Di sana ada kesalahan-kesalahan yang tersebar pada kebanyakan manusia terutama pada para pengajar, para pegawai, pekerja dan selain mereka yang mengurusi kemaslahatan-kemaslahatan umum. Oleh sebab itu wajib untuk diluruskan watak-watak dan tingkah laku mereka karena mereka adalah orang-orang yang bertanggungjawab tentang amal-amal mereka di depan Allah. Allah berfirman:
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.” [Al-Hijr: 92]
Dsan Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah akan mempertanyakan setiap pemimpin dari apa yang telah dia pimpin, apakah menjaga atau menyia-nyiakannya.” [Hadits hasan, diriwayatkan oleh An-Nasa’i]
Kesalahan-kesalahan Sebagian Pengajar dan Pegawai
Ketahuilah wahai saudaraku muslim –semoga Allah memberikan hidayah kepada kita- bahwa ada sebagian pegawai dan pengajar yang menyepelekan tugas sehingga mereka membutuhkan nasihat.
1. Jangan kamu terlambat dari jadwal yang telah ditentukan sehingga merugikan orang banyak dan janganlah kamu mengakhirkan pekerjaan-pekerjaan mereka.
Pengajar dan pegawai yang tidak datang kecuali terlambat berarti telah menyepelekan kewajibannya sehingga haram baginya untuk mengambil gajinya sesuai dengan keterlambatannya.
Sungguh disayangkan, bahwasanya tidak ada di dalam kantor-kantor seseorang yang mengawasi jadwal pegawai yang terlambat dari pekerjaannya, atau pegawai yang pergi setelah jadwalnya untuk menyelesaikan kepentingan pribadi, dan meninggalkan pekerjaan-pekerjaan dan orang-orang yang membutuhkan pelayanannya, walaupun terkadang ada pengawas yaitu pemimpin yang bertanggungjawab tetapi mereka kadang-kadang tidak melaksanakan tugasnya.
2. Jangan kamu sia-siakan waktu-waktumu untuk membaca Koran dan majalah, menjemput teman dan yang lainnya yang bias menyebabkan terlambat bekerja, terlebih lagi apabila di sana ada orang-orang yang menunggu pelayanan mereka, atau di sana ada pelajar-pelajar yang menunggu pelajaran. Sering sekali teman-teman para petugas yang datang kepadanya (ketika jam tugas,- pent) kemudian petugas tersebut menyambutnya, berbincang-bincang dengannya, menyuguhkan jamuan sehingga meninggalkan pekerjaannya.
Hal ini sering terjadi di salah satu kantor ketika datang tamu petugas ini, maka petugas ini memasukkannya ke dalam ruangannya kemudian menutup pintu agar para konsumen tidak masuk dan pintu tidak dibuka kecuali setelah waktu lama. Sedangkan orang-orang berdiri di depan kantor menahan panas dan keramaian menunggu petugas, yang seringnya hanya mengambil uang suapan dari orang-orang yang memerlukan pelayanannya sehingga petugas hanya sibuk mengurusi uang suapan, tidak peduli dengan kepayahan dan rasa lelah yang menimpa para konsumen. Ketika ada seorang yang menegur petugas itu, ia akan berteriak dan mengusirnya agar menunggu gilirannya, dan benar-benar telah lupa dengan kertas yang berada di sisinya yang tertulis di sana: PENGUNJUNG KHUSUS TERLARANG.
Orang yang menyedihkan yang bertanggungjawab ini mereka adalah sebagian pemimpin yang bermudah-mudahan bersama mereka.
Sesungguhnya Utsman berkata: “Sesungguhnya Allah benar-benar memperbaiki dengan sebab pemimpin apa-apa yang tidak Allah perbaiki dengan Al-Qur’an.”
3. Allah selalu mengawasi amalmu, apakah kamu seorang hakim, pengajar ataukah petugas. Lemah lembutlah kepada saudara-saudaramu yang memerlukan pelayananmu, pergaulilah mereka dengan apa yang kamu suka untuk dipergauli dengannya, penuhilah bagi mereka urusan-urusan mereka dan persembahkanlah untuk mereka nasihat (keinginan baik). Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Agama adalah nasihat.” Kemudian kami bertanya: “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Untuk Allah, Kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan untuk seluruh kaum muslimin.” [HR. Muslim]
Nasihat itu tidak hanya kewajiban ulama yang memberikan nasihat kepada manusia di masjid saja, tetapi nasihat ini adalah kewajiban seluruh muslim terutama para pengajar. Berapa banyak petugas yang tidak memberikan nasihat (keinginan baik) kepada para konsumen sehingga membebankan kepada mereka kelelahan, kesusahan dan harta.
4. Janganlah kamu sombong terhadap orang-orang yang memerlukan pelayananmu. Sesungguhnya kamu adalah bagian dari masyarakat dan mereka adalah saudara-saudaramu. Kamu mengambil gaji untuk pengabdianmu kepada mereka dan kamu selesaikan kepentingan-kepentingan mereka.
Ingatlah wasiat Luqman Al-Hakim kepada anaknya yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman: 18]
(dikutip dari buku Kiat Mendidik Anak, Pustaka Al Haura’)