“Kami Bukan Anak Gaul, tetapi Tahu Bagaimana Bergaul (Bagian 2)”

“Kami Bukan Anak Gaul, tetapi Tahu Bagaimana Bergaul (Bagian 2)”

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

di tulis oleh  Al-Ustadz Abdullah Al-Jakarty hafidzahulloh

Bagian 2⃣

Alhamdulillah, kami bukan anak gaul yang sebagian besar dari mereka bangga dengan penampilan yang up to date (mengikuti perkembangan zaman), atau merasa memiliki kelebihan karena pergaulan yang luas, mengikuti tren fashion dan musik, dan berbicara berbau keinggris-inggrisan. Sebagian mereka tidak risi ketika bergaul tanpa memerhatikan etiket pergaulan: bagaimana bergaul dengan orang tua, berbicara yang baik, atau bermuamalah/bergaul secara umum dengan cara yang baik. Alhamdulillah, Allah memberi kami taufik untuk berusaha bergaul dengan pergaulan yang baik.

Banyak hal yang penting untuk diperhatikan dalam pergaulan yang baik, yang di antaranya akan disebutkan di bawah ini.

6⃣ Keenam, Mendengarkan Orang yang Berbicara kepada Kita

Di antara bentuk pergaulan baik adalah mendengarkan dengan baik orang yang berbicara kepada kita. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, “Orang yang duduk kepadaku memiliki tiga hak atasku: aku memandangnya apabila menghadapnya, melapangkan tempat baginya apabila dia duduk, dan mendengarkannya apabila dia berbicara.” (‘Uyunul Akhbar 1/307)

7⃣ Ketujuh, Husnuzhzhan (Berbaik Sangka)

Di antara hal yang penting diperhatikan oleh seseorang ketika bermuamalah dan bergaul dengan saudaranya sesama muslim adalah mengedepankan sikap baik sangka. Dengan sikap ini akan tetap terjalin hubungan baik antara dirinya dan orang yang berteman atau bermuamalah dengannya. Sebaliknya, sikap buruk sangka akan merusak hubungannya dengan saudaranya. Lebih dari itu, Allah melarang kita untuk berburuk sangka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu (adalah) dosa.” (al-Hujurat: 12)

8⃣ Kedelapan, Tidak Mudah Marah

Mudah marah adalah perangai jelek yang dapat merusak hubungan antarsaudara atau antarteman dan menjadi sebab seseorang tidak disukai orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak mudah marah dan lapang dada akan disenangi banyak orang. Dalam sebuah hadits, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan,

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي. قَالَ: لَا تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لَا تَغْضَبْ

“Bahwasanya seseorang berkata kepada Nabi, ‘Berilah saya wasiat.’ Beliau berkata, ‘Janganlah engkau marah.’ Orang itu mengulang-ulang perkataannya, tetapi Rasulullah tetap bersabda, ‘Janganlah engkau marah’.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 6116)

9⃣ Kesembilan, Bersyukur kepada Orang yang Berbuat Baik kepada Kita

Ada sebuah hadits yang mengingatkan kita untuk bersyukur kepada orang yang berbuat baik kepada kita. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

لَا يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia.” (HR. Abu Dawud no. 4811, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud no. 4026)

? Kesepuluh, Menepati Janji

Seseorang akan disukai oleh semua orang ketika dalam pergaulannya selalu menepati janjinya. Sebelum itu, Allah telah memerintah kita untuk menepati janji-janji yang kita buat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَوۡفُواْ بِٱلۡعُقُودِۚ

“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji.” (al-Maidah: 1)

Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Ini perintah Allah subhanahu wa ta’ala pada para hamba-Nya yang beriman, dengan sesuatu yang menjadi konsekuensi keimanannya, untuk menepati janji-janji, yaitu menyelesaikan dan menyempurnakannya, tidak membatalkan ataupun menguranginya.” (Taisirul Karimir Rahman)

1⃣1⃣ Kesebelas, Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Ketika seseorang memberi maaf kepada saudaranya, selain akan diberi kemuliaan oleh Allah, dia juga akan disenangi dalam pergaulan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا

“Tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba yang memaafkan orang lain selain kemuliaan.” (HR. Muslim no. 2588)

Dalam hadits di atas terdapat anjuran agar seseorang memaafkan orang lain yang berbuat jelek kepada dirinya dan Allah akan menambah kemuliaannya.

Demikianlah sebagian hal yang penting untuk diperhatikan dalam bermuamalah/bergaul. Semoga Allah memberi kita taufik untuk bergaul dengan pergaulan yang baik yang sesuai dengan bimbingan agama.

? Sumber artikel:
http://qonitah.com/kami-bukan-anak-gaul-tetapi-tahu-bagaimana-bergaul/