Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Surat Quraisy (surat ke-105 dalam alQuran) ini adalah Makkiyyah, yaitu diturunkan pada periode sebelum hijrah ke Madinah. Para Ulama menjelaskan bahwa surat Quraisy ini berhubungan erat dengan surat al-Fiil. Bahkan sebagian Sahabat Nabi, yaitu Umar bin al-Khottob radhiyallahu anhu dalam sholat Maghrib pada rokaat kedua membaca surat al-Fiil kemudian surat Quraisy.
عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ ، قَالَ : صَلَّى بِنَا عُمَرُ صَلاَةَ الْمَغْرِبِ ، فَقَرَأَ فِي الرَّكْعَةِ الأَولَى بـ : {التِّينِ وَالزَّيْتُونِ} ، وَفِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ : {أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّك بِأَصْحَابِ الْفِيلِ} ، وَ{لإِيلاَفِ قُرَيْشٍ}
Dari ‘Amr bin Maymuun beliau berkata: Umar (bin al-Khottob) sholat Maghrib bersama kami. Pada rokaat pertama beliau membaca surat atTiin waz Zaytuun dan di rokaat kedua beliau membaca Alam taro kayfa fa’ala robbuka bi Ash-haabil Fiil dan Li Iilaafi Quraisy (riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf, shahih berdasarkan syarat al-Bukhari)
✅Ayat Ke-1 Surat Quraisy
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ
Arti Kalimat: untuk (menjaga) kebiasaan bangsa Quraisy
Karena keterkaitan surat Quraisy dengan surat al-Fiil menunjukkan bahwa Allah melindungi Baitullah yang diagungkan bangsa Quraisy dari serangan tentara bergajah itu adalah untuk menjaga keberadaan bangsa Quraisy dan kebiasaannya berdagang di musim dingin dan musim panas (penjelasan az-Zujaaj yang dinukil al-Baghowy dalam Tafsirnya).
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
فَضَّلَ الله قريشا بسبع خصال : فضلهم بأنهم عبدوا الله عشر سنين لا يعبده إلا قرشي ، و فضلهم بأنه نصرهم يوم الفيل و هم مشركون ، وفضلهم بأنه نزلت فيهم سورة من القرآن لم يدخل فيهم غيرهم : لإيلاف قريش ، و فضلهم بأن فيهم النبوة ، و الخلافة ، و الحجابة ، و السقاية
Allah memberikan keutamaan pada Quraisy dengan 7 hal: Allah beri kelebihan mereka bahwa mereka menyembahNya selama 10 tahun (di awal Islam), tidak ada yang menyembahNya kecuali orang Quraisy. Allah beri keutamaan mereka bahwa Dia menolongnya pada hari (serangan pasukan) gajah pada saat mereka musyrik. Allah beri kelebihan kepada mereka bahwa pada mereka diturunkan surat yang tidak dibahas (hal lain) selain tentang mereka, yaitu Li Iilaafi Quraisy. Allah memberi kelebihan mereka bahwa pada mereka terdapat kenabian, kekhalifahan (umum), hijaabah (pemegang kunci Ka’bah), dan siqooyah (pemberian minum Jamaah Haji) (H.R al-Bukhari dalam Tarikh-nya, dihasankan oleh al-Iraqiy dan al-Albaniy)
Quraisy adalah anak-anak keturunan Fihr bin Malik bin anNadhr, menurut pendapat sebagian Ulama, seperti al-Munawiy, Syaikh Muhammad al-Amien asy-Syinqithy dan Syaikh Ibn Utsaimin. Fihr adalah kakek ke-10 Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Sebagian pendapat menyatakan bahwa Quraisy adalah keturunan anNadhr bin Kinaanah, sebagaimana pendapat al-Qurthubiy.
