Di tulis Oleh al Ustadz Abu Utsman Kharisman)
Sebelum berdirinya Daulah Utsmaniyyah, sejarah mencatat adanya kekhalifahan Dinasti Abbasiyyah. Kekhilafahan Abbasiyyah berakhir di tahun 656 H / 1258 M dengan adanya serangan pasukan Mongol (Tartar) ke Baghdad yang dipimpin Hulagu Khan. Salah satu penyebab utama keruntuhan Dinasti Abbasiyyah adalah pengkhianatan yang dilakukan Ibnul Alqomiy –seorang Syiah- yang menduduki jabatan penting pemerintahan.
Ibnul Alqomiy telah merencanakan makar yang sangat jahat agar kekuasaan kaum muslimin hancur digantikan dengan kekuasaan Syiah. Bermula dengan pengurangan jumlah personil prajurit tempur dalam jumlah yang sangat besar. Pada masa pemerintahan al-Mustanshir – khalifah sebelumnya- prajurit tempur Dinasti Abbasiyyah berjumlah sekitar 100 ribu orang. Namun, dengan siasat licik dari Ibnu al-Alqomiy, jumlah personil itu terus berkurang hingga menjadi sekitar 10 ribu saja di masa pemerintahan khalifah al-Musta’shim billah. Itu pun, pasukan yang ada mendapatkan gaji yang dikurangi, hingga mereka menjadi lemah dan sangat kekurangan.
Ibnul Alqomiy juga berkomunikasi dengan Hulagu Khan, pemimpin pasukan Tartar yang merupakan seorang kafir Majusi itu untuk menyampaikan rahasia-rahasia titik lemah pasukan Dinasti Abbasiyyah. Hingga ketika pasukan Tartar sudah mendekat, Ibnul Alqomiy membujuk khalifah al-Musta’shim billah agar mau keluar menemui Hulagu Khan. Sebagian referensi menyebutkan bahwa Ibnul Alqomiy menyatakan bahwa Hulagu Khan ingin menikahkan putrinya dengan putra khalifah. Namun, itu hanya tipuan belaka dari sang pengkhianat tersebut. Hingga akhirnya dengan mudah Hulagu Khan memenjarakan sang khalifah secara mengenaskan kemudian membunuhnya secara kejam.
Pasukan Tartar itu kemudian menyerang berbagai wilayah di Iraq dan sekitarnya. Terjadilah pembantaian massal terhadap kaum muslimin di Baghdad dan wilayah-wilayah sekitarnya. Darah kaum muslimin yang sebenarnya sangat bernilai kehormatannya, mengucur deras membasahi bumi Baghdad. Tidak hanya itu, perpustakaan besar di Baghdad juga dihancurkan. Kitab-kitab para Ulama dihanyutkan di sungai Tigris, mengakibatkan sungai itu berubah menjadi hitam warna tinta.
Berkaitan dengan serangan brutal Tartar ke berbagai wilayah sekitar Iraq tersebut, pada awal abad ke-7, sebagian kabilah kaum muslimin yang berasal dari Turkmenistan yang dipimpin Sulaiman Syah sedang berusaha bermigrasi menuju tempat yang lebih aman. Namun, di perjalanan Sulaiman Syah meninggal dunia. Kabilah yang sedang bermigrasi ini kemudian terpecah menjadi 2 bagian, ada yang kembali ke tempat asal, dan ada juga yang melanjutkan perjalanan.
Kelompok yang melanjutkan perjalanan dipimpin oleh Artughurl, putra Sulaiman Syah. Di tengah perjalanan, kelompok ini yang berjumlah sekitar 340 orang laki-laki menyaksikan adanya pertempuran antara Sultan Alauddin as-Saljuqiy (muslim) melawan pasukan Byzantium (Romawi) yang beragama Nashara. Artughurl dan kabilahnya bergabung dengan pasukan Sultan Alaauddin ini hingga atas izin Allah berhasil memukul mundur pasukan Nashara.
Atas jasa baik Artughurl dan kabilahnya, Sultan Alaauddin kemudian menghadiahkan sebidang tanah di sebelah barat wilayah pemerintahan Saljuq yang berbatasan dengan wilayah Romawi. Sultan Alaauddin mempersilakan Artughurl dan kabilahnya untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan wilayah-wilayah Romawi yang belum dikuasai. Wilayah itu sebenarnya adalah tujuan hijrah Sulaiman Syah sebelum meninggal, yaitu daerah yang disebut al-Anaadhuul atau Asia Kecil atau Anatolia, yang masuk dalam wilayah Turki saat ini.
Sepeninggal Artughurl, anaknya yang bernama Utsman menggantikan posisi ayahnya. Saat itu kerajaan Saljuq sudah hancur, sehingga Utsman membangun pemerintahan baru yang merupakan awal Dinasti Utsmaniyyah. Utsman bin Arthughurl ini mewarisi sifat-sifat keberanian dan kemampuan bertempur dari sang ayah. Penamaan Dinasti atau Daulah Utsmaniyyah pun diambil dari namanya.
Dinasti Utsmaniyyah berjalan selama kurang lebih 6 abad. Terdapat sekitar 37 Sultan (penguasa) pada Daulah Utsmaniyyah yang silih berganti menjalankan tampuk pemerintahan. Telah terjadi perubahan wilayah kekuasaan dalam kurun waktu sejak berdiri hingga runtuhnya dinasti tersebut. Namun wilayah terluas yang pernah dicapai mencakup bagian yang ada di 3 benua: sebagian Asia, sebagian Eropa, dan sebagian Afrika.
Pimpinan pertama yang merupakan pendirinya adalah Sultan Utsman bin Arthughurl. Sedangkan Sultan terakhir adalah Abdul Majid II. Masa kekuasaan Dinasti Utsmaniyyah adalah dari sejak 699 H/ 1294 M hingga 1342 H/ 1924 M.