Dalam Islam, penelitian ilmu hadits meliputi penelitian terhadap sanad (mata rantai para perawi hadits). Siapa saja orang yang ikut menukil berita, bagaimana status mereka. Para Ulama juga menulis biografi para perawi tersebut. Siapa saja guru maupun muridnya.
Perangkat keilmuan dalam hadits inilah yang membuat ajaran Islam tetap murni. Tidak tercampuradukkan dengan ucapan-ucapan tidak jelas. Berbeda dengan pada umat sebelumnya atau pada agama lain. Tidak bisa terpisahkan mana sabda Nabi dengan ucapan orang setelahnya. Ajaran para Nabinya mengalami pencampuradukkan dengan ajaran yang lain. Karena mereka tidak memiliki seperangkat metode keilmuan untuk meneliti hadits, di antaranya tentang sanad riwayat.
Muhammad bin Hatim bin al-Mudzhaffar rahimahullah menyatakan:
إِنَّ اللهَ أَكْرَمَ هذه الأمة وشَرَّفَهَا وفَضَّلَهَا بالإسناد، وليس لأحد من الأمم كلها – قديمهم وحديثهم – إسنادٌ، وإنما هي صحفٌ في أيديهم، وقد خَلَطُوا بكتبهم أَخْبَارَهُم…
Sesungguhnya Allah memuliakan dan memberikan kelebihan kepada umat ini dengan adanya isnad (sanad). Tidaklah ada isnad itu pada umat yang lain seluruhnya. Yang ada hanyalah lembaran-lembaran di tangan mereka yang kadang tercampur antara isi kitab mereka dengan khabar-khabar mereka (Syarafu Ash-haabil Hadits karya al-Khothib al-Baghdadiy (1/86))
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:
الْإِسْنَادُ مِنْ خَصَائِصِ هَذِهِ الْأُمَّةِ ، وَهُوَ مِنْ خَصَائِصِ الْإِسْلَامِ، ثُمَّ هُوَ فِي الْإِسْلَامِ مِنْ خَصَائِصِ أَهْلِ السُّنَّةِ
Isnad (sanad) adalah termasuk kekhususan umat ini. Itu adalah ciri khas Islam. Kemudian, di dalam Islam termasuk kekhususan Ahlus Sunnah (Minhajus Sunnah (7/37))
(dinukil dari naskah buku “Mudah Memahami Ilmu Mustholah Hadits (Syarh Mandzhumah al-Baiquniyyah)”, Abu Utsman Kharisman)