Bertolak dari sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam :
“Agama adalah nasehat. Para shahabat bertanya, ‘Untuk siapa wahai Rasulullah?’ beliau menjawab : “Untuk Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, dan untuk para pimpinan kaum muslimin serta keumuman mereka.” [HR. Muslim dari shahabat Tamim Ad-Dari]
Dan sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam :
Tolonglah saudaramu, baik dalam kondisi ia sebagai seorang yang zhalim atau terzhalimi. Seseorang bertanya : ‘Kami menolongnya ketika dia terzhalimi. Namun kalau ia sebagai seorang yang zhallim bagaimana kami akan menolongnya?
Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : yaitu dengan cara engkau mencegahnya dari perbuatan zhalim. Itulah bentuk pertolongan terhadapnya.” [HR. Al-Bukhari]
Kaum Zionis Yahudi adalah di antara musuh Islam yang paling besar kebencian dan permusuhannya terhadap kaum muslimin. Pada masa ini, permusuhan tersebut di antaranya mereka tampakkan terhadap kaum muslimin di Palestina. Sungguh Zionis Yahudi berambisi mencengkram negeri para nabi tersebut dan masjid utama ke-3 milik kaum muslimin, yaitu Masjidil Aqsha.
Hari-hari ini, untuk kesekian kalinya, Zionis Yahudi menampakkan kebrutalan dan permusuhannya dengan menyerang kaum muslimin Palestina yang berada di jalur Ghaza. Sungguh mereka adalah bangsa yang paling kejam. Mereka tidak akan puas dan rela terhadap kaum muslimin sampai kaum muslimin meninggalkan agamanya dan mengikuti mereka.
Maka kaum muslimin harus bangkit melawan segala bentuk makar dan permusuhan kaum kafir.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Wahai Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” [Al-Baqarah : 250]
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَن يَكْفِيَكُمْ أَن يُمِدَّكُمْ رَبُّكُم بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُنزَلِينَ
بَلَىٰ ۚ إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ ۗ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badr, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, supaya kalian mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika engkau (Muhammad) mengatakan kepada kaum mukminini : “Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan 3000 malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan 5000 malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali ‘Imran : 123 – 126]
Namun sudahkah kaum muslimin sekarang mendapat pertolongan dan kemenangan dari Allah. Sudahkah kaum muslimin memenuhi syarat-syarat datangnya pertolongan Allah? Yaitu Taqwa dan Sabar?
Sungguh suatu yang sangat menyedihkan kita kaum muslimin semuanya, fenomena dan fakta yang menimpa kaum muslimin saat ini, yaitu kelemahan dan kehinaan kaum muslimin serta hilangnya kewibaan mereka di hadapan musuh-musuhnya. Kondisi ini membuat musuh-musuh kaum muslimin berhasil menguasai mereka dan menjajah negeri mereka. Kondisi kaum muslimin di hadapan musuh-musuhnya laksana makanan yang terhidang, siap disantap dan dicabik-cabik.
Sebenarnya tertindas dan terjajahnya kaum muslimin tidaklah muncul tiba-tiba begitu saja. Namun terdapat sebab-sebab yang mengantarkan kaum muslimin harus mengalami sejarah yang sangat suram dan pahit tersebut. Sebab-sebab tersebut muncul akibat kaum muslimin mulai sibuk dan berlomba-lomba mengejar dunia dan mulai berpaling dari jihad dalam segala bentuknya. Sehingga orientasi dan tujuan utama kaum muslimin adalah dunia di satu sisi, sementara di sisi lain mereka melupakan sebab yang mengantarkan kepada kemuliaan, sebab-sebab datangnya pertolongan Allah, dan sebab-sebab kemenangan. Sungguh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :
Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah [1]), dan kalian telah disibukkan dengan ekor-ekor sapi (peternakan), dan telah senang dengan bercocok tanam, dan juga kalian telah meninggalkan jihad, niscaya Allah akan timpakan pada kalian kehinaan kepada kalian, tidak akan Allah cabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian. [HR. Abu Dawud] [2]).
[apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah] merupakan isyarat satu jenis dari mu’amalah ribawiyah yang mengandung unsur tipu muslihat terhadap syari’at.
[dan kalian telah disibukkan memegang ekor-ekor sapi, dan telah senang dengan bercocok tanam] merupakan isyarat tentang sangat perhatiannya seseorang terhadap perkara-perkara dunia dan kecenderungan padanya sementara perkara syari’at dan hukum-hukumnya diabaikan.
