Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
Definisi Tafsir
التفسير لغة : من الفسر ، وهو : الكشف عن المغطى
Tafsir secara bahasa berasal dari kata : “al-fasr” yaitu : menyingkap sesuatu yang tertutup
وفي الاصطلاح . بيان معاني القرآن الكريم
Secara istilah: penjelasan makna-makna al-Quran (Ushul fit Tafsir karya Syaikh Ibn Utsaimin hal 23)
Hukum Mempelajari Tafsir al-Quran
وتعلم التفسير واجب
Mempelajari Tafsir adalah wajib
Dalil I:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu yang diberkahi agar mereka mentadabburi ayat-ayatNya dan agar orang yang berakal menjadikannya sebagai peringatan (Q.S Shaad ayat 29)
<< Ushul fit Tafsir halaman 23)
Dalil II Kewajiban Mempelajari Tafsir al-Quran
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Tidakkah mereka mentadabburi al-Quran? Ataukah hati mereka terkunci? (Q.S Muhammad ayat 24)
Sisi Pendalilan Surat Shaad ayat 29
وجه الدلالة من الآية الأولى أن الله تعالى بين أن الحكمة من إنزال هذا القرآن المبارك ؛ أن يتدبر الناس آياته ، ويتعظوا بما فيها . والتدبر هو التأمل في الألفاظ للوصول إلى معانيها ، فإذا لم يكن ذلك ، فاتت الحكمة من إنزال القرآن ، وصار مجرد ألفاظ لا تأثير لها . ولأنه لا يمكن الاتعاظ بما في القرآن بدون فهم معانيه
Sisi pendalilan ayat pertama adalah bahwasanya Allah Ta’ala menjelaskan hikmah diturunkannya al-Quran yang berkah ini. Yaitu agar manusia mentadabburi ayat-ayatNya dan mengambil nasihat dari isi al-Quran. Tadabbur adalah memperhatikan lafadz-lafadz (alQuran) agar bisa sampai pada maknanya. Jika tidak demikian (tidak ada tadabbur), terlewatkanlah hikmah dari diturunkannya al-Quran. Al-Quran menjadi sekedar lafadz yang tidak memberi pengaruh. Karena tidak mungkin bisa mengambil nasihat dari kandungan al-Quran tanpa memahami maknanya (Ushul fit Tafsir halaman 23)
Sisi Pendalilan Surat Muhammad ayat 24
ووجه الدلالة من الآية الثانية أن الله تعالى وبخ أولئك الذين لا يتدبرون القرآن ، وأشار إلى أن ذلك من الإقفال على قلوبهم ، وعدم وصول الخير إليها . وكان سلف الأمة على تلك الطريقة الواجبة ، يتعلمون القرآن ألفاظه ومعانيه ؛ لأنهم بذلك يتمكنون من العمل بالقرآن على مراد الله به فإن العمل بما لا يعرف معناه غير ممكن
Sisi pendalilan ayat kedua adalah bahwasanya Allah Ta’ala mencela orang-orang yang tidak mentadabburi al-Quran. Allah mengisyaratkan bahwa hal itu termasuk terkuncinya hati mereka, dan tidak bisa masuknya kebaikan ke dalamnya. Pendahulu umat ini (Salaf) berada di atas jalan yang wajib ini. Mereka mempelajari al-Quran baik lafadz maupun maknanya. Karena dengan itulah mereka bisa mengamalkan alQuran sesuai keinginan Allah. Karena mengamalkan sesuatu yang tidak diketahui maknanya adalah suatu yang hal tidak mungkin (Ushul fit Tafsir halaman 23)
Rincian Kewajiban Mempelajari Tafsir
Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah menyatakan:
