MEREKA TIDAK MEMENTINGKAN PENDIDIKAN ANAK-ANAK MEREKA.

MEREKA TIDAK MEMENTINGKAN PENDIDIKAN ANAK-ANAK MEREKA.

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

——————————
Fadhilatus Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh.

Pertanyaan:
Banyak dari kalangan para bapak yang tidak mementingkan pendidikan anak-anak mereka terkhusus dari sisi pendidikan agama, mereka meremehkan dengan alasan letih setelah keras bekerja, apa pendapat Anda bagi orang yang mengaku muslim namun mereka jarang puasa Romadhon atau mengingat sholat?

Jawaban:

 Yang wajib bagi setiap mu’min untuk mementingkan pendidikan anak-anaknya dengan perhatian yang mendalam agar dia mewujudkan perintah Alloh Ta’ala:

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ) [سورة التحريم : 6]

” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [Qs. At-Tahrim: 6].

Hendaknya dia menjalankan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya oleh Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- di dalam sabdanya:

«الرجُلُ راعٍ في أهله، ومسئول عن رعيته»

“Seorang lelaki menjadi pemimpin di keluarganya, dan dipertanggungjawabkan atas kepemimpinannya”.

Maka tidak halal baginya untuk mengabaikan mereka bahkan wajib atasnya untuk memberikan hukuman yang mendidik mereka sesuai dengan kondisi mereka dan sesuai dengan kesalahan mereka, oleh karenanya Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

«مروا أبناءكم بالصلاة لسبع، واضربوهم عليها لعشر».

“Perintahkan anak-anak kalian dengan sholat karena telah berusi 7 tahun, dan pukul lah mereka atasnya karena telah berusia 10 tahun”.

✳ Dan agar diketahui bahwa amanah ini yang dibebankan kepadanya kelak akan diminta pertanggungjawaban tentangnya di hari kiamat, maka persiapkalah jawaban yang benar hingga dia terbebas dari pertanggungjawaban ini, dan nanti akan memetik buah dari amalannya: jika baik maka hasilnya pun baik dan jika jelek maka hasilnya pun jelek, dan terkadang akan dibalas karenanya di dunia sehingga akan diuji dengan anak-anak yang berbuat buruk kepadanya, berbuat durhaka dan tidak memenuhi hak orangtuanya.

Majmu’ Fatawa juz. 12 Hal. 117. (Fatawa tarbiyyatul awlad hal. 21-22)

✏ Alih Bahasa: Muhammad Sholehuddin Abu Abduh.