[dan juga kalian telah meninggalkan jihad] merupakan buah dari keinginan hidup kekal di dunia.
Dalam hadits tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa apabila kaum muslimin telah sibuk dengan dunia dan telah meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan pada kaum muslimin kehinaan, tidak akan Allah cabut kehinaan tersebut hingga kaum muslimin kembali kepada agamanya.
Maka sebab kelemahan, kehinaan, dan kehancuran adalah sibuk dengan urusan dunia dan meninggalkan jihad, baik jihad dalam bentuk perang membela agama Allah, atau jihad dalam bentuk mempelajari dan mendalami ilmu agama, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dan semisalnya.
Sebaliknya, sebab datangnya pertolongan Allah dan sebab kemenangan adalah kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, menegakkan tauhid dan sunnah di muka bumi, dan melepaskan berbagai bentuk perbuatan syirik, bid’ah, hawa nafsu.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.” [An-Nur : 55]
Perhatikan dan renungkan baik-baik ayat di atas. Perhatikan penjelasan Al-Hâfizh Ibnu Katsîr dalam kitab tafsirnya yang sangat monumental, yaitu kitab Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm, beliau menjelaskan ayat tersebut : “Ini merupakan janji Allah Ta’âlâ kepada para Rasul-Nya shalawatullâh wa salâmuhu ‘alaihi bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai para khalîfah di muka bumi, yakni sebagai para pimpinan umat dan pemerintah bagi mereka, yang dengan mereka negeri menjadi baik dan semua umat tunduk kepada mereka. Pasti Allah akan menggantikan kondisi mereka, setelah mereka dalam ketakutan menjadi aman dan sentausa di tengah-tengah mereka. Sungguh Allah Tabaraka wa Ta’ala telah melakukannya walahul hamdu wal minnah, karena Allah tidak mewafatkan Rasulullah r sampai beliau berhasil memenangkan kota Makkah, Khaibar, Bahrain, seluruh jazirah arab, dan bumi Yaman. Dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah mengambil jizyah dari orang-orang majusi dari negeri Hajar dan daerah Syam. … .”
Asy-Syaikh As-Sa’di Rahimahullah berkata tentang surat An-Nur ayat : 55 di atas :
“Janji yang diberikan Allah Subhanahu wata’ala dalam ayat ini akan terus berlaku sampai hari kiamat. Selama mereka menegakkan keimanan dan amal shalih maka pasti akan diperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada mereka. Adapun jika kemudian mereka dapat dikuasai oleh orang-orang kafir dan munafik, maka itu disebabkan mereka menyia-nyiakan iman dan amal shalih (yang diperintahkan kepada mereka).” [Tafsir As Sa’di]
Wahai kaum muslimin, …
Syarat kemenangan, sebab datangnya janji dan pertolongan Allah adalah keimanan dan amal shalih. Yaitu keimanan yang jujur, kokoh, dan ditegakkan di atas ilmu yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. Iman sebagaimana keimanan generasi awal umat ini, para as-salafush shalih dari kalangan shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Demikian juga amal shalih yang ditegakkan di ikhlash karena Allah dan tepat sesuai dengan aturan dan bimbingan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Jika syarat dan sebab tersebut tidak terpenuhi, maka wajar jika janji Allah tersebut tidak terwujud.
Maka saudara-saudaraku kaum muslimin di Ghaza secara khusus, dan Palestina secara umum …
Kalian tidak akan bisa lepas dari kekejian bangsa Yahudi kecuali dengan Islam yang haq, yang denganya Palestina berhasil direbut melalui tangan Al-Faruq ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu.
Berjihad membela agama Allah, memerangi kaum kafir Zionis Yahudi, merupakan amal yang agung dan tinggi nilainya di sisi Allah. Maka amalan besar dan agung tersebut harus ditegakkan di atas iman yang benar, di atas ikhlash, dan di atas bimbingan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Kalian harus memenuhi syarat yang dituntut oleh Allah Subhanahu wata’ala agar datang pertolongan-Nya kepada kalian. Maka perhatikan kondisi yang ada pada diri kalian. Perhatikan kondisi para mujahidin yang ada di barisan kalian. Apakah pada sanubari para mujahidin sudah tertanam iman yang benar, iman yang jujur, iman yang ditegakkan di atas ilmu yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. Apakah kalian telah mengimani segala yang diimani oleh para as-salafush shalih dan mengingkari semua yang mereka ingkari?
