Syaikh Ali Hasan ditanya:
Apakah Hasan Al-Banna adalah mubtadi'(ahli bid’ah)?
Jawaban:
Hasan Al-Banna rahimahullah telah menyebutkan dalam kitabnya Al-Mudzakkarat bahwa dia menganut tasawwuf di atas aliran “Hashafiyyah” dan menyebutkan juga dalam buku yang sama bahwa dia menerima aqidah Asy-‘Ariyyah.
Dan dalam Majmu’ur Rasail dalam risalah Al-Aqaid diterangkan bahwa aqidahnya adalah aqidah tafwidl. Yang aqidah ini telah diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwa aqidah tafwidl lebih jelek daripada aqidah ta’wil.
Dan dalam risalah Aqaid juga dia menukil dari Abu Hamid Al-Ghazali, Ibnul Jauzi dalam menolak (…ada beberapa kata yang tidak jelas bagi kami-red) dan dari Fakhrurrazi. Tidak ada dalam kitab tersebut nukilan dari Imam Ahmad, Sufyan bin ‘Uyainah, Hammad bin Salamah dan Ibnu Taimiyyah serta Ibnul Qayyim, dan seorangpun dari mereka.
Dan Hasan Al-Banna menyebutkan bahwa jalan dakwahnya adalah tariqah sunniyah, hakikat sufiyyah, gerakan politik, persatuan olah raga dan dakwah Salafiyyah. Maka barang siapa yang begini keadaannya, apa yang lebih pantas untuknya? Dan apa yang mesti diucapkan untuk menghukuminya?
(“Tanya Jawab dengan Syaikh Ali Hasan hafidhahullah di Yogyakarta” Buletin Al-Manhaj Edisi 7/1419 H/1999M, terbitan Lajnah Khidmatus Sunnah wa Muhaarabatul Bid’ah. Lajnah di PP Ihya’us Sunnah Degolan, Jogjakarta, yang sebelumnya diasuh ustadz Abdul Mu’thi Al Maidani dan rekan. Kini PP Ihya’us Sunnah th 2004 dipegang oleh Ja’far Umar Tholib seorang sufi pengikut Arifin Ilham.)