You are currently viewing Hukum Memberontak Kepada Penguasa (pendahuluan)

Hukum Memberontak Kepada Penguasa (pendahuluan)

  • Post author:
  • Post category:Aqidah

Dan dari Al Auza’i dari Hasan bin Athiyah dia berkata : “Tidaklah suatu kaum itu berbuat bid’ah kecuali akan Allah angkat satu sunnah yang serupa kemudian tidak akan dikembalikan-Nya sampai hari kiamat.”

Dari Ayub As Sikhtiyani dia berkata : “Tidaklah bertambahnya semangatnya ahli bid’ah itu kecuali akan semakin menjauhkan dia dari Allah dan ahli bid’ah ini dinamakan Khawarij.” Dan dia berkata : “Sesungguhnya Khawarij itu model-bentuknya berbeda-beda akan tetapi mereka sama-sama dalam mengangkat senjata (terhadap penguasa Muslim, red.).” (Al I’tisham karya As Syathibi 1-83)

Sambutan Dari Syaikh Abdullah Bin Shaleh Al Ubailan
Sesungguhnya segala pujian yang sempurna hanyalah milik Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya serta memohon ampun kepada-Nya dan kita berlindung kepada-Nya dari segala kejelekan-kejelekan jiwa kita dan dari kejelekan-kejelekan amalan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa menunjukinya.
Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq disembah selain Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya.

Adapun sesudah itu, sungguh saya telah membaca Kitab karya saudaraku yang mulia, As Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslaan yang semoga Allah memberinya taufiq dengan segenap kebaikan, pada permasalahan seputar Bai’at dan Imamah. Saya berpendapat beliau telah melakukannya dengan baik, perkataannya benar dan tepat dalam permasalahan yang sangat penting ini. Hal ini adalah termasuk pokok agama dan tidak ada ikhtilaf dikalangan para imam dalam permasalahan ini.
Berkata Imam Al Ajurri Rahimahullau Ta’ala dalam Kitab As Syarii’ah hal 21 : “Ulama tidak pernah berselisih, baik dahulu maupun sekarang bahwa kaum Khawarij adalah kaum yang jelek, mereka bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Walaupun mereka berpuasa dan shalat dan sangat bersemangat dalam beribadah akan tetapi itu semua tidak bermanfaat bagi mereka. Walaupun mereka melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar tetapi hal ini tidak bermanfaat bagi mereka karena mereka adalah kaum yang menafsirkan Al Qur’an menurut hawa nafsunya dan mereka menipu kaum Muslimin. Sungguh Allah dan Rasul-Nya telah memperingatkan kita dari kejelekan mereka, demikian pula para Khalifah Ar Rasyidiin dan juga para shahabat serta para pengikut mereka Rahmatullahi ‘Alaihim.”

Dan berkata beliau (Imam Al Ajurri) pada halaman 28 : “Hendaklah seorang itu jangan tertipu kalau melihat semangatnya mereka (kaum Khawarij) yang telah memberontak imam yang adil ataupun dzolim kemudian mereka mengumpulkan manusia dan mengangkat senjata dan menghalalkan darah kaum Muslimin. Maka janganlah tertipu dengan bacaan Al Qur’an mereka, dengan panjangnya sholat mereka, dengan kuatnya puasa mereka, dengan fasihnya retorika mereka jika madzhabnya adalah madzhab Khawarij.” Kemudian beliau membawakan hadits yang meriwayatkan tentang kesesatan Khawarij.

Berkata lagi beliau dalam halaman 37 : “Dan sungguh aku telah memperingatkan dari bahaya madzhab Khawarij ini dengan penjelasan yang jelas bagi orang yang dijaga oleh Allah ‘Azza wa Jalla Al Karim dan tidak berpendapat seperti mereka serta bersabar atas kedzaliman dan kejahatan penguasa, tidak keluar memberontak mereka dengan mengangkat senjata. Meminta kepada Allah agar menghilangkan kedzaliman dari pemimpinnya dan dari seluruh kaum Muslimin, mendoakan kebaikan bagi penguasa, berhaji bersama penguasa, berjihad bersama mereka melawan setiap musuh, shalat Jumat dan ‘Ied di belakang mereka. Jika penguasa memerintahkan untuk taat dan punya kemampuan untuk mentaatinya maka ia pun mentaati mereka, jika tidak mampu maka ia pun minta udzur kepada penguasanya. Jika memerintahnya dengan kemaksiatan ia tidak mentaatinya. Jika terjadi fitnah di antara penguasa ia tetap berada di rumah dan menjaga lisan dan tangannya, tidak terjerumus dalam fitnah yang menimpa mereka serta tidak membantu siapapun dalam fitnah ini. Barangsiapa yang sifatnya seperti ini maka dia di atas jalan kebenaran yang lurus, Insya Allah.”