Perhatikan cara jihad kalian, apakah sudah tepat sesuai dengan syari’at dan aturan Nabi kalian? Ukur dan timbanglah itu semua dengan timbangan Al-Qur`an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman Salaful Ummah.
Sungguh Al-Imam Malik bin Anas Rahimahullah menegaskan :
Tidak akan baik kondisi generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat baik generasi awal mereka.
Perhatikan kesyirikan dan kemaksiatan, jangan sampai terjadi di tengah-tengah kalian. Jangan sampai para mujahidin di barisan kalian ternyata membawa keyakinan syirik atau pun kemaksiatan. Jangan menganggap remeh syirik atau pun maksiat. Sungguh itu sumber bencana dan kehancuran. Walaupun sedikit, walaupun kecil, namun itu perkara yang besar di sisi Allah. Bisa menjadi sebab terhalanginya pertolongan Allah dan terhalanginya kemenangan.
Kembalilah kalian kepada agama dengan benar, tegakkan tauhid, hidupkan dan amalkan sunnah. Kehinaan dan kekalahan tidak akan Allah cabut hingga kalian mau kembali kepada ajaran agama kalian dan berpegang teguh dengannya. Sungguh apa yang menimpa kalian saat ini tidak lain sebagaimana yang difirmankan oleh Allah :
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Mengapa ketika kalian ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (pada peperangan Badar), kalian berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah : “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Ali ‘Imran : 165]
Perhatikan dan renungkan baik-baik firman Allah :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka sendiri yang merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [Ar-Ra’d : 11]
Mulailah perbaikan itu dari diri kalian sendiri. Mulailah perbaikan itu dengan pembenahan aqidah kalian. Tanamkan aqidah salafiyyah, tauhid yang murni, dan sunnah yang shahih pada diri kalian, pada barisan mujahidin yang bergabung bersama kalian.
Tinggalkan kesyirikan. Tinggalkan bergantung dan bersandarkan kepada selain Allah. Jangan kalian beristighatsah kepada selain Allah. Jangan ada seorang pun dari mujahidin yang berangkat ke medan tempur dalam kondisi bergantung dan bersandar kepada selain Allah. Jika ada salah seorang dari mujahidin berbuat maksiat maka segera ditegur dan dinasehati di tempat.
Demikian juga tinggalkan bid’ah dan kemungkaran. Beribadahlah kepada Allah dengan cara yang benar, yaitu dengan cara sunnah.
Janganlah kalian berhubungan dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok sesat dan bid’ah. Karena berhubungan dan bekerja sama dengan mereka adalah sebab kehancuran. Tinggalkan mereka, walaupun mereka menawarkan bantuan, menunjukkan pembelaan terhadap kalian, dan bahkan terlihat turut aktif berjihad. Siapapun mereka, kelompok apapun mereka, tinggalkan mereka semua. karena asas kerja sama dan persatuan kaum muslimin adalah aqidah yang benar, tauhid yang murni, sunnah yang suci. Selama kelompok tersebut tidak beraqidah dengan aqidah salafiyyah, maka tinggalkan mereka.
Termasuk dalam hal ini adalah syi’ah Rafidhah. Sungguh mereka adalah umat yang sangat jahat terhadap kaum muslimin. Permusuhan mereka terhadap kaum muslimin sangat nyata. Mereka adalah kaum yang telah mengkafirkan Abu Bakr, ‘Umar bin Al-Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan, dan segenap shahabat Nabi lainnya. Mereka menuduh malaikat Jibril ‘Alaihis Salam telah berkhianat dengan menyampaikan wahyu kepada Muhammad padahal semestinya kepada ‘Ali bin Abi Thalib (!!)… Menuduh Sayyidah ‘Aisyah -isteri Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia- sebagai pelacur, mereka meyakini bahwa mushhaf Al-Qur`an yang ada pada kaum muslimin ini sudah kurang dan sudah dirubah. Mereka memiliki mushhaf sendiri yang mereka namakan mushhaf Fathimah yang berisi tiga kali lipat mushhaf kaum muslimin. Bahkan kaum Syi’ah Rafidhah menempatkan para imam mereka pada posisi sebagai tuhan (!!) sungguh itu semua merupakan keyakinan kufur dan syirik terhadap Allah.
Sejarah juga membuktikan, betapa mereka adalah umat yang sangat kejam terhadap kaum muslimin.
Wahai kaum muslimin …
Apakah kelompok kufur ini hendak kalian jadikan kawan. Apakah kalian rela berhubungan dan bekerja sama dengan mereka? Apakah kalian tertipu dan terpesona pada mereka ketika mereka menampakkan turut aktif berjihad?
