Adapun Rukun Syahadat “Muhammadur-Rasulullah”, maka ada dua:
1. Mengakui kerasulan Muhammad.
2. Meyakini bahwa Beliau hanya hamba, sebagaimana yang Beliau sabdakan:
“Sesungguhnya saya hanyalah hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Maka Beliau tidak boleh diangkat melebihi derajat ketinggiannya hingga memberikan kepada Beliau suatu sifat yang khusus bagi Allah, misalnya: meyakini Beliau mengetahui yang ghaib, memberi manfaat dan memudharatkan, dapat mengabulkan hajat dan menghilangkan kerusakan.
Allah telah menyebutkan bahwa Beliau sebagai hamba-Nya di tempat-tempat termulia sebagai berikut:
a. Pada penurunan Al-Qur’an
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ
“Maha Suci Allah Yang menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya.” (QS. Al-Furqan: 1)
b. Isra’
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ
“Maha Suci Allah Yang memperjalankan hamba-Nya.” (QS. Al-Isra’: 1)
c. Ketika shalat dan berdoa:
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ
“Dan bahwasanya tatkala berdiri hamba Allah menyeru-Nya.” (QS. Al-Jin: 19)
d. Saat terlindungi dan tercukupi:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
“Bukankah Allah Yang mencukupi hamba-Nya?” (QS. Az-Zumar: 36)
Sungguh Allah telah memuliakan Nabi Muhammad, mengaruniakan baginya nikmat yang banyak dan sifat-sifat yang agung, di mana dengan semua itu Allah mengangkat derajatnya dan meninggikan kedudukannya di antara seluruh makhluk, di antaranya:
a. Beliau disebut beserta para Nabi di dalam wahyu, firman Allah:
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ ۚ وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ ۚ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
“Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan Nabi-nabi sesudahnya. Dan Kami wahyukan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun, Sulaiman, serta Kami telah memberikan kepada dawud kitab Zabur.” (QS. An-Nisaa: 163)
b. Beliau penutup para Nabi:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Tidaklah Muhammad itu bapak salah seorang kalian, melainkan dia adalah penutup para Nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)
c. Beliau muslim pertama:
إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ
“Saya diperintahkan untuk menjadi orang yang pertama berislam.” (QS. Al-An’am: 14)
d. Di antara keagungan derajatnya, orang-orang mukmin mendahulukan Beliau atas diri mereka sendiri, dan istri-istri Nabi menjadi ibu orang-orang beriman:
النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang beriman dari diri mereka sendiri, dan istri-istri beliau adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darahsatu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam kitab Allah.” (QS. Al-Ahzab: 6)
e. Pemberi syafa’at yang diizinkan Allah pada hari mahsyar, Beliau nabi pembawa rahmat, makhluk terbaik, dakwahnya mencakup dua alam (manusia dan jin), pemimpin anak cucu Adam, dan Beliau Nabinya islam.
e. Syarat-syarat Laa ilaaha illallah
Para ulama menyebutkan bahwa kalimat ikhlas atau tauhid mempunyai tujuan syarat dan sebagian menyatakan delapan dan sebagian menyusunnya dalam ucapan:
“Ilmu, yaqin, ikhlas dan kejujuranmu beserta
Cinta, tunduk, dan menerimanya ditambah dengan kedelapannya pengingkaran darimu dengan apa
yang selain Allah berupa berhala yang telah dipertuhankan.”
1. Ilmu
Jika seorang hamba sudah mengetahui bahwa hanya Allah yang patut disembah dan penyembahan kepada selain-Nya merupakan kebatilan serta ia beramal dengan tuntutan kalimat tauhid itu, maka ia telah berilmu akan makna kalimat tauhid. Allah berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
“Ilmuilah bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” (QS. Muhammad: 19)
Allah berfirman:
إِلَّا مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Kecuali yang menyaksikan dengan benar sedang mereka mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf: 86)
Rasulullah bersabda:
“Siapa saja yang mati sedang dia mengilmui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah maka dia akan masuk surga.”
2. Yakin
Wajib bagi orang yang mengikrarkannya untuk meyakini sepenuh hatinya dan meyakini akan kebenaran apa yang dia lafazkan bahwa hanya Allah yang berhak dengan ketuhanan sedangkan ketuhanan selain-Nya adalah batil. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
“Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelummu juga mereka yakin pada hari akhir.” (QS. Al-Baqarah: 4)
Dari abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda:
“Saya bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya saya utusan Allah. Tidaklah seorang hamba menemui Allah membawa kalimat ini tanpa ragu kepadanya kecuali dia pasti masuk surga.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda kepadanya:
“Siapa saja yang kamu temui di belakang dinding ini yang bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dan hatinya yakin pada kalimat ini maka berilah ia berita gembira dengan surga.” (HR. Muslim)
Allah menyifati kaum mukmin:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
“Sesungguhnya hanyalah (termasuk) orang-orang beriman, orang-orang yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya lalu mereka tidak ragu.” (QS. Al-Hujurat: 15)
Artinya: tidak ragu, bahkan mereka yakin dengan sesempurna keyakinan. Adapuun orang yang ragu maka termasuk orang yang munafik, sebagaimana firman Allah:
إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ
“Hanyalah yang meminta izin kepadamu ialah mereka yang tidak beriman pada Allah dan Hari Akhir serta hati mereka ragu lalu mereka berbolak-balik dalam keraguannya.” (QS. At-Taubah: 45)
(Syarah kitab AD-Durus Al-Muhimmah oleh Muhammad bin Ali)