Ditulis oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Seorang rekan mengirim video ceramah kepada saya. Video itu berjudul Muhasabah Rasulullah Pingsan. Disampaikan oleh Ustadz Orange.
Disampaikan sebuah hadits yang panjang. Malaikat Jibril menemui Nabi shollallahu alaihi wasallam dan menyampaikan bahwa Allah pada hari itu sedang mengobarkan nyala api neraka dan seluruh para Malaikat ketakutan. Nabi meminta dijelaskan bagaimanakah neraka itu. Malaikat Jibril menjelaskan bahwa neraka itu adalah bagaikan lubang-lubang yang terdiri dari 7 tingkat. Jarak antara lubang itu adalah perjalanan 70 tahun. Lubang paling bawah adalah yang paling panas. Nabi bertanya: Siapa penghuni lubang-lubang itu. Malaikat Jibril menjawab bahwa lubang paling bawah adalah untuk orang-orang munafik. Lubang berikutnya adalah untuk para penyembah berhala. Lalu untuk penyembah bintang dan matahari. Malaikat Jibril terus menjelaskan hingga lubang yang ke-5, tempat umat Yahudi. Sedangkan yang ke-6 dihuni oleh umat Nasrani. Setelah menjelaskan penghuni keenam tingkatan, Jibril terdiam lama. Nabi bertanya: Wahai Jibril, siapakah penghuni neraka ke-7. Jibril diam saja tidak menjawab. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengulangi pertanyaannya, namun Jibril tetap diam. Setelah didesak, Jibril menjelaskan bahwa itu adalah untuk umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam pelaku dosa besar yang belum sempat bertobat. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam langsung jatuh pingsan. Jibril merangkulnya dan meletakkan tubuh beliau di pangkuannya.
Setelah sadar, beliau menangis kembali. Kemudian beliau menanyakan kembali apakah ada di kalangan umat beliau yang akan masuk neraka. Malaikat Jibril membenarkan: yaitu pelaku dosa besar yang belum sempat bertobat. Kemudian Nabi menghadap kiblat kemudian sujud kepada Allah sambil menangis dan berkata: Ummati…. ya Robb. Beliau terus berbuat demikian selama 3 hari 3 malam, kecuali jika Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, barulah beliau bangkit menjadi imam shalat. Kemudian kembali sujud lagi. Pada hari ke-3 Abu Bakr mendatangi dan mengetuk pintu Nabi dan mengucapkan salam 3 kali. Namun tidak terdengar jawaban. Abu Bakr bersedih dan berkata: Apakah ada jalan untuk masuk ke rumahmu ya Rasulullah. Tapi tidak ada jawaban. Kemudian setelah pergi, Abu Bakr di jalan bertemu dengan Umar. Beliau menceritakan keadaan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Kemudian Umar pun ke rumah Nabi dan terjadi hal yang sama. Umar kembali pulang dalam keadaan menangis. Di jalan bertemu dengan Salman al-Farisi dan menceritakannya. Salman pun ikut menangis namun tidak berani melakukan hal yang sama. Kemudian Salman melangkah menuju rumah Fathimah radhiyallahu anha menceritakan hal itu. Setelah berlari, Fatimah menuju rumah ayah tercinta sambil mengetuk pintu mengucapkan salam. Mendengar suara lembut putri tercinta, sejuklah dada Rasulullah. Beliau bangkit dari sujud dan membuka pintu. Alangkah terkejutnya Fatimah melihatnya ayahnya amat kurus dan pucat. Fatimah memeluknya dan menangis dan menanyakan. Nabi kembali menangis dan berkata: bagaimana mungkin aku tidak sedih sedangkan Jibril mengatakan akan ada kelak umatku yang akan masuk neraka.
Kisah itu disampaikan dengan gaya bertutur yang mengundang keharuan. Ustadz yang menyampaikan juga menangis. Ingin menunjukkan demikian cintanya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam kepada umatnya.
Namun, apakah hadits itu shahih?
Setelah dilakukan penelusuran dan pengkajian, hadits tersebut ada dalam kitab Tanbihul Ghafilin nomor hadits 110 halaman 49-50. Redaksi kalimat yang dikutip dalam kitab itu lebih panjang dari yang dikisahkan di video tersebut. Kesimpulannya adalah hadits tersebut sangat lemah.
