Asy-Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly hafizhahullah
Pertanyaan: Semoga Allah berbuat baik kepada Anda, sebagian pihak ada yang mengatakan bahwa menjelaskan manhaj Salaf Shalih merupakan sebab para pemuda berbalik arah, dan sikap diam merupakan hikmah yang mendorong sikap istiqamah dan mendekatkan hidayah. Maka apa hukum dari ucapan semacam ini? Semoga Allah memberkahi Anda.
Jawaban:
Telah berlalu penjelasan terhadap ucapan semisal ini pada pertanyaan-pertanyaan yang lewat, dan bahwasanya sikap diam merupakan tindakan menyembunyikan kebenaran. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلعَنُهُمُ اللهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat pula oleh semua mahluk yang bisa melaknat.” (QS. Al-Baqarah: 159)
Maka silahkan orang-orang yang mengatakan ucapan semisal itu untuk menikmati dengan enak laknat-laknat semacam ini –kita berlindung kepada Allah darinya– karena mereka menamakan perbuatan mereka menyembunyikan kebenaran sebagai hikmah dan juga menamakan tindakan melindungi bid’ah sebagai hikmah. Bagaimana manusia akan mengetahui kebenaran, sementara engkau hanya diam membisu?!
Sesungguhnya fitnah dan syubhat hanyalah diusung oleh ahli bid’ah dan pengekor hawa nafsu. Sedangkan mendakwahkan agama Allah dan Kitab Allah serta berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, itulah dakwah yang akan menyatukan ummat semuanya. Berbagai fitnah, perpecahan, dan perselisihan semuanya bersumber dari ahlul bathil dan ahlul fitan. Mereka tidak diam dan terus menyebarkan kebathilan mereka di surat kabar mereka, di majalah mereka, dan di kaset-kaset mereka, lalu mereka ingin agar suara kebenaran diam. Jadi suara kebenaranlah yang menurut mereka wajib untuk diam, sementara suara kebathilan boleh naik dan menyebar di muka bumi.
Jadi apakah mereka sendiri mau diam?! Para pengusung kebathilan tidak akan pernah diam, tidak jenuh, dan tidak akan berdiam diri. Mereka memiliki rencana-rencana jahat yang menyeret ke Jahannam yang akan mereka terapkan, lalu anehnya mereka meminta kepada orang-orang yang kokoh di atas kebenaran agar diam membisu.
Allah Azza wa Jalla berfirman kepada Muhammad shallallahu alaihi was sallam:
وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ (٩) وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (١٢) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (١٣) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ (١٤) إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (١٥)
“Mereka menginginkan supaya engkau bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak pula kepadamu. Dan janganlah engkau ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela dan suka ke sana ke mari mengadu domba. Yang suka menghalangi perbuatan baik, melampaui batas lagi banyak dosa. Selain itu dia kaku kasar dan terkenal kejahatannya. Dia seperti itu karena merasa memiliki banyak harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia mendustakan dengan mengatakan: “Ini adalah dongeng orang-orang dahulu kala.” (QS. Al-Qalam: 9-15)
Jadi dia menyerang manhaj Salaf dengan melemparkan syubhat kepadamu: “Ini mencabik-cabik dan ini memecah belah.” Padahal sesungguhnya yang memecah belah dan mencabik-cabik persatuan hanyalah hawa nafsu dan kesesatan yang disebarkan dengan penuh semangat oleh para pengusung kebathilan yang sekarang ini banyak bertebaran di internet, di berbagai surat kabar, di majalah-majalah, dan di sekolah-sekolah. Jadi di setiap tempat mereka terus menebarkan kebathilan mereka. Dan perkara yang berat bagi mereka untuk mereka dengarkan adalah suara kebenaran.
Sumber artikel: Kasyfus Sitaar, hal. 28-29
Alih bahasa: Abu Almass
Ahad, 10 Sya’ban 1435 H