Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Ayat ke-14 Surat al-Muthoffifin
كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
Tidak seperti yang mereka sangka. Bahkan, hati mereka terlingkupi dengan bintik-bintik hitam disebabkan perbuatan (dosa) yang mereka lakukan
Dalam hadits disebutkan:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ { كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }
Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan suatu dosa, akan dibuat satu bintik hitam dalam hatinya. Jika ia melepaskan diri dari dosa itu, beristighfar dan bertaubat, hatinya akan dibersihkan (hingga mengkilap). Jika ia mengulangi dosa lagi, akan ditambah (bintik hitam itu) hingga akan dominan menyelubungi hatinya. Itu adalah “ar-Raan” (kondisi hati terlingkupi dengan bintik-bintik hitam) yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya): Tidak seperti yang mereka sangka. Bahkan, hati mereka terlingkupi dengan bintik-bintik hitam disebabkan perbuatan (dosa) yang mereka lakukan (Q.S al-Muthoffifin ayat 14)(H.R atTirmidzi, dihasankan Syaikh al-Albaniy)
Pelajaran yang bisa dipetik dari ayat dan hadits ini: Satu perbuatan dosa akan menimbulkan bintik hitam di hati. Jika diiringi dengan istighfar dan taubat, akan menghapus bintik hitam itu. Namun, jika tidak bertaubat, kembali berdosa, bertambah bintik hitam tadi. Jika telah dominan menyelubungi hati, membuat hati itu buta atau mati, sulit menerima kebenaran.
✅Ayat ke-15 Surat al-Muthoffifin
كَلَّآ إِنَّهُمۡ عَن رَّبِّهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّمَحۡجُوبُونَ
Benar! Sesungguhnya mereka pada hari itu akan terhalangi dari (melihat) Rabb mereka
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan bahwa orang-orang beriman yang diridhai oleh Allah akan bisa melihat Wajah Allah (di Surga nanti). Sedangkan orang-orang kafir yang dimurkai Allah, mereka terhalangi dari melihat Wajah Allah.
Al-Imam asy-Syafi’i menyatakan:
فَلَمَّا حَجَبَهُمْ فِي السَّخَطِ : كَانَ فِي هَذَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُمْ يَرَوْنَهُ فِي الرِّضَا
Ketika Allah memberi tutup mereka (sehingga tidak bisa melihat Allah) dalam kondisi murka, maka ini menunjukkan bahwa mereka (manusia yang beriman) akan melihatNya dalam keadaan diridhai (Ahkaamul Qur’aan lisy Syaafi’i (1/29)).