Pendapat yang menyatakan bahwa Quraisy adalah Fihr berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhu:
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لَمَّا نَزَلَتْ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } جَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَادِي يَا بَنِي فِهْرٍ يَا بَنِي عَدِيٍّ لِبُطُونِ قُرَيْشٍ وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ لَمَّا نَزَلَتْ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ
Dan berkata Ibnu Abbas: Ketika turun firman Allah : << dan berikan peringatan kepada saudara karib kerabatmu >> Nabi shollallahu alaihi wasallam berseru: Wahai Bani Fihr wahai Bani Adi yang merupakan keturunan Quraisy. Dan Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- berkata: Ketika turun turun firman Allah : << dan berikan peringatan kepada saudara karib kerabatmu >> Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Wahai sekalian bangsa Quraisy (H.R al-Bukhari)
Sedangkan pendapat yang menyatakan bahwa bangsa Quraisy adalah keturunan an-Nadhr bin Kinaanah berdasarkan hadits:
عَنِ الْأَشْعَثِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَفْدٍ لَا يَرَوْنَ إِلَّا أَنِّي أَفْضَلُهُمْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَزْعُمُ أَنَّكُمْ مِنَّا قَالَ نَحْنُ بَنُو النَّضْرِ بْنُ كِنَانَةَ لَا نَقْفُو أُمَّنَا وَلَا نَنْتَفِي مِنْ أَبِينَا قَالَ فَكَانَ الْأَشْعَثُ يَقُولُ لَا أُوتَى بِرَجُلٍ نَفَى قُرَيْشًا مِنْ النَّضْرِ بْنِ كِنَانَةَ إِلَّا جَلَدْتُهُ الْحَدَّ
Dari al-Asy-‘ats bin Qoys radhiyallahu anhu beliau berkata: Saya mendatangi Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dalam sebuah (rombongan) utusan. Mereka tidak melihat kecuali bahwa saya adalah yang paling utama di antara mereka. Saya kemudian berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami menyangka bahwa anda sekalian termasuk (kabilah) kami. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Kami adalah Bani (keturunan) anNadhr bin Kinaanah. Kami tidak mencela ibu kami dan kami tidak menafikan dari ayah kami. Al-Asy-ats berkata: Tidaklah didatangkan kepadaku seseorang yang menafikan Quraisy termasuk dari anNadhr bin Kinaanah kecuali aku akan mencambuknya sebagai had (hukuman kedustaan) (H.R Ahmad, Ibnu Majah, dihasankan Syaikh al-Albaniy).
Nama berikut garis keturunan Nabi kita adalah: Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththolib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Lu-ay bin Gholib bin Fihr bin Malik bin anNadhr bin Kinaanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nazzaar bin Ma’d bin ‘Adnaan.
Kabilah Quraisy adalah kabilah pilihan dari keturunan Kinaanah (yang merupakan keturunan Ismail), sebagaimana sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
Sesungguhnya Allah telah memilih Kinaanah dari keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari Kinaanah, dan Dia memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari (keturunan) Bani Hasyim (H.R Muslim dari Watsilah bin al-Asqoo’)
✅Ayat Ke-2 Surat Quraisy
إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
Arti Kalimat: Kebiasaan mereka melakukan perjalanan di musim dingin dan musim panas.
Kebiasaan bangsa Quraisy melakukan perjalanan di musim dingin ke Yaman, dan musim panas ke Syam. Daerah Syam saat ini adalah beberapa negara seperti Yordania, Syria, Libanon, Palestina.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala ingatkan nikmatNya bagi bangsa Quraisy: bahwa mereka mudah melakukan perjalanan yang menjadi kebiasaan mereka dalam berdagang atau tujuan lain saat musim dingin dan musim panas, tidak ada yang berani mengganggu mereka di perjalanan karena mereka dimulyakan sebagai penduduk Negeri Haram (Makkah). Mereka mendapat keamanan dalam perjalanan.