Wahai kaum muslimin, wahai para mujahidin …
Sungguh barisan mujahidin yang paling mulia di muka bumi, dengan panglima perang yang paling mulia di muka bumi bisa porak poranda barisan mereka di medan Uhud akibat satu pelanggaran ringan yang mereka lakukan.
Maka bagaimana jika di tengah barisan mujahidin terjadi kesyirikan kepada Allah, yang itu merupakan kemaksiatan yang paling besar dan kezhaliman terhadap Allah.
Maka bagaimana jika di tengah barisan mujahidin terjadi kebid’ahan. Bagaimana jika para mujahidin bekerja sama dengan para pembawa kebatilan dan kesesatan. Bagaimana jika didapati di tengah-tengah barisan mujahid seorang yang berani mendustakan Allah dan Rasul-Nya?
Sungguh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam marah besar, ketika dalam perjalan ke medan Hunain terdapat beberapa shahabat menginginkan dibuatkan untuk mereka tempat minta barakah dari makhluk.
Shahabat Abu Waqid Al-Laitsi Radhiallahu ‘anhu menceritakan :
Bahwa para shahabat berangkat dari Makkah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menuju ke (pertempuran) Hunain. Kaum kafir ketika itu memiliki satu pohon yang mereka biasa beri’tikaf padanya dan menggantungkan senjata-senjata mereka, pohon itu disebut Dzatu Anwath. Kemudian kami pun melewati satu pohon hijau yang besar, maka kami berkata : ‘Wahai Rasulullah buatkan untuk kami Dzatu Anwath juga.’ Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda : Sungguh kalian telah meminta seperti permintaan kaum Musa : ‘Buatkan untuk kami sesembahan sebagaimana mereka (musyrikin) memiliki sesembahan-sembahan. Musa berkata : sungguh kalian adalah kaum yang bodoh.’ Itu adalah kebiasan. Pasti kalian akan mengikuti kebiasaan umat sebelum kalian sedikit demi sedikit!” [Ahmad V/218]
Perhatikan, betapa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam marah besar ketika mereka meminta sesuatu yang bisa mengantarkan kepada kesyirikan, yang mungkin bagi sebagian orang merupakan perkara yang sepele. Namun itu besar di sisi Allah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengisahkan, bahwa betapa kaum muslimin tidak bisa menang melawan Tartar akibat ada di tengah-tengah muslimin yang masih beristighatsah kepada selain Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
“….hingga ketika musuh yang keluar dari syari’at Islam datang ke Damaskus (yakni Tartar), mereka (sebagian kaum muslimin) keluar untuk beristighatsah kepada orang-orang mati di kuburan-kuburan, yang mereka mengharapkan dari sisinya agar hilangnya bahaya. Beberapa penyair (dari kalangan mereka) berkata :
Wahai orang-orang yang takut dari Tentara Tartar
Berlindunglah kepada kubur Abi ‘Umar
Atau berkata :
Berlindunglah kalian kepada kubur Abi ‘Umar
Dia akan menyelamatkan kalian dari setiap bahaya
Aku (Syaikhul Islam) katakan kepada mereka : “Mereka yang kalian ber-istighatsah kepadanya, kalaupun mereka turut hadir bersama kalian dalam peperangan, mereka pun akan kalah sebagaimana kalahnya kaum muslimin di Perang Uhud. Karena sesungguhnya telah ditetapkan (oleh Allah) bahwa tentara akan terpecah (kalah) karena sebab-sebab yang mengharuskan demikian. Dan karena adanya ketentuan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya.
Oleh karena itu orang-orang yang memiliki pemahaman dan pengertian terhadap dien yang baik tidak mau ikut berperang pada saat itu karena tidak adanya peperangan yang syar’i [3]) yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan karena peperangan (semacam itu) hanya akan menghasilkan kerusakan dan tidak turunnya pertolongan (Allah) yang sangat dibutuhkan. Maka tidak ada padanya balasan dunia dan tidak pula balasan akhirat, bagi siapa yang mengerti ini dan itu (yaitu mengerti kesesatan kedua belah pihak), walaupun kebanyakan orang meyakini bahwa itu adalah jihad syar’i, adapun niatnya diserahkan pada hati mereka.
