Menyambut Daurah Masyayikh di Bantul : Nasihat Al Ustadz Syafruddin

Menyambut Daurah Masyayikh di Bantul : Nasihat Al Ustadz Syafruddin

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

NASEHAT ASATIDZAH AHLUS SUNNAH UNTUK SALAFIYYIN

KEBERADAAN ‘ULAMA RABBANI MERUPAKAN NIKMAT ALLAH YANG SANGAT BESAR

nasehat dari : Al-Ustadz Abu ‘Ubaidah Syafruddin (Sorong) hafizhahullah

Ikhwani, rahimani wa rahimakumullah

Dalam rangka untuk memberikan ihtimam terhadap pelaksanaan Daurah Masyaikh, yang sekarang telah terlaksana untuk ke-5 kalinya. Hal ini patut kita syukuri. Dalam sekian Daurah tersebut kita dapati sekian banyak faidah yang sangat indah nan mulia. Tentunya acara-acara seperti ini, daurah, perjumpaan dengan para masyaikh, kita mensyukurinya sebagai nikmat dari Allah Jalla wa ‘Ala. Sebagaimana yang telah Allah beritakan tentang kondisi kaum mukminin tatkala Allah utus di tengah-tengah mereka seorang Rasul. Allah berfirman :

áóÞóÏú

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Sungguh-sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri (manusia), yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka (dari kotoran syirik, penyakit hati), dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-hikmah. Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Ali ‘Imran : 164]

Ini merupakan nikmat Allah Jalla wa ‘Ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman atas diutusnya para rasul.

Maka wajib atas kaum muslimin secara umum, dan khususnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk bersyukur kepada Allah dengan keberadaan dan kunjungan para ‘ulama di tengah-tengah kita, yaitu dengan kita bersama-sama menghadiri dan mengambil hikmah, faidah, ilmu, dan akhlaq, sebagaimana yang Allah beritakan tentang para rasul ketika diutus ke tengah-tengah umat. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam berpesan bahwa para ‘ulama adalah pewaris para nabi, yang berarti tugas dan kedudukan para nabi dalam mengemban tanggungjawab dakwah diwarisi oleh para ‘ulama rabbaniyyun. Mereka bertugas membimbing, mendidik, mengajari umat. Mereka adalah ‘ulama yang benar-benar memiliki bobot keilmuan dan mengamalkan ilmunya. Bukan malah menjadi ‘ulama yang disinyalir dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai para penyeru kepada pintu-pintu neraka.

Di sisi lain, yang menunjukkan perlunya kita mensyukuri keberadaan para ‘ulama di tengah-tengah kita dan membimbing kehidupan kita, adalah sebagaimana gambaran yang Allah beritakan tentang keadaan Bani Israil. Di mana mereka adalah orang-orang yang dibimbing dengan sabar oleh Nabi Musa agar mau mempelajari dan mengamalkan ilmu. Ketika bersama Nabi Musa, mereka Allah selamatkan dari sekian bentuk musibah dan petaka, yang keselamatan tersebut benar-benar tampak dalam masa hidup mereka. Di antaranya, tatkala mereka Allah selamatkan dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya, Allah berfirman :

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَىٰ قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَىٰ أَصْنَامٍ لَّهُمْ ۚ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

“Dan telah Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: “Wahai Musa, buatkanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang tidak mengetahui “. (Al-A’raf : 138)

Para ‘ulama, seperti Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab dalam Kitabut Tauhid dan para ‘ulama lainnya, menyebutkan : bahwa suatu kaum yang dibimbing oleh seorang ‘ulama, di tengah-tengah mereka ada ‘ulama, masih bisa tidak memahami suatu permasalahan (sehingga jatuh dalam kesalahan), maka bagaimana dengan kaum atau seseorang yang jauh dari para ‘ulama, berjalan sendiri jauh dari bimbingan ‘ulama? Yang lebih mengkhawatirkan lagi apabila yang membimbing dan mengarahkan mereka adalah ‘ulama-’ulama su’ .

Perhatikan jawaban Nabi Musa ‘alahis salam : “Sesungguh-nya kalian ini adalah kaum yang tidak mengetahui/jahil (tentang sifat-sifat Allah)” sehingga dalam perkara ini kalian meminta dibuatkan tuhan. Maka Allah beritakan :

إِنَّ هَٰؤُلَاءِ مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Sesungguhnya mereka itu, akan dihancurkan kepercayaan yang mereka anut dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.”[Al-A’raf : 139]

Maka Nabi Musa ‘alahis salam mengingatkan Bani Israil, yang telah diberi nikmat diutusnya beliau kepada mereka,

قَالَ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِيكُمْ إِلَٰهًا وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ

Musa menjawab: “Patutkah selain Allah aku inginkan untuk kalian sebagai ilah (dzat yang kalian ibadahi), padahal Dia-lah (Allah) yang telah melebihkan kalian atas segala umat?”[Al-A’raf : 140]

Ikhwani Barakallahfikum

Jadi suatu yang luar biasa kenikmatan yang Allah berikan berupa keberadaan ‘ulama yang membimbing umat. Sebagaimana tadi disebutkan pada surat Al-A’raf, bahwa kaum yang di tengah-tengah mereka ada seorang nabi, masih tidak menutup kemungkinan jahil dalam suatu perkara sehingga bisa jatuh dalam kesalahan. Namun demikianlah mereka masih terselamatkan dengan keberadaan ‘ulama di tengah-tengah mereka, dalam hal ini adalah para nabi.

Demikian juga, acara daurah ini semoga bisa menjadi sarana ta’liful qulub (menyatukan hati), semakin erat dan bersatunya hati kaum muslimin, dan terjauhkannya penyakit-penyakit yang ada dalam hati berupa kedengkian, hasad, dan lainnya yang menyebabkan terjadinya perpecahan. Lihatlah para ‘ulama, walaupun mereka berselisih dalam suatu permasalahan, tapi Allah berikan keutuhan dalam hubungan mereka. Karena urusannya adalah urusan dakwah, bukan urusan individu, bukan urusan ‘ashabiyyah (fanatik), siapa yang kuat, siapa yang menang, siapa yang banyak pengikut, siapa yang punya harta. Lihatlah sekian banyak saling menolong para ‘ulama satu sama lain, walaupun mereka tidak pernah berjumpa, walaupun mereka tidak sama masa hidupnya.

Acara Daurah Nasional Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Ahlus Sunnah, menghadirkan para masyaikh Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sehingga kita bisa mendapatkan ilmu dari sekian banyak masyaikh, yakni dari para ‘ulama yang hadir.

Inilah beberapa kalimat dari kami, semoga semakin memberikan semangat dan dorongan kepada ikhwah salafiyyin di seluruh penjuru pulau di Indonesia untuk menghadiri Daurah Nasional di Yogyakarta, yang insya Allah segera kita laksanakan dalam waktu dekat. Mudah-mudahan Allah Jalla wa ‘Ala memberikan taufiq kepada kita semua untuk bisa mengambil faidah-faidah ilmiah, yang dengannya akan semakin memperkokoh kekuatan kita dalam berpijak di atas manhaj salaf. Demikian pula semoga memberikan dorongan kepada kita semakin bersemangat lagi untuk menuntut ilmu, mengambil faidah, bukan semata-mata …. yang kita cari, namun adab, akhlaq bahkan itu lebih mulia dan harus kita perhatikan.

Wallahul Muwafiq. Wajazakumullah Khairan

Sorong, 15 Rajab 1430 H

8 Juli 2009 H