“Apakah (kewajiban mempelajari tafsir adalah kewajiban untuk masing-masing individu (fardhu ain) atau kifayah? Kita katakan: Untuk sesuatu yang harus diketahui, itu adalah kewajiban masing-masing individu. Wajib bagi setiap manusia mengetahui apa yang diperintahkan dalam al-Quranul Karim. Misalkan, (firman Allah, artinya):”Tegakkanlah sholat (Q.S al-An’aam ayat 72)”.Wajib mengetahui tata cara menegakkan sholat. Demikian juga (firman Allah, yang artinya): “tunaikanlah zakat”(Q.S al-Baqoroh ayat 43). Wajib untuk mengetahui bagaimana berzakat jika ia memiliki harta. (Firman Allah, yang artinya): “Berhaji ke Baitullah bagi yang mampu melaksanakan perjalanan ke sana”(Q.S Ali Imran ayat 97). Wajib mengetahui bagaimana berhaji jika ia mampu. Demikian seterusnya. Sedangkan yang lebih dari itu, (hukumnya) adalah fardlu kifayah. Wajib bagi kaum muslimin secara umum untuk menegakkannya. Jika ada seorang yang sudah menegakkan, hal itu sudah mencukupi. Agar ia menjadi orang terpercaya dan rujukan bagi kaum muslimin dalam hal tafsir….(syarh Ushul fit Tafsir halaman 179)
Ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ttg Kewajiban Mengetahui Makna Ayat al-Quran
فَإِنْ قِيلَ : أَفَلَا يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ مَعْرِفَةُ مَعْنَى كُلِّ آيَةٍ ؟ قِيلَ : نَعَمْ لَكِنَّ مَعْرِفَةَ مَعَانِي الْجَمِيعِ فَرْضٌ عَلَى الْكِفَايَةِ وَعَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ مَعْرِفَةُ مَا لَا بُدَّ مِنْهُ وَهَؤُلَاءِ ذَمَّهُمْ اللَّهُ لِأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ مَعَانِيَ الْكِتَابِ إلَّا تِلَاوَةً وَلَيْسَ عِنْدَهُمْ إلَّا الظَّنُّ وَهَذَا يُشْبِهُ قَوْلَهُ : { وَإِنَّهُمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ }
Jika dikatakan: Tidakkah wajib bagi setiap muslim mengetahui makna setiap ayat? Ya, tapi mengetahui makna keseluruhan adalah fardlu kifayah. Setiap muslim wajib mengetahui ilmu yang harus mereka ketahui. (Suatu kaum) dicela oleh Allah karena mereka tidak mengetahui makna al-Kitab kecuali hanya bacaannya saja. Tidak ada ilmu pada mereka kecuali persangkaan saja. Ini mirip dengan firman Allah (yang artinya):” Sesungguhnya mereka benar-benar dalam keraguan terhadapnya” (Q.S Huud ayat 110) << Majmu’ Fataawa (17/440) >>
Sikap Para Sahabat Nabi
وقال أبو عبد الرحمن السلمي : حدثنا الذي كانوا يقرئوننا القرآن كعثمان بن عفان وعبد الله بن مسعود وغيرهما ، أنهم كانوا إذا تعلموا من النبي صلى الله عليه وسلم عشر آيات ، لم يجاوزوها ، حتى يتعلموا ما فيها من العلم والعمل ، قالوا : فتعلمنا القرآن والعلم والعمل جميعا
Dan Abu Abdirrahman as-Sulami berkata: telah menceritakan kepada kami orang-orang yang mengajari kami bacaan al-Quran, seperti Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud dan selain keduanya, bahwasanya jika mereka mempelajari dari Nabi shollallahu alaihi wasallam 10 ayat, mereka tidak melampauinya hingga mempelajari ilmu dan amal di dalamnya. Mereka berkata: Maka kami mempelajari al-Quran dengan mengambil ilmu dan mengamalkannya secara sekaligus (Ushul fit Tafsir halaman 23-24)
Ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
قال الشيخ الإسلام ابن تيميه : فَالْعَادَةُ تَمْنَعُ أَنْ يَقْرَأَ قَوْمٌ كِتَابًا فِي فَنٍّ مِنْ الْعِلْمِ كَالطِّبِّ وَالْحِسَابِ وَلَا يستشرحوه فَكَيْفَ بِكَلَامِ اللَّهِ الَّذِي هُوَ عِصْمَتُهُمْ وَبِهِ نَجَاتُهُمْ وَسَعَادَتُهُمْ وَقِيَامُ دِينِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Secara kebiasaan, suatu kaum yang membaca suatu kitab dalam bidang ilmu tertentu seperti kedokteran dan matematika, tidak mungkin mereka tidak mencari penjelasan (maknanya). Lalu bagaimana dengan Kalam Allah Ta’ala yang itu adalah sandaran utama mereka, yang menentukan keselamatan, kebahagiaan, tegaknya Dien dan kehidupan dunia mereka?! (Tentu jauh lebih perlu untuk memahami maknanya, pent) (Ushul fit Tafsir halaman 24)
Kewajiban Ulama
وَيَجِبُ عَلَى أَهْلِ الْعِلْمِ ، أَنْ يُبَيِّنُوْهُ لِلنَّاسِ عَنْ طَرِيْقِ الْكِتَابَةِ أَوْ الْمُشَافَهَةِ
Dan wajib bagi para Ulama untuk menjelaskan (makna al-Quran) kepada manusia melalui tulisan ataupun lisan (ceramah)
…وَتَبْيِيْنُ الْكِتَابِ لِلنَّاِس شَاِملٌ لِتَبْيِيْنِ أَلْفَاظِهِ وَمَعَانِيْهِ ، فَيَكُوْنُ تَفْسِيْر اْلقُرْآنِ ، مِمَّا أَخَذَ اللهُ الْعَهْدَ عَلَى أَهْلِ اْلِعلْمِ بِبَيَانِهِ
…Menjelaskan al-Quran kepada manusia mencakup menjelaskan lafadz dan maknanya, yang merupakan tafsir al-Quran. Allah telah mengambil perjanjian dengan para Ulama untuk menjelaskan hal itu
<< Ushul fit Tafsir halaman 24 >>
Dalil Kewajiban Ulama Menjelaskan al-Quran
وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُۥ لِلنَّاسِ
وَلَا تَكۡتُمُونَهُۥ
Dan ketika Allah mengambil perjanjian dengan orang-orang yang diberikan kepada mereka al-Kitab agar mereka benar-benar menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya… (Q.S Ali Imran ayat 187)
Tujuan Mempelajari Tafsir al-Quran
وَالْغَرَضُ مِنْ تَعَلُّمِ التَّفْسِيْرِ هُوَ الْوُصُوْلُ إِلَى الْغَايَاتِ الْحَمِيْدَةِ وَالثَّمَرَاتِ الْجَلِيْلَةِ ، وَهِيَ التَّصْدِيْقُ بِأَخْبَارِهِ وَالْإِنْتِفَاعُ بِهَا وَتَطْبِيْقُ أَحْكَامِهِ عَلَى الْوَجْهِ الَّذِي أَرَادَهُ اللهُ ؛ لِيَعْبُدَ اللهَ بِهَا عَلَى بَصِيْرَةٍ
Dan tujuan mempelajari tafsir adalah agar bisa sampai pada capaian yang terpuji dan buah yang mulia, yaitu membenarkan khabar-khabarnya, mengambil manfaat darinya, menerapkan hukum-hukumnya sesuai dengan yang diinginkan Allah, agar bisa beribadah kepada Allah dengannya di atas bashiroh (ilmu dan keyakinan, pent) (Ushul fit Tafsir halaman 24)
Materi Kajian Kitab Ushul fit Tafsir karya Syaikh Ibnu Utsaimin di Masjid al-Fauzan Sumberlele Kraksaan Probolinggo, Kamis malam Jumat, 18 Rajab 1438 H/ 13 April 2017 M