. Seperti : permohonan ampunan, meminta dikaruniai anak, panjang umur, kesembuhan dari penyakit, jodoh, ketentraman hati, keselamatan dunia dan akhirat, hidayah (taufiq), dan semisalnya. Hal-hal semacam ini hanya Allah saja yang bisa memenuhi. Meminta hal-hal semacam itu kepada selain Allah adalah kesyirikan, sebagaimana dijelaskan oleh para Ulama’ dalam kitab-kitab tentang aqidah.
Sedangkan meminta pertolongan untuk sesuatu yang bisa dipenuhi oleh makhluk, karena Allah taqdirkan mereka memiliki kemampuan itu, yang demikian adalah diperbolehkan. Contoh: meminta tolong kepada seseorang untuk membantu mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraan.
وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ
Dan menolong membantu mengangkat seseorang ke atas kendaraannya, atau mengangkatkan barang bawaannya ke atas kendaraan adalah shodaqoh (H.R Muslim)
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan saling tolong menolonglah dalam kebajikan dan taqwa, jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Q.S al-Maaidah:2)
Meski kita meminta pertolongan kepada seseorang yang mampu mengerjakannya, namun kepasrahan dan ketawakkalan hati hanya kepada Allah, karena hanya Dialah saja yang Maha Berkuasa di atas segala sesuatu. Jika tidak Allah kehendaki, maka upaya makhluk apapun, sebesar apapun, tak akan bisa membantu kita mendapatkan yang kita harapkan.
Bahkan, dalam hal-hal yang remeh sekalipun, meski tali sandal putus, seorang muslim hendaknya meminta ganti kepada Allah dalam doanya, dengan berupaya (ikhtiar) sesuai kemampuannya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
Mintalah kepada Allah segala sesuatu, sampai-sampai tali sandal, karena sesuatu yang tidak diberi kemudahan oleh Allah tidaklah berjalan dengan mudah (riwayat Abu Ya’la)
Jika makhluk sering diminta akan marah (karena memiliki banyak kekurangan), sebaliknya Tuhan kita Allah Yang Maha Kaya akan murka jika seseorang hamba tidak meminta kepadaNya.
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah murka kepadanya (H.R atTirmidzi, dihasankan oleh Syaikh al-Albany)
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو اللهَ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا مَأْثَمٌ وَ لاَ قَطِيْعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ يَسْتَجِيْبَ لَهُ دَعْوَتَهُ أَوْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا أَوْ يَدَّخِرَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلَهَا قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِذًا نُكْثِرُ قَالَ : اللهُ أَكْثَرُ
Tidaklah seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturrahmi, kecuali akan diberikan kepadanya salah satu dari 3 hal: bisa jadi Allah akan kabulkan doanya(di dunia), atau Allah palingkan (jauhkan) darinya keburukan yang setara dengan hal yang diminta, atau Allah simpan sebagai perbendaharaan pahala semisalnya di akhirat. Para Sahabat berkata: Wahai Rasulullah, kalau demikian kami akan memperbanyak (doa), Rasul bersabda: Allah lebih banyak lagi (mengabulkan)(H.R atTirmidzi,Ahmad, alHakim, al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany).
Iman terhadap Taqdir
Dalam hadits ini, Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan tentang iman terhadap taqdir yang telah Allah tuliskan. Seharusnya seseorang bergantung dan bertawakkal hanya kepada Allah. Tidak akan ada kebaikan yang bisa sampai pada seseorang kecuali jika telah Allah takdirkan, meski seluruh makhluk berkumpul mengupayakannya. Sebaliknya, tidak akan terjadi musibah, kecelakaan, atau bahaya bagi seseorang jika tidak Allah takdirkan, meski seluruh makhluk berkumpul untuk mengupayakannya.
عَنْ أَبِي حَفْصَةَ قَالَ قَالَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ حَقِيقَةِ الْإِيمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ قَالَ رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي
Dari Abu Hafshah beliau berkata: Ubadah bin as-Shomit radhiyallahu anhu berkata kepada anaknya: Wahai anakku, sesungguhnya engkau tidak akan merasakan hakikat iman sampai engkau mengetahui bahwa apa yang menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa yang terluput darimu tidak akan menimpamu. Saya mendengar Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena. Kemudian Ia berfirman: Tulislah. Pena bertanya: Wahai Tuhanku, apa yang aku tulis. Allah berfirman: Tulislah takdir-takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Wahai anakku aku mendengar Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang meninggal di atas (akidah) selain ini, maka ia bukanlah dariku (pengikutku)(H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany).
