Fitnah jarh dan Tajrih terhadap Ahlus Sunnah,
Sebuah pelajaran dari buku “Rifqan Ahlus Sunnah”
Bagian pertama
Abul Hasan Al-Mishry berkata dalam seri kaset “I’lan An-Nakir ‘Ala Manhaj Asy-Syaikh Rabi’ fit-Takfir” (pengumuman penolakan terhadap Manhaj Syaikh Rabi’ dalam Takfir)
[catatan: ini seperti halnya Asy-Syayijy menuduh Syaikh Rabi’ melakukan takfir, setelah Syaikh mengungkap manhaj Turots dan Abdurrahman Abdulkhaliq, Abul Hasan Al-Mishry mengikuti pola yang sama. Kaset-kaset ini penuh dengan kebohongan dan umpatan dan ejekan (sebagaimana akan kalian lihat), dan ini semua adalah sebagai balasan terhadap kesabaran Syaikh Rabi’ atas orang ini selama bertahun-tahun, memberikannya nasehat rahasia, menunjukkan kelembutan dan kelunakan dengannya, melarang orang-orang untuk berbicara tentangnya terlebih dahulu, memberinya kesempatan untuk bertaubat, menyesali dan kembali. Inilah bagaimana orang ini membalasnya]:
Abul Hasan Al-Mishry:
1. “Siapa yang mengatakan Syaikh Rabi’ adalah Imam Al-Jarh wat-Ta’dil -semoga Allah mengampuni orang yang mengatakannya- bahkan dia adalah Imam jarh wat-Ta’thil, aku katakan itu dengan Tha, bukan Daal.”
2. “Syaikh Rabi’ adalah penipu maka berhati-hatilah, wahai pencari ilmu, dari tipuan ini.”
3. “Caranya (Uslub) Syaikh Rabi’ adalah dengan menghinakan orang-orang.”
4. “Bahkan dia yang berbicara dengan perkataan Syaikh Rabi’ adalah Muta’ashshib, muqallid, mutawamit, pada ujung ekor orang ini (yaitu Syaikh Rabi’) yang keadaannya sebagian besar telah menjadi jelas bagi kami, kami memohon kepada Allah untuk menyelamatkan dari kejahatannya dan supaya Dia berurusan dengannya sebagaimana Dia kehendaki.”
5. “Bahkan, muqallidnya, dan ujung ekornya adalah muta’ashshibah, orang umum yang onar.”
6. “Kami mengetahui keadilan dan kewajaran dari Ahlus Sunnah, sedangkan Syaikh Rabi’, dia di satu lembah dan keadilan dan kewajaran di lembah lainnya.”
7. “Dan sejak kapan Syaikh Rabi’ menunggu para Ulama, dan sejak kapan dia membatasi dirinya dengan ucapan para Ulama, dan tidak melebihi apa yang dikatakan oleh para Ulama. Yang mana Syaikh Rabi’ telah membuat para Ulama sebagai barikade dan parit yang ia melindungi dirinya sendiri di dalamnya untuk melemparkan tombak yang hina ini darinya atas orang-orang Muslim.”
8. “Wahai Syaikh Rabi’, kami tidak menginginkan rahmat darimu, yang kami inginkan adalah engkau berjalan di atas manhaj Salaf.” (perhatikan, kalau Abul Hasan memang masih menganggap Syaikh Rabi’ dari Ahlus Sunnah, maka mana Rifq yang mereka gembar-gemborkan?! -pent).
9. “Adalah kewajiban untuk membelas seorang muslim, meskipun dia adalah seorang Ahlul Bid’ah.” (Sungguh jauh sekali perkataannya dari perkataan para Ulama Salaf, harap merujuk ke artikel Lamudduril mantsur yang telah diposting beberapa kali -pent).