Sedangkan saat mereka berada di tempat tinggal mereka, Allah juga berikan keamanan bagi mereka saat penduduk di negeri lain mengalami ketidakamanan:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ
Tidakkah mereka melihat bahwa Kami menjadikan tanah Haram (Makkah) aman, saat manusia di sekeliling mereka (di luar Makkah) disergap (untuk disakiti atau dibunuh)? (Q.S al-Ankabut ayat 67) (Faidah dari Tafsir Ibn Katsir)
✅Ayat Ke-3 Surat Quraisy
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ
Arti Kalimat: Maka hendaknya mereka menyembah (mentauhidkan) Rabb (Pemilik) Rumah ini (Ka’bah)
Sebagai bentuk syukur itu seharusnya mereka beribadah hanya kepada Allah Sang Pemilik Rumah (Ka’bah) yang mereka agungkan. Orang-orang musyrikin Quraisy itu sudah menyembah Allah, namun mereka tidak mentauhidkan Allah dalam peribadatannya. Mereka beribadah kepada Allah, tapi mereka juga menyembah berhala-berhala seperti al-Laatta, Uzza, Manaat, tujuannya untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Makna: Falya’buduu dalam ayat ini bukanlah sekedar beribadah kepada Allah, tapi harus mentauhidkan Allah dalam ibadah itu. Allah tidak diserikatkan dalam ibadah tersebut.
Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:
كُلُّ عِبَادَةٍ فِي الْقُرْآنِ فَهُوَ التَّوْحِيْدُ
Semua penyebutan ibadah dalam al-Quran maknanya adalah tauhid (dinukil dalam Tafsir al-Qurthuby (18/193)).
Dalam Tafsir al-Baghowy, dinukil ucapan Ibnu Abbas:
كُلُّ مَا وَرَدَ فِي الْقُرْآنِ مِنَ الْعِبَادَةِ فَمَعْنَاهَا التَّوْحِيْدُ
Semua penyebutan dalam al-Qur’an tentang ibadah, maknanya adalah Tauhid (Tafsir al-Baghowy (1/71).
Artinya, jika dalam al-Quran terdapat perintah untuk beribadah kepada Allah, maksudnya adalah tauhidkan Allah atau sembahlah (beribadahlah) hanya kepada Allah.
Kaum Quraisy pada saat itu juga beribadah kepada Allah, namun mereka tidak mentauhidkan Allah dalam ibadahnya. Mereka beribadah kepada Allah, namun juga beribadah kepada selain Allah. Maka Allah perintahkan dalam ayat ini agar mereka beribadah hanya kepada Allah sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Kaum Quraisy masih menjalankan beberapa ibadah yang diajarkan Nabi Ibrahim alaihissalam, namun mereka menambahkan dan mengubahnya. Kaum Quraisy berhaji dan bertalbiyah, namun talbiyah mereka mengandung kesyirikan.
Bentuk talbiyah mereka adalah :
لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ إِلَّا شَرِيكًا هُوَ لَكَ تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ
Kami datang memenuhi panggilanmu (Ya Allah). Tidak ada sekutu bagiMu kecuali sekutu yang Engkau miliki. Engkau memiliki sekutu itu sedangkan sekutu itu tidak memilikimu (hadits Ibnu Abbas riwayat Muslim)
Jadi orang-orang musyrikin itu juga beribadah kepada Allah. Mereka berhaji, mereka bershodaqoh, memerdekakan budak, dan menyambung silaturrahmi, berpuasa, bernadzar dan beri’tikaf. Berikut ini adalah dalil-dalil yang menunjukkan hal itu.