Berkata Imam As Syaukani Rahimahullahu Ta’ala dalam Kitab Sailul Jaraar jilid 4 halaman 556 : “Akan tetapi mereka yang melihat kesalahan-­kesalahan penguasa dalam beberapa masalah hendaklah dia menasihatinya dan janganlah menampakkan cacian kepadanya dihadapan banyak orang akan tetapi lakukanlah seperti yang dijelaskan dalam hadits yaitu menasihatinya dengan mengambil tangannya dan menyendiri kemudian mencurahkan nasihat kepadanya serta tidak menghinakan penguasa Allah. Dan kami telah menerangkan di awal kitab bahwasanya tidak diperbolehkan memberontak penguasa walaupun mereka pada puncak kedzaliman selama mereka masih shalat dan tidak terang pada mereka kekufuran. Hadits-­hadits yang berkaitan dengan hal ini mutawatir. Wajib bagi makmum untuk mentaati imamnya dalam perkara ketaatan pada Allah. Dan tidak mentaatinya dalam maksiat kepada Allah karena tidaklah ada ketaatan kepada makhluk dalam perkara kemaksiatan kepada Khaliq.

Berkata Ibnul Qayyim dalam Miftah Daari As Sa’aadah jilid 1 halaman 72 : “Perkataanya:
‘Dan menasihati penguasa Muslimin.’
Ini juga menunjukkan tidak adanya kedengkian dan kebencian karena nasihat itu tidak akan berkumpul dengan kedengkian karena dua hal ini saling bertentangan. Maka barangsiapa yang telah menasihati penguasa, sungguh dia telah berlepas diri dari kedengkian. Perkataannya :
‘Dan berpegang teguh dengan jamaah mereka.’
Hal ini adalah perkara yang membersihkan hati dari kedengkian dan kebencian karena orang yang berpegang dengan jamaah Muslimin tersebut akan mencintai mereka sebagaimana mereka mencintai dirinya dan benci dengan apa-apa yang mereka benci dan senang dengan apa-apa yang menyenangkan mereka.
Berbeda dengan orang yang menyempal dari mereka dan sibuk mencela mereka serta mencari aib-aib mereka seperti perbuatan kaum Rafidlah, Khawarij, Mu’tazilah dan lainnya yang mana tidaklah mereka berbicara kecuali dengan kedengkian dan kebencian. Oleh karena itu kalian dapati Rafidlah adalah orang yang paling jauh dari keikhlasan dan paling benci kepada penguasa beserta umatnya dan paling jauh dari Jamaatul Muslimin.” Selesai dari Imam Asy Syaukani.

Berkata Saikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah pada Risalah-nya (Al Ushuulus Sittah) : “Pokok yang ketiga adalah bahwasanya termasuk dari sempurnanya persatuan adalah mendengar dan taat kepada penguasa kita walaupun ia adalah seorang bekas budak Habasyi (Ethiopia, pent.). Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah menerangkan hal ini dengan penjelasan yang terang dan jelas dari segala sisinya. Akan tetapi pokok ini tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang mengaku berilmu. Bagaimana bisa mereka beramal?” Selesai ucapan beliau dari Kitab Al Jaami’ul Faarid min Kutubin wa Rasaa’ili li A’immatid Da’wati Al Islaamiyah.

Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku dan kembalikanlah mereka ke jalan-Mu yang lurus dan kembalikan mereka kepada jalan kekasih-Mu Al Musthafa Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Yang mana Engkau telah berkata kepadanya :
Katakanlah : “Inilah jalanKu, aku menyeru kepada Allah di atas bashirah, aku dan orang-orang yang mengikutiku juga demikian. Maha Suci Allah dan aku bukanlah termasuk orang musyrik.” (QS. Yusuf : 108)

Dan Engkau telah berkata kepadanya :
“Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutlah ia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan selainnya karena akan memecah-belah kalian dari jalan Allah. Demikianlah aku wasiatkan kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al An’am : 157)

Yang fakir kepada ampunan Rabbnya, Syaikh Abdullah bin Shalih Al ‘Ubailan.

(Dikutip dari buku terjemah berjudul Hukum Memberontak Kepada Penguasa Muslim Menurut Akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, judul asli Aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah fil Bai’ah wal Imamah, penulis Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslan, Penerjemah: Al Ustadz Abdurrahman Mubarak Ata. Ma’had Riyadlul Jannah: Kp. Cikalagan RT 10/02 Telp. (021) 82495739 Cileungsi-Bogor-Indonesia)