Dalam kitab Tanbihul Ghafilin tersebut, hadits itu dinyatakan dengan kutipan:
روى يزيد الرقاشي عن أنس بن مالك قال: جاء جبريل إلى النبي صلى الله عليه وسلم في ساعةٍ ما كان يأتيه فيها متغيّر اللون، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: (( مالي أراك متغير اللون )) فقال: يا محمد جئتُكَ في الساعة التي أمر الله بمنافخ النار أن تنفخ فيها…
Yazid arRoqoosyi meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: Jibril datang kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam di waktu yang tidak biasanya Jibril mendatangi beliau. Jibril datang dengan wajah yang berubah (tampak sedih). Nabi shollallahu alaihi wasallam pun bertanya kepadanya: Mengapa aku melihat engkau berubah? Jibril berkata: Wahai Muhammad, aku datang di waktu Allah memerintahkan kepada (Malaikat) peniup api neraka untuk meniupkan (menyalakan) api neraka….
Di antara potongan lafadz hadits yang disebutkan dalam kitab Tanbihul Ghofilin tersebut, dinyatakan:
ألا تخبرني من سكان الباب السابع ؟ فقال: فيه أهل الكبائر من أمتك الذين ماتوا و لم يتوبوا . فخَرّ النبي صلى الله عليه وسلم مغشيّاً عليه، فوضع جبريل رأسه على حِجْرِه حتى أفاق، فلما أفاق قال عليه الصلاة و السلام: (( يا جبريل عَظُمَتْ مصيبتي ، و اشتدّ حزني ، أَوَ يدخل أحدٌ من أمتي النار ؟؟؟ )) قال: نعم ، أهل الكبائر من أمتك . .ثم بكى رسول الله صلى الله عليه وسلم، و بكى جبريل ..و دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم منزله و احتجب عن الناس ، فكان لا يخرج إلا إلى الصلاة يصلي و يدخل و لا يكلم أحداً، يأخذ في الصلاة يبكي و يتضرّع إلى الله تعالى . فلما كان اليوم الثالث ، أقبل أبو بكر رضي الله عنه حتى وقف بالباب…
Maukah engkau memberitahukan kepadaku penghuni pintu ke-7? Jibril berkata: Itu adalah para pelaku dosa besar dari umatmu yang meninggal namun belum bertobat. Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam jatuh pingsan. Jibril pun meletakkan kepala beliau di pangkuannya hingga siuman. Ketika siuman, beliau bertanya: Wahai Jibril, begitu besar musibahku. Begitu besar kesedihanku. Apakah ada umatku yang akan masuk neraka? Jibril menjawab: Ya. Orang-orang pelaku dosa besar dari umatmu…kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menangis dan Jibril pun menangis. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam masuk ke rumah beliau dan menghindar dari manusia. Beliau tidaklah keluar kecuali untuk shalat. (Jika datang waktu shalat) beliau shalat kemudian masuk (rumah lagi) dan tidak berbicara dengan siapapun. Beliau menangis dan shalat dan merendahkan diri kepada Allah Ta’ala. Pada hari ketiga, Abu Bakr radhiyallahu anhu datang hingga berdiri di pintu…
Demikianlah sebagian kutipan dan terjemahan lafadz hadits yang panjang yang disebutkan dalam kitab Tanbihul Ghafilin nomor hadits 110 halaman 49-50.
Hadits tersebut sangat lemah (dhaif jiddan), karena setidaknya 2 sebab:
1. Ada perawi yang sangat lemah dan ditinggalkan periwayatannya, yaitu Yazid arRaqaasyi.
2. Terputus sanadnya. Hadits itu disampaikan secara mu’allaq. Menunjukkan terputusnya sanad. Karena, penyusun kitab itu yaitu Abul Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandiy meninggal di tahun 375 Hijriyah. Sedangkan Yazid arRaqaasyi adalah seorang Tabi’i meninggal di kisaran 100-an Hijriyah. Terpaut jarak masa hidup yang panjang antar keduanya. Selain muallaq juga mu’dhol (terputusnya sanad pada dua perawi atau lebih secara berurutan).
Bagaimanakah penilaian Ulama hadits terhadap perawi yang bernama Yazid (bin Abaan) arRaqaasyi? Al-Imam anNasaai menilai bahwa ia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan periwayatannya). Al-Imam Ahmad menilainya sebagai munkarul hadits. Ad-Daraquthniy menilainya lemah.
Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abul Laits as-Samarqandiy mengandung hadits yang lemah dan palsu selain juga ada hadits yang shahih. Karena itu, Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin menganjurkan agar janganlah membaca kitab tersebut kecuali orang yang bisa membedakan mana hadits shahih dan mana yang dhaif.