Kaum musyrikin Quraisy berhaji dan Thowaf di Baitullah :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ الْمُشْرِكُونَ يَقُولُونَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ قَالَ فَيَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيْلَكُمْ قَدْ قَدْ فَيَقُولُونَ إِلَّا شَرِيكًا هُوَ لَكَ تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ يَقُولُونَ هَذَا وَهُمْ يَطُوفُونَ بِالْبَيْتِ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma beliau berkata: Kaum musyrikin dulu berkata: Labbaik Laa syariika laka. (Sampai di sini) Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Celaka kalian, cukupkan sampai di situ (ucapan talbiyahnya). Tapi mereka melanjutkan: Illaa syariikan huwa laka tamlikuhu wa maa malak (kecuali sekutu yang Engkau miliki. Engkau memiliki sekutu itu sedangkan sekutu itu tidak memilikimu). Mereka mengucapkan ini pada saat mereka thawaf di Baitullah (H.R Muslim)
Kaum musyrikin di masa Jahiliyyah juga bershodaqoh:
عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ أَشْيَاءَ كُنْتُ أَتَحَنَّثُ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ مِنْ صَدَقَةٍ أَوْ عَتَاقَةٍ وَصِلَةِ رَحِمٍ فَهَلْ فِيهَا مِنْ أَجْرٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْلَمْتَ عَلَى مَا سَلَفَ مِنْ خَيْرٍ
Dari Hakiim bin Hizaam radhiyallahu anhu beliau berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah bagaimana menurut anda hal-hal yang aku lakukan di masa Jahiliyyah berupa shodaqoh, memerdekakan budak, dan menyambung silaturrahmi. Apakah aku mendapatkan pahalanya? Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Engkau telah masuk Islam dengan membawa kebaikan sebelumnya (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Kaum musyrikin Quraisy juga berpuasa (Asyuraa’):
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ
Dari Aisyah –radhiyallahu anha- beliau berkata: Hari Asyura’ adalah hari berpuasanya kaum Quraisy di masa Jahiliyyah (H.R al-Bukhari)
Kaum musyrikin Quraisy juga bernadzar serta beri’tikaf di Baitullah:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ عُمَرَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي نَذَرْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ قَالَ أَوْفِ بِنَذْرِكَ
Dari Ibnu Umar bahwa Umar –radhiyallahu anhuma- berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya aku bernadzar di masa Jahiliyyah untuk beri’tikaf semalam di Masjidil Haram. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Penuhilah nadzarmu (H.R al-Bukhari)
Tapi semua ibadah kaum musyrikin itu batal karena mereka tidak mentauhidkan Allah dalam ibadahnya. Seharusnya, mereka persembahkan ibadah itu hanya untuk Allah semata.
✅Ayat Ke-4 Surat Quraisy
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Arti Kalimat: Yang memberi makan mereka dari kelaparan, dan memberikan keamanan pada mereka dari perasaan takut
Allah peringatkan mereka agar beribadah hanya kepada Allah menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Karena Allahlah yang memberikan makanan kepada mereka saat mereka kelaparan, dan Dia pulalah yang menimbulkan perasaan aman dalam hati mereka saat mereka ketakutan.
Di dalam ayat yang lain Allah ingatkan keadaan suatu kaum yang sebelumnya hidup aman dan makmur. Banyak ketenangan dan melimpah makanan. Tapi karena mereka kufur terhadap nikmat Allah itu, Allah pakaikan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan. Salah satu bentuk kekufuran itu adalah mendustakan ajaran Rasul yang diutus Allah kepada mereka :
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
Dan Allah berikan permisalan pada penduduk kampung yang sebelumnya aman tenang, rezeki datang dengan lapang dari segenap tempat. Kemudian mereka kufur terhadap nikmat-nikmat Allah. Kemudian Allah timpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang mereka perbuat. Dan sungguh telah datang kepada mereka Rasul dari mereka, kemudian mereka mendustakannya, maka Allah adzab mereka dalam keadaan mereka dzhalim (Q.S anNahl ayat 112-113) (faidah penjelasan dalam Tafsir Ibn Katsir)
Keamanan dan kemudahan rezeki itu adalah dengan sebab doa Nabi Ibrahim bagi penduduk Makkah sebelumnya:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku meninggalkan keturunanku di lembah yang tidak ada tanaman di sisi RumahMu al-Muharram. Wahai Tuhan kami, agar mereka menegakkan sholat. Jadikanlah hati manusia condong ke mereka. Dan berikanlah rezeki mereka dari buah-buahan agar mereka bersyukur (Q.S Ibrohim ayat 37)
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Dan ketika Ibrahim berkata: Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini sebagai negeri yang aman. Berikan rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan, bagi barangsiapa di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Allah berfirman: Barangsiapa yang kufur, Aku akan beri kenikmatan sebentar (di dunia) kemudian Aku akan paksa ia ke dalam adzab anNaar, dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali (Q.S al-Baqoroh ayat 126)