Nabi tidak mengajarkan kepada kita untuk bersikap malas, berpangku tangan dan beralasan bahwa takdir telah tertulis. Namun justru beliau mengajarkan kepada kita untuk bersemangat beramal dan berbuat untuk mendapatkan hal-hal yang bermanfaat bagi kita sambil meminta pertolongan kepada Allah. Jika ternyata terjadi hal-hal yang terluput dari kita meski kita telah berusaha, hendaknya mengucapkan : Qoddarallahu wa maa sya-a fa’al (Allah telah mentakdirkan, dan Ia berbuat sesuai dengan kehendakNya). Tidak justru mengatakan: Duh, seandainya saya tidak berbuat begini..niscaya tidak akan begini… Yakinlah bahwa semua sudah ditakdirkan dan apa yang ditakdirkan Allah adalah terbaik bagi kita.
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Bersemangatlah (untuk melakukan) hal-hal yang bermanfaat untukmu dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu jangan mengatakan: Kalau seandainya aku melakukan demikian, niscaya akan terjadi demikian. Akan tetapi ucapkanlah: Allah telah mentakdirkan, dan Ia berbuat sesuai dengan yang dikehendakiNya. Karena ucapan :’kalau seandainya’ akan membuka amalan syaithan (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Kaum muslimin diajarkan bahwa pada setiap kesulitan terdapat kemudahan. Bahkan, pada 1 kesulitan akan terdapat 2 kemudahan.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Q.S al-Insyirah:5-6)
Para Ulama’ menjelaskan bahwa 2 ayat tersebut bukanlah sekedar pengulangan yang berarti penegasan, namun merupakan isyarat bahwa pada 1 kesulitan terdapat 2 kemudahan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Umar bin al-Khotthob yang menulis surat pada Abu Ubaidah Ibnul Jarrah:
مَا يَنْزِلُ بِعَبْدٍ مُؤْمِنٍ مِنْ مَنْزِلِهِ شِدَّةٌ إِلاَّ يَجْعَلُ اللهُ لَهُ بَعْدَهَا فَرْجًا وَ لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
Tidaklah turun suatu kesulitan pada seorang hamba mukmin di tempat tinggalnya kecuali Allah akan buatkan setelahnya jalan keluar dan 1 kesulitan tidak akan bisa mengalahkan 2 kemudahan (diriwayatkan al-Hakim dan menurut adz-Dzahaby shahih berdasarkan syarat Imam Muslim)
Kenalilah Allah di Masa Lapang, Niscaya Allah akan Mengenalimu Di Masa
Di dalam riwayat hadits yang lain, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ
Kenalilah Allah di masa lapang (senang), niscaya Allah akan mengenalimu di masa engkau menghadapi kesulitan (dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jaami’)
Makna hadits tersebut adalah : ingatlah selalu Allah (banyak berdzikir), banyak bersyukur terhadap nikmat-nikmatnya, banyak beribadah, dan banyak berdoa di masa-masa kita mendapatkan kelapangan hidup/ kesenangan, niscaya di saat kita mengalami kesusahan dan kesempitan Allah akan mengenali kita dan menolong kita
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرْ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
Barangsiapa yang senang (ingin) Allah kabulkan doanya di masa kesulitan dan genting, hendaknya memperbanyak doa (ketika) di masa lapang (H.R atTirmidizi, dihasankan oleh Syaikh al-Albany).
Seperti Nabi Yunus yang di masa susah ( dalam perut ikan) berdoa kepada Allah, Allah pun kemudian memberi jalan keluar baginya. Hal itu dikarenakan dulunya saat hidup di daratan (di masa lapang) Nabi Yunus sering melakukan sholat, sehingga Allah selamatkan ia ketika kesulitan, sehingga tidak sampai mati di dalam perut ikan.
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144)
Kalaulah ia tidak termasuk orang yang dulunya banyak bertasbih (sholat), niscaya ia akan tetap tinggal di perutnya (hiu) hingga hari dibangkitkan (Q.S as-Shoffaat:143)