“Sebenarnya saya berusaha mencurahkan perhatian saya dan mengaplikasikan apa yang Syeikh Rabi’ amanahkan kepada saya, untuk menyampaikan kata-kata beliau dengan kemasan yang lebih baik. Tetapi ala kuli hal, munculnya asumsi, desas-desus, prasangka mengenai apa yang asy-syeikh ucapkan atau asumsi orang atas apa yang Syeikh maksudkan, maka tidak ada pilihan lain bagi saya kecuali menyebutkannya secara ringkasan saja.
Oleh karena itu, saya menyampaikan kembali ucapan syaikh, karena (diskusi ini sengaja) tidak direkam :
Syeikh Rabi’ menekankan akan bahayanya para Salafiyun bersifat keras dan kasar sesamanya, karena ketiadaannya sifat lemah-lembut dan belas-kasihan sayang-menyayangi (antara satu sama lain). Dan perkara bersifat keras dan kasar ini telah menjadi alat yang digunakan untuk menghancurkan para Salafiyun dari dalam.
Asy-Syeikh memberi contoh untuk menunjukkan ketiadaannya sifat rahmah/maaf-memaafkan – ibarat seorang yang telah dikucuri minyak gasoline (minyak bakar, red) ke atasnya, tetapi sayangnya, dia tidak dibantu untuk menghilangkan minyak itu, justru saudaranya terus menyulut api ke atasnya.
Sebuah contoh lagi yang telah didatangkan oleh Asy-Syeikh adalah seorang yang memerlukan operasi bedah, justru daripada membantu membawanya ke rumah sakit, saudaranya menimpakan kepedihan dengan menyiksanya lagi. Dan Asy-Syeikh menekankan bahwa mengobati dengan menggunakan api (yaitu membakar penyakit / bagian badan yang sakit, red) adalah cara yang terakhir (yakni – jika cara yang lebih lembut telah dilakukan tetapi tidak dapat menghilangkan atau gagal, red).
Telah berkali-kali kita akan mendapati bahwa diantara saudara kita dilanda kebingungan atau keraguan. Mereka perlu dibawa ke “rumah sakit ilmu” daripada menggunakan kekerasan untuk mengobatinya. Dengan ini, Asy-Syeikh membawakan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang merujuk kepada kelembutan dan keindahan, apabila (seseorang) tidak menunjukkan kekasaran dan betapa buruknya bersifat keras. Dan Asy-Syeikh memerintahkan para Salafiyun supaya mengadakan sifat kerukunan dan kebersamaan.
Dan beliau (Syaikh) juga menjelaskan mengenai orang-orang ahli bid’ah terutama Abul Hasan al-Ma’rabi dan bagaimana sikap kita terhadap Ahlul-Bid’ah, dan hizbiyyah – adalah sepatutnya kita bersikap keras dan tegas terhadap perbuatan bid’ah mereka.
Kemudian Asy-Syeikh ditanya mengenai hal pengikut Abul Hasan Ma’rabi – Bagaimana sikap yang tepat dalam bergaul dengan mereka ?
Beliau (Asy-Syeikh) telah mengatakan – mereka perlu diberi dakwah dengan lembut hingga apabila kamu lihat mereka menunjukkan keras kepala, maka kamu tinggalkan saja mereka.
Kemudian Asy-Syekh mengharap kepada para Salafiyun yang menggunakan istilah DARUL-HADITS dan mereka yang juga gunakan istilah-istilah yang serupa dengannya (Darul-Hadits) untuk pusat-pusat (dakwah) atau yang semisalnya – bahwa mereka supaya JANGAN menggunakan istilah-istilah tersebut, karena hal ini dipahami dalam sejarah (merupakan istilah) yang digunakan untuk institusi pengajian para Ulama’ besar. Dan penggunaan istilah-istilah ini, padahal bukan merupakan pusat majlis ta’lim para Ulama’, maka hal ini dikhawatirkan akan menjadi suatu pelecehan. Hal ini dapat menimbulkan mereka dari golongan ahlul bid’ah yang mengetahui ilmu akan menertawakan kita. Asy-Syeikh menekan dengan terangnya hakikat ini beberapa menit lamanya dalam masalah ini. Beliau juga meminta supaya hal ini disampaikan dan disebarkan kepada para saudara-saudara Salafiyun yang lain.
Asy-Syeikh juga menyinggung mengenai beberapa saudara kita yang menulis “Salafi / Atsari …dll” di akhir nama mereka. INI TIDAK LAYAK DILAKUKAN. Syeikh Al-Albani (rahimahullah) dan Syeikh Bin Baz (rahimahullah) atau diri beliau (Syeikh Rabi’ hafidhohullah) sendiri tidak pernah melakukannya.”
Ini adalah versi ringkasan mengenai apa yang dapat saya beritakan kembali dari kata-kata Asy-Syeikh. Kami harap kepada seluruh Salafiyun dapat mengambil manfaat dari nasihatnya dan merintis untuk menggunakan sifat lembut dalam berinteraksi sesama salafiyyin sendiri dan menghindari kekerasan.
Kami berdo’a kepada Allah supaya memberi Syeikh Rabi’ umur yang panjang serta sehat-wal-a’fiat dan ketaatan dan terus memberikan maslahat kepada Ummat.
(Diterjemahkan Abu Rashideen Zamuri bin Muhammad Zain dari http://www.salafitalk.net/st/viewmessages.cfm?Forum=6&Topic=3590 direvisi dalam bahasa Indonesia oleh redaksi, dilaporkan oleh da’i Salafy Abu Uwais Abdullah Ali dari Masjid Rahmah, 657 Dr. Martin Luther King Jr. Blvd.
Newark NJ USA 07108 TEl# 973-621-8833 # 973-622-2311 masjidrahmah@hotmail.com, USA, tgl 5 Mei 2004, pukul 6.53 pagi).