Maka setelah itu mulailah kami mengajak manusia untuk mengikhlaskan dien hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beristighatsah hanya kepada-Nya dan agar tidak beristighatsah kepada selain-Nya. Tidak beristighatsah kepada malaikat yang dekat kepada Allah tidak pula kepada nabi yang diutus. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala pada saat peperangan Badr :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
Dan ingatlah ketika kalian beristighatsah kepada Rabb kalian lalu dikabulkan-Nya bagi kalian… [Al Anfal : 9]
Diriwayatkan, bahwa dalam perang Badr Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berdo’a :
“Ya Hayyu Ya Qayyum, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Engkau, maka dengan Rahmat-Mu aku beristighatsah.”
Dalam riwayat lain dengan lafazh :
“Perbaikilah kondisiku semuanya, janganlah Engkau serahkan aku pada diriku sendiri walau sekejap mata, dan jangan pula engkau serahkan aku pada seorang pun dari makhluk-Mu.”
Tatkala manusia sudah mau memperbaiki keadaan mereka dan jujur, beristighatsah hanya kepada Allah, maka Allah menolong mereka dari musuh-musuh mereka dengan pertolongan yang besar. Sehingga kalahlah tentara kafir Tartar dengan kekalahan yang tidak pernah terjadi pada saat itu.
Hal demikian disebabkan benarnya perwujudan tauhidullah dan ketaatan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, yang sebelumnya mereka tidak seperti itu. Sesungguhnya Allah menolong Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman di kehidupan dunia dan pada Hari Persaksian.” [4])
Para ‘ulama pun membersihkan barisan mujahidin dan mengusir para pengusung bid’ah dan kebatilan dari medan jihad. Al-‘Ijly berkata : “Ibrahim bin Muhammad seorang yang tsiqah, shalih, dan seorang ahlul hadits. Dialah yang mendidik ahluts tsughur (para mujahidin yang ada di front pertempuran) dan mengajarkan sunnah kepada mereka, dia juga menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Jika ada seorang ahlul bid’ah masuk ke tsughur langsung dia usir keluar. Dia memiliki banyak hadits dan fiqh yang mendalam… .”
Suatu ketika Ibrahim bin Muhammad pernah mengumumkan bahwa, ‘Barangsiapa yang memiliki paham qadariyyah [5]) maka tidak boleh hadir di majelisku. Barang siapa memiliki pemikiran taqlid maka tidak boleh hadir di majelisku. Barangsiapa yang menjadi penjilat penguasa maka tidak boleh hadir di majelisku!’ Kemudian akupun keluar dan menyampaikan pengumuman tersebut kepada mereka.”
Maka demikianlah, bersihkan barisan kalian. Bersihkan dari kesyirikan, kebid’ahan. Bersihkan barisan kalian dari para pengusung paham sesat Syi’ah Rafidhah, Khawarij, Qadariyyah, Mu’tazilah, Shufiyyah, dll.
Ya Allah, kuatkanlah umat ini dalam perkara yang benar, yang dengannya para wali-Mu menjadi mulia dan musuh-musuh-Mu menjadi hina. Ya Allah tinggikanlah kalimat-Mu, muliakanlah agama-Mu, dan muliakanlah dengannya kaum muslimin. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar (mengabulkan) do’a.
(Dikutip dari situs artikel berjudul asli “PEMBELAAN DAN NASEHAT TERHADAP KAUM MUSLIMIN DI PALESTINA”. URL Sumber http://www.merekaadalahteroris.com/mat/?p=50)
Footnote :
[1] Jual beli ‘inah adalah jual beli dengan cara riba. Contohnya si A menjual barang kepada si B dengan harga tertentu dan pembayaran dilakukan di belakang hari (kredit). Kemudian sebelum lunas pembayarannya, si A membeli kembali (dengan kontan) barang yang dia jual tersebut dari si B dengan harga yang lebih murah daripada harga yang ditetapkan ketika dia menjualnya. Kemudian nantinya si B harus rtetap membayar barang tersebut dengan harga semula walaupun barang tersebut sudah tidak lagi dimilikinya. (lihat Nailul Authar, V/250).
[2] HR. Abu Dawud no 3462, Ahmad II/28. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di Ash Shahihah no. 11.
[3] Di sini Syaikhul Islam menganggap peperangan quburiyyun terhadap Tartar bukan jihad syar’i (lihat Jama‘ah Wahidah hal. 87).
[4] (Kitab Radd ‘alal Bakri II/732-738
[5] Aliran sesat yang dicetuskan pertama kali oleh Ma’bad Al Juhani. Yaitu aliran yang mengingkari taqdir Allah, bahwa segala sesuatu yang terjadi ini di luar taqdir dan kehendak Allah I