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:
وأما تنبيه الغافلين فهو كتاب وعظ، وغالب كتب المواعظ يكون فيها الضعيف وربما الموضوع، ويكون فيها حكايات غير صحيحة يريد المؤلفون بها أن يرققوا القلوب وأن يبكوا العيون، ولكن هذا ليس بطريقٍ سديد؛ لأن فيما جاء في كتاب الله وصح عن رسول الله صلى الله عليه وسلم من المواعظ كفاية، ولا ينبغي أن يوعظ الناس بأشياء غير صحيحة، سواء نسبت إلى الرسول صلى الله عليه وسلم أو نسبت إلى قومٍ صالحين، قد يكونون أخطؤوا فيما ذهبوا إليه من الأقوال أو الأعمال، والكتاب فيه أشياء لا بأس، بها ومع ذلك فإني لا أنصح أن يقرأه إلا شخص عنده علم وفهم وتمييز بين الصحيح والضعيف والموقوف
Adapun Tanbihul Ghofilin (karya Abul Laits as-Samarqandiy, pent) adalah kitab berisi nasihat. Kebanyakan kitab-kitab nasihat di dalamnya terdapat riwayat yang dhaif, dan kadangkala maudhu’ (palsu). Di dalamnya terdapat kisah-kisah yang tidak benar. Para penulisnya menginginkan untuk melembutkan hati (pembaca) dan membuat mereka menangis. Namun, itu bukanlah metode yang benar. Karena nasihat yang berasal dari Kitab Allah dan hadits yang shahih dari Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sudah mencukupi. Tidak boleh menasihati manusia dengan hal-hal yang tidak shahih. Baik engkau nisbatkan kepada kepada Rasul shollallahu alaihi wasallam atau engkau nisbatkan kepada orang shalih. Kadangkala mereka salah dalam ucapan atau perbuatannya. Kitab itu juga berisi hal-hal yang tidak mengapa (diambil pelajaran). Namun, meskipun demikian, aku tidak menasihatkan membacanya kecuali bagi seorang yang memiliki ilmu dan paham bisa membedakan antara yang shahih, dhaif, dan mauquf (Fataawa Nuurun alad Darb libni Utsaimin)
Apabila kita hendak menyampaikan nasihat berupa suatu hadits, pastikanlah terlebih dahulu keshahihan riwayat hadits tersebut. Masih banyak hadits-hadits shahih yang menunjukkan begitu besar kecintaan dan kasih sayang Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam kepada umatnya.
Di antara hadits shahih yang menunjukkan begitu besarnya kecintaan dan kasih sayang Nabi kepada umatnya dan mengkhawatirkan adzab bagi umatnya, adalah hadits dalam Shahih Muslim:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- تَلاَ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِى إِبْرَاهِيمَ ( رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِى فَإِنَّهُ مِنِّى) الآيَةَ. وَقَالَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ ( إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ) فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ « اللَّهُمَّ أُمَّتِى أُمَّتِى ». وَبَكَى فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ فَسَلْهُ مَا يُبْكِيكَ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ – فَسَأَلَهُ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِمَا قَالَ. وَهُوَ أَعْلَمُ. فَقَالَ اللَّهُ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِى أُمَّتِكَ وَلاَ نَسُوءُكَ.
dari Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash –semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam membaca firman Allah Azza Wa Jalla (tentang ucapan) Ibrahim:
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِى فَإِنَّهُ مِنِّى
Wahai Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka ia adalah bagianku (Q.S Ibrahim ayat 36)
Dan Isa alaihissalam berkata (sebagaimana dalam al-Quran):
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Jika Engkau mengadzab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu. Jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S al-Maaidah ayat 118)
Kemudian Nabi (Muhammad) mengangkat kedua tangannya dan berkata: Ya Allah, umatku…umatku…Beliau menangis. Allah Azza Wa Jalla berfirman: Wahai Jibril, pergilah ke Muhammad –padahal Rabbmu lebih tahu- tanyakan kepada dia apa yang menyebabkan ia menangis. Kemudian Jibril alaihissholaatu wassalaam mendatangi beliau dan menanyakan kepada beliau. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengkhabarkan kepadanya apa yang diucapkannya, dalam keadaan Allah Paling Mengetahui. Allah berfirman: Wahai Jibril, pergilah ke Muhammad dan sampaikan kepadanya bahwa Kami akan membuatmu ridha terhadap umatmu dan tidak akan membuatmu bersedih (H.R Muslim)
Di antara hal yang membuat ridha Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah bahwa umat beliau yang tetap menjaga tauhidnya, tetap sebagai muslim, akan berujung ke surga semua. Meski sebelumnya, mungkin ada yang sempat masuk ke neraka karena dosanya, namun kemudian akan dikeluarkan dari neraka dan masuk surga. Ada pula yang langsung masuk surga dengan rahmat Allah Azza Wa Jalla.
Wallaahu A’lam