Syaikh MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB AN-NAJDI BUKANLAH KHAWARIJ (bag.1)

Syaikh MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB AN-NAJDI BUKANLAH KHAWARIJ (bag.1)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Di Tulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman

Pendahuluan

Banyak tuduhan yang dialamatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa beliau adalah khawarij orang yang suka mengkafirkan muslim, memberontak kepada penguasa muslim, dan tuduhan keji lainnya.

Berikut ini adalah sedikit tulisan pembelaan terhadap beliau, sebagai bentuk penyampaian amanah ilmiyah, dan untuk membela saudara muslim dari kedzhaliman. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah banyak terdzhalimi dengan tuduhan-tuduhan palsu itu. Sebagian saudara kita kaum muslimin ada yang juga menyebar tuduhan-tuduhan itu tanpa ilmu. Mereka sekedar ikut-ikutan saja. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah melakukan kedzhaliman. Maka penjelasan yang mengklarifikasi kedustaan tuduhan tersebut, semoga terhitung di sisi Allah sebagai bentuk pertolongan kepada sesama saudara muslim.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنْ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ

Dari Anas (bin Malik) radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Tolonglah saudaramu dalam keadaan dia mendzhalimi ataupun terdzhalimi. Seorang laki-laki bertanya: Wahai Rasulullah, saya (bisa) menolongnya jika ia terdzhalimi. Bagaimana jika ia berbuat kedzhaliman, apa yang bisa saya tolong terhadapnya? Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: engkau halangi dia dari kedzhaliman, itu adalah pertolonganmu (H.R al-Bukhari)

InsyaAllah pada tulisan di bawah ini, akan ditunjukkan sedikit bukti-bukti yang membedakan secara jelas antara Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan pemikiran khawarij, yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip yang beliau pegang teguh dan ajarkan sangat bertolak belakang dengan pemikiran Khawarij. Akan disebutkan kutipan-kutipan pernyataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam karya-karya (tulisan) beliau.

Berbeda dengan Khawarij dalam Menyikapi Pelaku Dosa Besar

Salah satu prinsip Khawarij adalah menganggap kafir seorang muslim yang melakukan dosa besar. Sedangkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidaklah demikian. Beliau tidaklah mengkafirkan orang kecuali yang memang kafir. Beliau tidak menyatakan musyrik kepada seseorang kecuali orang itu memang musyrik. Jangan sampai seorang muslim menghindar dari pemikiran Khawarij, namun terjatuh ke dalam pemikiran Murji’ah yang tidak mengkafirkan pihak-pihak yang telah jelas kekafirannya.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidaklah demikian. Beliau bukan Khawarij juga bukan Murji’ah. Beliau tidak gegabah dalam mengkafirkan seseorang yang masih muslim, sebaliknya beliau juga mengikuti dalil-dalil dalam al-Quran dan Sunnah Nabi dalam mengkafirkan perbuatan atau pihak yang dikafirkan. Apa yang dikafirkan oleh al-Quran dan Sunnah Nabi dengan pemahaman para Sahabat Nabi maka beliaupun mengkafirkannya. Apa yang dinyatakan sebagai sebuah kesyirikan dalam dalil al-Quran dan Sunnah Nabi dengan pemahaman para Sahabat Nabi, maka itulah yang beliau nyatakan pula sebagai kesyirikan.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menyatakan:

أن الخوارج يكفرون من زنى أو من سرق أو سفك الدم بل كل كبيرة إذا فعلها المسلم كفر وأما أهل السنة فمذهبهم أن المسلم لا يكفر إلا بالشرك ونحن ما كفرنا الطواغيت وأتباعهم إلا بالشرك

Sesungguhnya Khawarij mengkafirkan orang yang berzina, atau mencuri, atau menumpahkan darah. Bahkan setiap dosa besar jika dilakukan seorang muslim maka ia menjadi kafir (menurut Khawarij). Sedangkan madzhab Ahlussunnah adalah bahwa muslim tidaklah dikafirkan kecuali dengan kesyirikan. Dan kami tidaklah mengkafirkan para Taghut dan pengikut mereka kecuali karena kesyirikan (ar-Rosaa-il asy-Syakhshiyyah (hal 233), Muallafaat asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (1/233))

Berbeda dengan Khawarij dalam Bersikap Mendengar dan Taat kepada Pemimpin Muslim

Khawarij selalu merongrong kewibawaan pemerintah muslim dengan ucapan atau perbuatan. Mereka tidak mau bersikap mendengar dan taat kepada pemerintah muslim meski dalam hal yang ma’ruf (tidak bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya). Padahal Nabi shollallahu alaihi wasallam sangat menekankan kepada kita kaum muslimin agar bersikap mendengar dan taat kepada pemimpin muslim (dalam hal yang ma’ruf) meski pemimpin itu adalah budak dari Habasyah (Ethiopia):

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا

Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah dan bersikap mendengar dan taat meskipun dia adalah budak dari Habasyah (Ethiopia) (H.R Abu Dawud, Ibnu Majah, dan lainnya)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menjadikan prinsip ini, yaitu bersikap mendengar dan taat kepada Waliyyul Amr (pemimpin/ pemerintah) muslim sebagai salah satu dari 6 landasan yang beliau tulis dalam risalah al-Ushulus Sittah:

الأصل الثالث :أن من تمام الاجتماع السمع والطاعة لمن تأمر علينا ولو كان عبداً حبشياً ، فبين الله هذا بياناً شائعاً كافياً بوجوه من أنواع البيان شرعاً وقدراً ، ثم صار هذا الأصل لا يعرف عند أكثر من يدعي العلم فكيف العمل به.

Landasan yang ketiga: Bahwasanya di antara kesempurnaan bersatu (dalam Dien) adalah bersikap mendengar dan taat kepada pemimpin kita meskipun dia adalah budak dari Habasyah (Etiopia). Allah menjelaskan ini dengan penjelasan yang terang dan mencukupi dengan berbagai bentuk penjelasan secara syar’i maupun qodari. Kemudian (yang terjadi justru) landasan ini tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang mengaku berilmu. (Kalau diketahui saja tidak), maka bagaimana mau beramal? (al-Ushuulus Sittah)

Risalah Ushulus Sittah adalah tulisan ringkas tentang 6 landasan yang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab banyak ditentang oleh musuh-musuh dakwahnya, padahal keenam landasan itu sudah sangat jelas dan banyak dalil dalam al-Quran dan as-Sunnah dengan penjelasan yang terang benderang, namun masih banyak pihak yang keliru dalam memahaminya. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menuliskan sikap mendengar dan taat kepada pemimpin muslim dalam hal yang ma’ruf itu sebagai landasan yang ke-3. Hal ini sangat jelas menunjukkan perbedaan beliau dengan pemikiran Khawarij.